Share

Kekuatan?

"Pagi Ra!!"

"Heehh pagi juga Riri"

"Gimana? Apa sudah enakan?"

"Ntahlah, masih terasa"

"Kira-kira kenapa ya?"

"Kak Aldo juga bilang kalau auraku kemarin berbeda dari biasanya, panas seperti ada yang mendesak untuk keluar"

"Benarkah? Apa jangan-jangan ada hantu yang menempel pada tubuhmu?"

"Ntahlah"

"Tapi tak mungkin kalau memang hantu sih pasti keluar dengan sendirinya iyakan?"

"Iya..." Lirihnya seraya menunduk dan kembali berjalan ke arah kelas mereka.

Khairana selalu menjadi pusat perhatian disekolahnya, walau tidak sedang berbicara dengan Aldo tetap saja kelakuannya saat berbicara sendiri seakan membekas di mata juga pikiran orang-orang.

"Bosen gue liat dia disini, kapan dia bisa pindah dari sekolah ini"

"Tau tuh orang yang kurang konek kaya dia cocoknya emang sekolah di sekolah khusus kali ya haha"

"Masih mending ada yang mau temenan sama dia, mungkin tu temennya udah di hipnotis biar bisa bareng dia terus"

Semua cemooh dilemparkan pada Khairana yang sedang melewati kerumunan orang-orang disana, Riani yang mendengar semua itu semakin kesal dan emosinya memuncak.

Dia tak terima kalau temannya diperlakukan seperti ini, mereka hanya menggertak saja tanpa tau alasan dibalik semua ini.

"Woy!! Beraninya ngomongin dibelakang!! Sini lawan gue anjir!!" Bentak Riani membuat seluruh siswa-siswi yang ada disana bungkam seketika.

"Udah riri, biarkan saja mereka"

"Tapi ini udah keterlaluan Ra!"

"Iya Rara tau tapi udahlah biarin aja gak akan selesai juga kan"

"Huft.. oke oke aku diam, awas lo semua kalau kedenger sama gue ngomongin kaya gitu lagi soal Khairana, kelar hidup lo semua!" Ancaman Riani sangat membantu membuat mereka diam tak bersuara, karna memang Riani Ter cap sebagai salah-satu siswi yang terkenal akan kegalakkan juga ke judesan nya.

Saat masuk kelas seperti biasa Mutia menghadang mereka dan mulai mencemooh Khairana lagi soal keberadaan Aldo.

"Hey nak manja, dimana Aldo yang sering lo omongin itu? Gak dateng ya hari ini" ucapnya sembari celingak-celinguk mencari keberadaan Aldo yang sebenarnya tak bisa ia lihat.

"Heh diem aja lo kang rusuh, lo gak tau apa-apa jadi diem aja" sela Riani seraya maju menghampiri Mutia.

"Owh owh owh, Riani ya... Lo tau gak sih orang tua jaman dulu sering bilang kalau kau berteman dengan orang yang suka mabuk kau pun akan kena getahnya walau kau sebenarnya tidak ikut mabuk, mungkin ada benarnya ya"

"Apa maksud lo hah!?"

"Lo bergaul sama anak yang kurang se ons ini alias, gila jadi lo kebawa gila sama dia"

"Lo kalau ngomong dijaga ya!"

"Ups, apa gue salah ngomong? Emang faktanya begitu kan? Beritanya udah tersebar disini banyak yang mengakuinya juga"

"Fakta apa yang lo tau hah!? Coba lo rasain gimana rasanya jadi Rara hah!?"

"Oh iya, karna gue gak ditakdirkan menjadi dia ya gue gak tau gimana rasanya" celetuk Mutia tanpa merasa bersalah sekali pun membuat Riani naik pitam dan mencoba untuk memukulnya tapi Khairana menahan tangannya.

Sesaat Rianti melihat kearah Khairana yang tertunduk dengan aura yang sedikit, bukan bukan sedikit tapi sangat berbeda dari biasanya.

Khairana mendekat kearah Mutia yang masih tersenyum sinis kearah Riani dan Khairana, dengan masih dalam keadaan menunduk Khairana mendekat dan mulai menatap Mutia dengan tatapan yang tajam membuat Mutia sedikit merinding.

"A-apa-apaan tatapan itu, lo marah sama gue? Haha emang mau apa? Mukul gue? Silah--" tanpa pikir panjang Mutia terhempas kebelakang sampai membentur dinding membuat seisi kelas panik dan melirik kearah Khairana.

"Khairana!?" Riani kaget melihat temannya yang tiba-tiba bisa membuat orang lain terbang dan terhempas dengan keras seperti itu.

Khairana tidak menggubris panggilan Riani, dia berjalan kembali mendekati Mutia yang kini terlihat takut bahkan sangat takut, seisi kelas menjauh dan tidak ada yang bisa menyelamatkan Mutia dari Khairana yang sekarang.

"Coba katakan sekali lagi, apa yang kau katakan pada sahabatku?" Ucap Khairana sembari berjongkok menatap Mutia yang kini tengah mengeluarkan air mata juga menahan rasa sakit dipunggungnya akibat benturan keras.

"M-maaf... A-aku tak akan mengulanginya lagi" lirihnya dengan air mata yang semakin deras keluar dari pelupuk matanya.

Air mata palsu Mutia tak akan berpengaruh pada Khairana yang sudah dikuasai amarah itu, dia mengangkat Mutia keatas tanpa menyentuh kerah baju atau tubuh Mutia.

Tangannya dengan lihai mengangkat tubuh Mutia membuat seisi kelas ricuh kembali, Riani benar-benar dibuat takut oleh Khairana sedangkan dia tak bisa memanggil Aldo untuk masuk kedalam tubuh Khairana agar semua ini berakhir.

Dibukanya jendela kelas membuat Mutia bertambah panik, bukannya apa tapi kelas mereka terletak dilantai 2 yang jaraknya lumayan tinggi dari tanah dan cukup untuk membuat tulang siapapun patah saat jatuh dari sana.

"Sekali lagi, ulangi perkataan yang kau katakan pada sahabatku" dengan tatapan seakan ingin membunuh Mutia, Khairana terus menanyakan hal yang sama.

Sampai Mutia menjawabnya, Khairana takkan menurunkan Mutia dan mungkin dia akan dijatuhkan ke luar lewat jendela yang sengaja dia buka.

"Ku tanya sekali lagi, apa yang kau katakan pada sahabatku?"

"K-khairana!! Sudah cukup!! Ada apa denganmu? Sejak kapan kau seperti ini? Hentikan! Kau membuat semua orang takut khairana!" Tukas Riani

Khairana diam seketika dan melihat kearah Riani yang juga takut dengannya, dia mulai menurunkan Mutia tapi tak menghilangkan kesan tatapan khas nya pada Mutia.

Dilihatnya semua teman sekelasnya yang mundur berkumpul di ujung kelas menghindari perselisihan Mutia dan Khairana.

Mutia berlari kearah kerumunan siswa itu dan kembali menangis, semua mata tertuju pada Khairana yang kini menatap Riani dengan perasaan bersalah.

"Ra..."

"Maaf Riani" lirihnya kemudian dia berlari keluar kelas meninggalkan semuanya.

"Khairana!!!" Tak tinggal diam Riani menyusul Khairana yang lari keluar kelas.

Tanpa henti dan tanpa melihat kebelakang Khairana terus berlari tak peduli siapa yang dia tabrak didepannya dia tetap berlari sampai akhirnya keluar dari gerbang sekolah yang saat itu kebetulan sedang tidak dijaga satpam sekolah.

Begitu juga Riani yang mencoba untuk tidak kehilangan jejak Khairana, dia terus berlari mengikuti sahabatnya itu tak peduli para guru yang meneriakinya untuk tidak keluar dari kawasan sekolah saat ini yang terpenting bagi Riani adalah bisa menangkap Khairana.

Setelah sudah cukup jauh dan merasa kelelahan Khairana berhenti disebuah taman begitu juga Riani yang sedari tadi mengikuti dia dari belakang.

"Khairana!!"

"Hah.. hah.. hah... kenapa kau ikuti Rara, Riani?"

"Mana mungkin aku tinggalin kamu sendirian Ra! jangan lari-lari lagi please aku cape nih"

"Rara juga cape"

Keduanya duduk di bangku taman yang kosong, selama mengatur nafas Khairana menatap tangannya sendiri bagaimana bisa dia mengangkat juga menghempas orang dengan sekali gerakan tangan saja? apa yang terjadi padanya? sejak kapan kekuatan ini muncul? pikiran Khairana dipenuhi dengan pertanyaan yang dia sendiri tak bisa menjawabnya.

To be continue...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status