Bu Martini juga setiap malam selalu menyebut nama anak, menantu dan cucu-cucu nya yang jauh dari jangkauan nya bahkan tidak tau bagaimana nasib mereka setelah orang tua nya sudah tiada meski sudah tau bahwa ada orang yang mengadopsi cucu-cucunya tapi tetap saja dia tidak akan tenang sebelum melihat sendiri bagaimana keadaan cucu-cucunya.
Dia selalu berdoa untuk keselamatan cucu-cucunya yang masih kecil saat itu dan selalu merasa bersalah atas ketidaknyamanan Lisa saat tinggal di rumah nya dulu yang mana menyebabkan menantunya itu nekat untuk pergi tanpa anaknya Ari.Kini sekarang di hadapan nya sudah ada dua cucu yang sangat di rindukan dan selalu di khawatirkan nya berada di depan nya dengan tangis yang tertahan ibu Martini ingin duduk ingin meraih mereka berdua namun itu tak sanggup sebelum dirinya terjatuh karena keantusiasan nya semua orang yang ada di situ dengan sigap memegang nya dan membantu ibu Martini untuk bisa meraih Laras dan Saga.Di peluknyaSeorang pria memperhatikan Laras dengan seksama saat ada di tempat pemakaman, dia seperti pernah melihat namun dimana rasa-rasanya dia baru melihat gadis itu di kampung ini apa dia seorang anggota keluarga yang ada di kampung ini dan sedang bertandang kalau iya maka dia harus mencari tau karena sepertinya pria itu jatuh hati pada pandangan pertama."Eh! Tin ngapain kamu bengong aja!". tegur temannya mengagetkan pria yang di panggil tin itu."Tin tin, udah gue bilang jangan panggil gue tin emang nya gue klakson. Panggil gue Martin". gerutu pria yang ternyata bernama Martin dengan misuh-misuh."Lah kan panggilan akhir Lo tin emang salah gitu". temannya membalas bingung."Gue nggak suka, kalau sampe gue denger Lo manggil gue tin lagi gue nggak bakal noleh". ancamnya dengan wajah kesal."Ya ela gitu aja ngambek. Lagian gue perhatiin dari tadi Lo liatin cewek cakep itu mulu, naksir Lo yah!". ungkap temannya yang bernama Baim sembari melihat g
Di belahan negara lain, Vijar mengamuk karena ayahnya memang sudah merencanakan sesuatu dan sesuatu itu adalah untuk memisahkan dirinya dengan gadis nya yaitu Laras, ponsel Laras juga di hubungi sejak tadi tidak tersambung bahkan meski dia sudah mencoba memakai nomor lain anehnya tetap tidak bisa. Apakah Laras mengganti nomor kalau iya kenapa tidak memberitahu nya ini pasti perbuatan ayahnya? ya siapa lagi yang menentang jika bukan ayahnya.Perusahaan yang di kata menurun itu nyatanya baik-baik saja tidak ada kendala apapun, sungguh kenapa dirinya benar-benar bodoh tidak menyadari ayah nya membohongi nya. Sial! dia harus kembali sekarang juga ke Indonesia karena sesuatu pasti terjadi pada Laras."Rendi..". panggil Vijar pada Rendi di seberang ponsel."Baik". sahut Rendi cepat.Tak lama Rendi datang tanpa mengetuk pintu dan dia terkejut bukan main melihat kondisi ruangan tuannya bak kapal pecah."Tuan ada apa ini?". tanya Rendi. Baru beber
"A-pa mas? kamu mengusir mereka?" Sarah sampai terbata mengatakan nya. Ada apa dengan suaminya bukankah mereka sudah sepakat akan mengangkat mereka sampai mereka menikah nanti tapi.. sekarang bahkan Saga masih sekolah dan suami nya tega mengusir mereka."Ada apa denganmu mas? bukankah kita sudah sepakat mengurus mereka sampai mereka menikah". Sarah sampai geleng-geleng tidak mengerti."Apa semua ini karena Vijar?". timpal Dewi yang sama terkejut dan kecewa.Doni terdiam karena memang benar dirinya tidak mau anaknya menikah dengan Laras yang notabene nya hanya anak kampung."Ya. Sepertinya aku tidak perlu menutupi lagi. Aku tidak suka jika Vijar berhubungan dengan nya karena Vijar akan aku jodohkan dengan yang sepadan dengan keluarga kita dan bukan dia yang hanya anak miskin dan tidak sederajat dengan kita". ucap Doni lantang namun penuh penekanan terasa sekali jika ia tidak menyukai.Sarah, Dewi serta Gio geram mendengarnya bisa-bisa nya
Pagi hari Laras dan Saga sudah siap, niatnya hari ini dia akan mendatangi rumah neneknya dari ibunya di kampung yang masih satu kota dan hanya menempuh waktu 15 menit saja jika naik angkutan umum.Laras memang tidak ingat alamatnya apalagi Saga jadi dia meminta untuk di antar oleh suami dari bibinya dengan senang hati mereka mengantar dengan kendaraan bermotor dengan bonceng tiga.Tak lama kemudian mereka sudah sampai dan Laras sedikit mengingat tempat tinggalnya dulu sewaktu dia di lahirkan dan di besarkan di sini hingga mereka memilih mengontrak dan tinggal di rumah neneknya yang lain.Tapi ada yang berubah rumah yang dulu sederhana kini menjadi rumah tingkat yang sangat bagus. Apakah rumah itu di renovasi atau.. sudah jadi rumah orang lain."Paman, apa benar ini rumahnya?". tanya Laras ragu sambil memandangi rumah bagus di depannya."Paman juga tidak tau, soalnya paman tidak pernah kesini semenjak ibu kalian tiada". jawab suami dari bibinya ini."Jadi set
Setelah lumayan lama mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu juga rasa khawatir, ralat hanya ibu Iin saja yang menumpahkan segala kesedihan itu tidak dengan Saga yang malah dirinya diam saja karena memang tidak tau sedang Laras dia masih sedikit mengingat tentang masa kecilnya dulu jadi dia ikut merasakan sedih."Duduk dulu uwa". kata Laras setelah pelukan itu terlepas.Anaknya juga Laras membantu Bu Iin duduk di kursi dan membiarkan Bu Iin yang sudah lanjut usia itu menenangkan diri. Mereka cukup sabar menunggu hingga akhirnya Bu Iin bisa mengontrol tangisannya."Jadi kalian, bagaimana keadaan kalian?". tanya wanita tua itu menggenggam tangan Laras dan Saga yang berada di samping kanan kirinya."Alhamdulillah kami baik-baik saja uwa". jawab Laras tersenyum."Apa benar kalian di adopsi?" tanya nya lagi memastikan."Iya benar, kami di angkat oleh keluarga berada setelah orang tua kami meninggal. Mereka semua baik membiayai, merawat, menjaga serta menyayangi k
Sebuah perjalanan hidup rumah tangga yang penuh lika liku yang dialami pasangan suami istri yang sudah menikah 5 tahun dan dikaruniai anak perempuan berumur 2 tahun.Dia adalah pasangan bernama Ari Sinaga dan Lisa Nitami mereka saling mencintai satu sama lain hingga memutuskan menikah disaat usia sudah masing-masing matang.Perbedaan usia mereka memang terpaut jauh yaitu 10 tahun tapi itu tidak membuat mereka minder justru mereka sangat bahagia meskipun hidup mereka terbatas ekonomi.Mereka juga tidak punya apa-apa mereka tinggal dikontrakan kecil dan terpencil. Lalu bagaimana jika sang maha kuasa menguji cinta mereka menguji kesetiaan mereka dengan menghadirkan sosok perempuan lain yang akan membuat goncang pondasi rumah tangga yang sudah mereka bangun.Dan bagaimana syetan membantunya dalam memisahkan dua insan agar dia bisa menduduki singgasana iblis dikerajaan laut.Juga bagaimana cara Allah untuk membantu mereka mengatasi ujian yang
Pulang bekerja, Ari dihentikan oleh Zoya dengan sengaja."Ri, pulang barena yuk naik mobil aku.!" ucap Zoya saat Ari hendak melajukan motornya."Tidak usah terima kasih aku membawa motor." tolak Ari cepat."Motornya taruh saja disini, besok aku jemput lagi." tawarnya berusaha dengan senyum khasnya.tiba-tiba..."Ri, numpang yah! aku tidak punya kendaraan." Hendra dengan cepat naik keatas motor dibelakang Ari."Ayo cepet Ri, ini udah mau magrib.""Oke, maaf ya Bu lain kali saja.!"Lalu kemudian Ari dan Hendra pergi meninggalkan Zoya yang hatinya dongkol.Zoya hanya tersenyum sinis melihat kepergian Ari, dirinya tau bahwa Hendra sengaja melakukannya.Diperjalanan Hendra membahas hal yang tadi."Ri, sepertinya Bu Zoya suka sama kamu." kata Hendra berbicara didekat telinga Ari supaya terdengar."Bagus dong, dari pada dibenci." jawab Ari acuh.Hendra memutar bola mata mala
Pagi hari Ari sudah siap dan hendak berangkat tak lupa berpamitan pada istri dan anaknya dan didepan sudah ada Ilham yang sedang mencuci motornya."Berangkat mas,!" sapa Ilham pada Ari."Iya nih! Wah rajin sekali pagi-pagi sudah mencuci motor." Ari berbasa-basi memuji Ilham."Ah cuma nyuci motor mas!""Ya sudah saya berangkat dulu yah!""Iya mas hati-hati."Setelah berbasa-basi Ari berangkat bekerja seperti biasa dan Lisa keluar bersama Laras."Eh mbak Lisa, mau kemana?" tanya Ilham."Eh mas Ilham, mau ke tukang sayur mas. Saya duluan yah!""Mau saya antar.""Tidak usah mas, dekat kok!""Ya sudah hati-hati mbak.""Iya..!"Ilham memandangi punggung Lisa yang sudah menjauh dengan pandangan berbeda, karena setiap melihat Lisa, hati Ilham seperti bergetar dan matanya selalu ingin memandangi ibu muda satu anak itu.Ilham menggelengkan kepala, dia tau itu salah dia