Waktu yang Erica habiskan tanpa Leonel terasa sangat lama. Dia terus menatap jam tangannya, Erica terlihat tidak semangat. Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 17.15.“Ca, kamu pulang, enggak?”“Apakah hujan sudah berhenti?” tanya Erica.“Sejak kapan kamu takut hujan?”“Aku tidak takut. Hanya saja malas jalan saja, padahal tadi panas banget. Sekarang hujan.”“Sudah, sudah. Daripada mikirin suamimu, sebaiknya kamu fokus ke ujian minggu depan. Jangan lupa, lusa kita ada praktek.”Erica menghela napas, dia merasa lelah sekali hari ini.”Ayo.”Namun, rupanya di luar masih gerimis. Jika dulu hujan, Kenzo akan memayunginya. Namun, sekarang tidak ada yang membentangkan payung untuknya.Dilihatnya dari seberang sana Kenzo berjalan memakai payung. Erica dan Kenzo saling menatap walau sesaat.“Ca, kamu tidak bawa payung?”“Tidak.”“Biasanya kamu suka bawa payung,” ucap Raisya.“Itu dulu.”Raisya berpikir benar juga. Sekarang dia sudah dijemput dan memakai mobil, dia tidak membutuhkan payung i
Hai readres maaf sudah membuat kalian menunggu lama. Terima kasih, selalu menantikan dan merindukan Erica dan Leonel. Maaf juga, akhir-akhir ini otor jarang update. Dikarena karenakan sempat sakit, jadi istirahat dulu.Akhirnya malam ini bisa memberikan bab terbaru untuk kalian. Terima kasih, jika kalian masih mau menunggu bab-bar terbaru. Semoga suka dengan bab terbarunya. Dimana pun kalian berada, tolong jaga kesehatan dan pola makan. Istirahat secukupnya, jangan lupa makan yang bergizi. Jangan makan sembarangan, dan semoga para kesayangan dimana pun berada selalu diberikan kesehatan aamin. Dan otor juga selalu sehat terus aamiin.Love you ... 😍❤️💕
“Aku juga mencintaimu Erica.”Leonel semakin cepat menggoyangkan pinggulnya. Malam itu adalah malam yang sangat panjang. Dimana keduanya saling melepaskan kerinduan, setelah tidak bertemu untuk waktu yang sangat lama.Hujan menemani malam itu, bukan dingin melainkan hangat tubuh Leonel yang membuat Erica tertidur dengan nyenyak. Setelah melakukan kegiatan suami-istri Erica tidur dalam dekapan Leonel yang kini tidak berpakaian sama sepertinya. Dalam selimut yang hangat.Leonel membelai rambut Erica, seraya menunduk menatap wajah cantik istrinya. Dia tersenyum, entah apa yang dipikirkannya. Namun, raut wajahnya menunjukkan kalau dia sangat bahagia memiliki Erica di dalam hidupnya.‘Terima kasih sudah hadir dalam hidupku. Mau menemaniku, dan aku harap kamu akan selalu bersama denganku. Sampai rambutku memutih, ah sebentar lagi rambutku akan banyak beruban. Meskipun suamimu ini tampan dan masih terlihat gagah, tetapi usianya tidak bisa disembunyikan. Jadi, aku ingin memiliki dua anak dari
Leonel melirik ke arah istri kecilnya yang masih tidur. Dengan tenang dia mengecek melalui ponselnya untuk meyakinkan kalau sang istri memang sedang hamil. Setelah menemukan apa yang dicarinya, mata Leonel semakin berbinar dan berkaca-kaca. Akhirnya setelah menunggu cukup lama, di usianya yang hampir memasuki 40 tahun, dia akan segera mendapatkan anak pertamanya. Air mata yang tidak bisa terbendung menetes bersama dengan senyumannya. Erica membuka matanya dan kemudian terduduk menatap Leonel.“Kamu sudah bangun?”Leonel menoleh seraya memegangi hasil testpack dan spontans memeluk Erica penuh rasa haru dan sangat senang.“Terima kasih Erica, akhirnya aku akan segera menjadi seorang ayah.”Mata Erica berbenar. Ada rasa bahagia yang tidak pernah terpikir sebelumnya, Erica membalas pelukan suaminya. Setelah beberapa saat keduanya saling menatap, Leonel menggenggam kedua tangan istri kecilnya.“Saya akan segera menjadi ayah, Erica.”“Aku akan segera menjadi seorang Ibu, Leo … aku masih t
Matanya berbinar setelah mendengar perkataan manis suaminya. Erica mengukir sebuah senyuman, Leonel balas tersenyum.“Pernikahan kita memang baru seumur jagung. Jika suatu hari nanti aku tidak peka, dan membuat kamu kesal, tolong dimaklumi. Sebisa mungkin aku akan menjadi suami yang sempurna, menjadi suami yang pernah kamu mimpikan. Dan tolong beri saya waktu untuk mempelajari semua itu.”Erica menggelengkan kepala.“Kamu lebih dari apa yang aku pikirkan Leonel. Hanya satu yang aku inginkan setia, itu saja.”Leonel mengangguk dan mengecup punggung tangan Erica.“Saya akan mencintai kamu hingga akhir napas saya, Erica. Sekarang kamu makan, jaga kesehatan. Tidak boleh kecapean, jika kamu butuh sesuatu beritahu saya. Ini pasti tidak mudah, Erica … saya tahu, kamu harus tetap mengejar cita-cita kamu, di lain sisi kamu harus berperan menjadi istri saya dan mengandung anak saya.”“Kamu berhutang banyak padaku, Leonel.” Erica tersenyum dengan mata berkaca-kaca.Leonel menganggukkan kepalanya
“Erica, maaf. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita!” Malam itu langit cerah, tapi hati Erika dilanda mendung hebat usai mendengar ucapan Kenzo, pria yang sudah menjadi kekasihnya sejak SMA tersebut. Air mata gadis itu menetes. Mereka tengah berada di sebuah taman tempat hiburan malam. Dan di bawah lampu-lampu taman yang berkerlap-kerlip, Erica diputuskan! “Kenapa?” tanya Erica dengan suara bergetar menatap kekasihnya. Kenzo menghela napas, kemudian mengalihkan pandangannya, menatap langit malam. ”Kedua orang tuaku sudah mengatur perjodohan. Bulan depan kami akan bertunangan. Maaf!” Air mata Erica kembali tumpah. Hubungan yang dia bina sejak duduk di bangku SMA akhirnya tetap kandas, karena perbedaan kasta! Erica tahu dia tidak sebanding dengan keluarga Kenzo yang berada, karenanya Erica hanya bisa meremas tangannya. Perasaan menyesakkan di dadanya kemudian membuatnya ingin segera pergi dari sana. “Selamat atas pertunanganmu,” ucap Erica. Usai mengucapkan itu, Erica m
“Erica! Ke sini kamu!” Dengan segera, Erica pergi ke dapur, dia melihat tumpukkan piring kotor di atas wastafel. Erica tidak mengeluh dan langsung mencuci piring, selain itu masih ada tugas lain ya itu mencuci pakaian milik tante dan sepupunya. “Cuci yang bersih!” kata Bibi dengan nada yang cukup tinggi. Erica tidak membantah dan langsung mengerjakannya, walaupun dirinya sangat lelah. Karena jika tidak, tubuhnya akan menjadi sasaran amukan bibinya. *** Erica melihat jam tangannya, dia langsung meninggalkan kampus. Pada sore harinya, ia akan bekerja di sebuah restoran sebagai waitress. Namun, sayangnya hari ini dia harus datang terlambat. Karena harus terjebak macet, bentrok dengan para pegawai pabrik yang baru saja keluar. Sesampainya di restoran, Erica bergegas pergi ke loker dan berganti pakaian sebagaimana seorang waitress Erica mengamati restoran yang sedang ramai. Ia merasa ada sosok pria yang mengawasinya. Dan ketika dia memutar kepala ke arah meja no. 28, di sisi kaca.
Catalina yang mendengar itu terkejut, dia langsung diseret keluar dari kantor lurah. Meskipun dia berteriak dan memohon. Pak Kades meminta maaf kepada Leonel atas perilaku Catalina yang buruk. “Pak, ini dokumen tanahnya yang Bapak minta,” kata Pak kades. Leonel melihatnya sekilas dan memberikannya langsung kepada Thomas. “Saya ingin tanah itu juga. Karena tanah itu strategis dengan perumahan yang sedang saya bangun,” kata Leonel. “Pak, mengenai rumah Bu Catalina, apa Anda ingin menggusurnya juga?” tanya Pak kades. Leonel menatap dingin Pak kades dengan senyuman miring, dia tidak menjawabnya. “Tuan kami tidak butuh rumah itu. Beliau hanya ingin memberikan pelajaran,” kata Thomas. Pak kades hanya mangut-mangut saja. Leonel melihat pesan dari mamanya. [Mama sudah mengatur kencan buta untukmu besok malam. Jangan sampai tidak datang, jika kamu menolak pergi, Mama akan mogok makan dan minum obat!] Leonel yang melihat pesan itu, tiba-tiba mendadak sakit kepala dan menghela napas.