Share

Chapter 7

Hari demi hari telah dilalui oleh Lisa. Hati dan pikirannya masih belum tenang bahkan hatinya merasa sesak mengingat apa yang dilakukan suaminya.

Rumah tangga yang biasa saja mendadak menjadi terasa hampa bahkan hampir hancur jika saja tidak menahan emosi yang bergejolak seketika.

Bagaimana tidak suami yang perhatian dan pengertian meski tidak romantis dan ekonomi yang terbilang cukup miris ternyata tidak memungkinkan suami berbuat buruk seperti itu.

Nyatanya Ari gelap mata dan melakukan perselingkuhan itu, hati perempuan mana yang tidak sakit karena itu.

Lisa menyibukkan dirinya dengan berjualan kerupuk keliling bersama Laras, sebenarnya Lisa tidak tega karena Laras masih kecil namun dia juga tidak mungkin meninggalkan Laras sendiri dikontrakan dia juga tidak bisa membayar pengasuh yang terbilang cukup mahal.

"Kerupuk..kerupuk...!!" begitulah cara Lisa memanggil pembeli sambil matanya menatap ke sekeliling, tangan kanan dia membawa keranjang penuh kerupuk dan tangan kiri memegang Laras, sesekali jika Laras cape dia akan menggendongnya.

Sejak perdebatannya dengan suaminya Ari waktu itu, dia memutuskan untuk mencari uang untuk jaga-jaga dirinya tapi beruntung tetangga kontrakannya menawarkan untuk berjualan kerupuk tak berfikir lama dia langsung menerimanya dengan sistem bagi hasil keuntungan kerupuk yang terjual.

Sejak itu juga Ari selalu pulang terlambat dengan alasan lembur dan ketika pulang kerumah wajahnya selalu murung dan terdapat raut kesedihan serta penyesalan.

Lisa tidak peduli dia berfikir terlambatnya pulang suaminya sudah dipastikan karena berduaan dengan perempuan tidak tau malu itu.

"Mbak Lisaa...!!"

Saat Lisa sedang berjualan dari arah samping ada seseorang yang memanggilnya ternyata dia adalah Ilham tetangga samping kontrakannya yang sedang beristirahat diwarung makan.

"Mbak Lisa kemari!" panggilnya lagi dengan melambaikan tangan.

Lisa segera berjalan menghampirinya yang ternyata dia tidak sendiri karena ada empat pria yang seumuran dengannya mungkin teman-teman nya yang sedang beristirahat juga.

"Eh bang Ilham, mau beli kerupuk!" tawar Lisa sudah yakin.

"Iya, kamu jualan kerupuk sa" ada nada sedih diraut wajah Ilham ketika melihat wanita yang sambil membawa anak yang masih kecil diajak berkeliling.

Hatinya merasa tidak terima dan itu mengingatkannya dengan anaknya yang masih kecil juga yang sekarang bersama mantan istrinya.

"Iya bang Ilham mau beli!" jawab Lisa dengan sedikit menunduk karena pandangan Ilham yang berbeda juga pandangan pria yang lain yang menatapnya terus.

"Iya saya beli semuanya." kata Ilham yang langsung membuat Lisa mendongak terkejut.

"Yang bener bang!" Lisa tampak tidak percaya.

"Iya bener."

teman-teman nya hanya menatap dan menggeleng tidak percaya sepertinya mereka menangkap sesuatu yang tidak biasa pada Ilham.

"Ham, emangnya kamu bisa menghabiskan kerupuk sebanyak itu?" tanya salah satu temannya yang tidak sabar.

"Kan ada kalian..!" jawabnya sambil tersenyum menatap temannya.

"Berapa semuanya Lis?" tanyanya pada Lisa yang bengong.

"Eh... iya Lisa hitung dulu."

"Sini anakmu biar aku yang gendong." tanpa menunggu persetujuan Lisa, Ilham langsung mengambil Laras yang berada disamping Lisa dan mendudukkannya dipangkuannya, anehnya Laras diam saja dia tidak memberontak biasanya dia tidak akan mau jika dipegang oleh orang lain.

"Siapa nama anakmu Lis?" tanya Ilham karena memang belum tau.

"Laras bang!" sambil membungkus Lisa menjawab.

"Anakmu cantik dan menggemaskan sepertinya ibunya." celotehnya asal yang mana membuat Laras tertawa sedangkan Lisa tertegun karena suaminya pun tidak pernah mengatakan hal itu.

"Ini bang semuanya 150." kata Lisa menyodorkan bungkusannya.

Ilham merogoh dompetnya tanpa melepaskan Laras dan mengambil uang pas lalu merima bungkusan itu dan menyerahkan uangnya.

"Terimakasih bang!" ucap Lisa dengan tersenyum manis.

Ilham melihatnya tanpa berkedip terpesona dengan senyuman Lisa yang berhasil membuat darahnya berdesir segera dia tersadar mengingat status Lisa adalah seorang istri.

"Sama-sama"

"Laras sini nak, ayo kita pulang!" ucap Lisa merentangkan kedua tangannya kedepan dan Laras langsung menyambutnya dengan tersenyum senang.

"Terimakasih yah bang! kalau begitu saya pamit dulu. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam." jawab Ilham dan teman-temannya serempak.

Setelah kepergian Lisa barulah teman-temannya memberondong pertanyaan kepada Ilham.

"Ham dia siapa? pacar kamu?"

"Iya kok kamu mau borong semua dagannya padahal kamu kan ga butuh-butuh amat."

"Iya jangan-jangan kamu suka yah sama perempuan itu".

Pertanyaan demi pertanyaan membuat Ilham menghela nafasnya, kenapa teman-teman nya itu kepo sekali.

"Hei, kalian ingin tau sekali tentang perempuan itu." kata Ilham

"Iya lah Ham karena setelah kamu bercerai dengan istri pertamamu kamu kan jadi tidak pernah mengenal wanita makanya aku heran pas sikap kamu berbeda dari biasanya terhadap wanita." ungkap salah satunya yang bernama Andri yang dekat dengan Ilham.

"Dia namanya Laras, tetanggaku dan bersuami dan aku hanya kasihan melihat anaknya mangkanya aku borong semua dagangannya supaya mereka tidak berkeliling lagi. Mengerti!" jawab Ilham dengan tenang tapi tidak dengan hatinya, semuanya hanya mengangguk mendengar jawaban Ilham.

Sedangkan disisi lain ada sepasang mata yang tengah memperhatikan mereka dari sejak ada Lisa dan orang itu mengepalkan tangannya erat dengan segala perasaan yang berkecamuk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status