Pikiran Niana kembali mengingat hal seperti ini sebelumnya, namun tidak separah saat ini. Dulu ia hanya menangis histeris lantas dibantu oleh Prince, setelahnya tidak ada adegan memeluk, mencakar, dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Sungguh, Niana merasa sangat bersalah pada Prince. Kini dirinya tengah mengobati luka kecil di lengan kekar itu. Terlihat sangat fokus dengan guratan penuh rasa bersalah."Tuan, jangan laporkan saya ke polisi, ya?"Permintaan Niana sontak membuat Prince yang sebelumnya memperhatikan kedua tangannya yang sedang diobati oleh Niana, menoleh pada gadis itu. "Saya akan ganti kemeja Tuan yang sobek, saya juga akan terus mengobati luka-luka ini sampai sembuh. Tapi saya mohon, jangan laporkan saya ke polisi, ya?" pinta Niana lagi dengan tatapan yang sangat memohon.Hati Prince jadi tidak karuan melihat tatapan polos itu."Hm, kemejaku mahal," jawab Prince dengan tatapan datarnya. Namun, siapa sangka jika hatinya seperti gemuruh melihat Niana yang sedang keta
“Maaf ya, Lyly? Tadi aku harus berpamitan terlebih dahulu pada Tuan,” ujar Niana sedikit tak enak hati pada Lyly yang sudah menunggunya cukup lama.Lyly menyipitkan kedua matanya, ada hal yang cukup janggal dengan perkataan Niana.“Kenapa harus berpamitan langsung pada tuan?” tanya Lyly membuat Niana mau tidak mau menjelaskannya terlebih dahulu. Lyly memang gadis yang tergolong cerewet, jadi mau tidak mau Niana harus menjelaskannya agar Lyly tidak terus bertanya.“Oh iya, tuan juga melarangku pulang di atas jam 9 malam,” lanjut Niana membuat Lyly terperangah. Sudah banyak rencana yang ia susun untuk bisa bermain sepuasnya dengan Niana malam ini, tapi kenapa waktunya sangat terbatas.“Astaga, cukup untuk melakukan apa kalau sampai jam 9 malam saja? Aku ingin nonton, makan bakso, corndog, seafood, dan yang pastinya aku ingin menikmati angin malam di taman kota! Kenapa waktunya terbatas sekali?!” oceh Lyly membuat Niana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.“Mungkin malam ini kita hanya
Lyly melirik sebentar ke arah Niana, gadis itu sudah tak sadarkan diri sedari tadi. Lyly tentu saja takut, ia takut keadaan Niana semakin memburuk.Tak lama setelah dirinya menghubungi sang kekasih, kini terlihat satu mobil melaju kencang dan berhenti tepat di samping mobilnya yang sudah menabrak pohon besar.Dua pria tampan itu segera keluar dari mobil, membuka sekuat tenaga pintu mobil milik Lyly dari kedua sisi. Prince segera membawa tubuh lemah Niana keluar, hatinya semakin tak karuan ketika melihat darah yang cukup banyak keluar dari hidung mancung gadis itu.“Bertahanlah,” lirih Prince sambil membawa Niana ke dalam mobil yang sebelumnya ia bawa.Setelah memastikan Lyly dan Niana aman berada di dalam mobil, kendaraan itu kembali melesat dengan sangat kencang untuk menuju ke rumah sakit terdekat. Jordan sama sekali tidak memperdulikan klakson dari pengendara lain ketika dirinya ugal-ugalan. Kini ada dua nyawa yang sangat penting untuk di selamatkan.Prince di kursi penumpang tenga
Di pagi harinya Prince sudah sisibukkan dengan rengekan Niana yang sudah ingin pulang. Benar-benar membuatnya pusing.“Tuan, kalau saya tidak pulang sekarang nanti tanaman yang ada di mansion akan mati, nanti halaman mansion Tuan tidak akan indah lagi,” ujar Niana dengan rengekannya. Bukan hanya memikirkan tanaman membuat Niana ingin segera pergi dari rumah sakit, namun karena suasana rumah sakit ini juga tidak nyaman. Hal yang paling dirinya benci adalah rumah sakit. “Dengar, kamu tidak akan keluar dari rumah sakit sebelum keadaanmu benar-benar sembuh total,” ujar Prince berhasil membungkam mulut Niana yang merengek ingin pulang.“Tapi—““Sudah ada orang baru yang mengurus pekerjaanmu,” potong Prince dengan cepat membuat Niana kembali membungkam mulut mungilnya yang hendak berbicara.Gadis itu tampak berpikir, jika ada orang baru yang menggantikkan pekerjaanya, apa itu artinya ia tidak bekerja di tempat tuannya ini? Kalau benar seperti itu, bagaimana dengan kebutuhan hidupnya? Dan b
Kini, Niana hanya bisa mengembuskan napas pasrah, dirinya dibawa oleh sang tuan untuk kembali ke kediaman masion mewah itu dengan alasan 'tidak boleh tinggal di tempat lain selama bekerja di bawah naungan tuan Prince'. Padahal, tidak ada perjanjian tersebut. Sedikit tidak masuk akal memang.Prince melirik sekilas pada seorang gadis yang duduk di sampingnya, tampak wajah gadis itu tertekuk masam. Dirinya pun heran, apakah masion itu tidak nyaman dibandingkan apartemen sialan itu? Padahal, kamar yang dihuni oleh Niana atau pun para pekerja lain yang tinggal di rumahnya sangatlah nyaman. Ada ac, kamar mandi di dalam, lemari, dan semua fasilitas yang sewajarnya ada di kamar. Ya meskipun masih berbeda jauh dengan kamar tuan besar yang ada di masion itu. Tapi bukankah semuanya lebih baik daripada apartemen itu? "Tuan, nanti aku kerja apa kalau sudah ada pengurus taman baru?" tanya Niana setelah cukup lama memendam hal yang ingin dirinya tanyakan ini.Prince tampak berpikir, ia sama sekali
Setelah dokter memeriksa keadaan Niana, kini semuanya sepakat untuk melakukan cuci darah pada gadis itu. Sampai saat ini pun Niana masih dalam pengaruh bius, membiarkan dirinya sendiri diurus oleh tim medis melakukan yang terbaik sesuai dengan perintah tuan Prince.Hari sudah semakin gelap, namun Prince masih setia menunggu Niana yang masih terpejam setelah beberapa jam melakukan cuci darah. Prince sendiri tidak mampu membayangkan betapa tersiksanya Niana selama ini. Terlebih lagi, ia hanya mengetahui jika Niana hidup seorang diri. Dari mana gadis ini mendapatkan uang untuk berobat segala macam? Sebelumnya, Prince sudah berusaha menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari tahu biodata lengkap Niana. Dari mana asalnya, orang tuanya, bahkan riwayat hidupnya. Namun sayang, semuanya gagal dilakukan. Niana benar-benar seperti anak gadis sebatang kara yang berusaha hidup sendiri tanpa dampingan dari orang tua ataupun saudara yang lainnya.Bahkan, panti asuhan Niana sendiri tidak berhasil
Niana benar-benar menceritakan semuanya pada Prince. Pria itu tampak menyimak dengan baik dari seorang gadis yang telah berani mengusik relung hatinya. "Dan untuk ginjal, aku mendonorkannya pada kakakku. Dia laki-laki, anak kesayangan kedua orang tuaku. Saat itu kakak menderita gagal ginjal karena kerusakan pada salah satunya. Karena hidup satu ginjal itu tidak mudah, harus melakukan cuci darah setiap minggu bahkan lebih sering, meminum obat seumur hidup, tidak bisa bebas beraktivitas seperti sebelumnya. Alhasil, aku dipinta oleh kedua orang tuaku untuk mendonorkan ginjal kepada kakak," jeda Niana untuk menarik napas sedalam-dalamnya. Mengingat hal ini membuatnya ingin menangis keras sekarang."Awalnya kakakku menolak, tapi dengan paksaan orang tuaku pendonoran itu tetap terjadi. Bedanya, setelah aku hidup dengan satu ginjal, mereka seolah tidak peduli, mereka hanya memberikan uang untuk aku pergi berobat sendiri. Sangat berbeda dengan kakak yang sampai ditemani berobat di rumah saki
Pulangnya, Prince terkekeh kecil melihat aktivitas Niana yang sedang bermain di halaman mansion. Sontak sopir pribadinya menatap heran, untuk pertama kali dalam hidupnya sosok Prince Nadav Gionino itu tersenyum dan tertawa kecil. Terlebih, ini karena pemandangan seorang gadis yang sedang bermain dengan kucing kecilnya.Segera Prince turun dari mobil, matanya masih setia memandangi pemandangan lucu itu. Namun, alangkah terkejutnya Prince ketika kucing kecil itu mulai berlari ke arahnya. Sontak dirinya berlari menjauh, sampai terjadi aksi kejar-kejaran antara kucing kecil dengan seorang pria gagah nan berwibawa.Niana sudah tidak bisa menahan tawanya, tawa itu pecah diiringi air mata yang mengalir si sudut matanya saking tak kuat menahan geli di perut."Hey, diam! Sekali lagi kau mengejarku, akan ku bunuh kau!" sentak Prince yang kini sudah berlindung di balik tubuh mungil Niana.Gadis itu tentu saja tak terima mendengar kata 'bunuh' yang dilontarkan oleh Prince pada hewan tersayangnya