Pipi Resti terasa kebas atas tamparan yang dilayangkan oleh Elsa-Mama mertuanya, selama ini Elsa tau bahwa Richard telah menikah lagi dengan perempuan yang dicintainya. Bahkan saat ini sedang mengandung anaknya Richard.Resti merasa aneh, mendapatkan tuduhan bahwa dia yang menyebabkan Sisilia pingsan. Dia sendiri bingung apa yang sudah dilakukannya, sampai-sampai mertuanya mengancam dia. Untuk saat ini dia hanya bisa diam, biarkan waktu yang menjawabnya. Apa yang mertuanya katakan barusan? "Menantu!!! aku pun menantunya. Tapi menantu yang tidak dia harapkan, bahkan menantu yang tidak sama sekali dia anggap. Baiklah aku akan berperan sebagai menantu cadangan, yang sewaktu-waktu akan dia buang. Aku akan mengikuti semua alur yang Tuhan gariskan untukku," batinnya berkata.Dari pagi bahkan sampai menjelang sore dia hanya berada di dalam kamarnya yang sempit dan lusuh, tidak ada aktifitas apapun di rumah ini. Rumah yang luas dan semewah ini tampak tak berpenghuni, padahal di dalam kamar a
Sisilia menghampiri Resti, kemudian menamparnya "Sudah ku bilang, manjauh dari kehidupan kami," hardiknya kemudian.Elsa membuka tutup botol kemudian mengambil 1 obat berbentuk pil untuk dimasukkan kedalam mulut Resti."Kamu minum pil ini, biar musnah kamu dan anak kamu sekalian," sungut Elsa, menatap horor ke arah Resti.perempuan paruh baya itu mendekati Resti, kemudian mencengkram dagunya. Resti terus menggelengkan kepalanya dan berkata "jangan Mah! Aku minta maaf, kasihani anakku. Aku akan pergi" pintanya lirih, air matanya sudah meleleh di kedua pipinya yang memerah bekas tamparan Sisilia "aku janji akan pergi, Mah! tolong lepasin aku" pintanya kembali"Janji, kamu akan pergi dari kehidupan kita" "Iya, Mah! Aku berjanji. Aku akan pergi dari kehidupan Mas Richard.""Sudah Mah, kita pulang saja. Yang terpenting dia sudah berjanji, awas saja sampai dia menipu kita, aku lenyapkan kamu dan anak kamu itu." tukas Sisilia panjang lebar ke arah Resti.Akhirnya mereka pergi, Resti terdudu
"Kamu ngapain ke sini?" "Kenapa tanya?" Richard sembari mengernyitkan dahinya ke arah Resti "aku mau ketemu sama kamu?""Tumben kamu ingat aku.""Apa kamu bilang? Tumben! memang ada larangan seorang suami bertemu dengan istrinya" "ISTRI? Sejak kapan kamu anggap aku istri?" cibir Resti menanggapi ucapan sang suami "memang tidak ada yang melarang sih, cuma agak aneh aja!" sambung perempuan itu dengan nada datarnya "Kok, kamu kayak gitu" ucap Richard menatap RestiPerempuan itu mengedikkan bahunya "terserah kamu, mau datang dan tidak datang pun. Aku biasa saja" timpal Resti, sembari tersenyum mengejek ke arah Richard."Kamu?" geram Richard, sembari menunjuk menggunakan jari telunjuknya, menatap Resti menahan amarahnya."Kenapa? mau marah? silahkan!" sembari berkata, Resti mengedikkan bahunya tanda tidak mau perduli lagi dan malas untuk bedebat.Perempuan itu terus berjalan menuju arah lift, meninggalkan Richard yang masih menahan emosinya.Laki-laki itu menghela napasnya dengan kasar,
"Aku sama sekali tidak masalah, selagi aku mampu dan bisa, pasti Akan aku bantu. Tapi maaf untuk sementara waktu, kamu aku pindahkan ke klinik sahabatku, karena kamu belum pulih betul. Aku pastikan jika kamu sudah bisa melakukan perjalanan jauh, kamu boleh pergi dan akan aku antar sampai ke tempat tujuan kamu." Tutur dokter Adrian.Saat Resti tiba di rumah sakit, dokter Adrian sedang bertugas. Akhirnya, dia lah yang membantu perempuan itu dengan proses persalinan normal.Resti meminta pertolongan kepada Adrian, untuk mengganti data dirinya dirumah sakit tersebut. Setelah 1 hari pasca melahirkan Resti dipindahkan ke klinik yang memang sudah direkomendasikan oleh Adrian."Terima kasih banyak dokter, aku enggak tau harus bagaimana tanpa bantuan dokter," terang Resti ke arah Adrian"Panggil Adrian saja,""Sekali lagi terima kasih dokter," ucap Resti kembali, dan diangguki oleh Adrian."Apa rencana kamu selanjutnya?" tanya Adrian ke arah pandang Resti.Perempuan itu menundukkan kepalanya m
Kamu yakin akan menetap dan tinggal di Surabaya, nak?" Tanya Daniel ke arah Resti."Yakin, Pah" Jawab Resti tanpa ada keraguan sedikitpun."Ceklek!!"Pintu ruangan kamar pasien terbuka, manampilkan seorang perempuan yang sedang tersenyum dan langsung masuk menghampiri Resti.Sontak kehadiran Minah membuat Resti takut. Pasalnya, kedatangan Minah bisa saja berbarengan dengan Richard. Seperti sudah mengetahui keterkejutan dan kekhawatiran Resti, Daniel menceritakan semuanya. Bahwa Minah yang tak lain adalah orang suruhannya selama ini. Karena Minah pula, laki-laki paruh baya itu dapat mengetahui semua informasi dan semua kelakuan sang istri dan menantu nya yang bernama Sisilia."Papa hanya bisa mendoakan dari jauh, semoga kalian bahagia. Papa akan siapkan 1 buah rumah di sana, kamu tolong jangan menolak pemberian dari papa. Anggap saja ini hadiah untuk cucu opa yang cantik" tutur Daniel menatap bayi dalam gendongannya "siapa namanya, nak?" tanyanya kemudian."Rachelica friona Richardo.
Di dalam kamar hotel, kini sepasang kekasih sedang bergumul panas di atas ranjang, desahan dan desahan kini terdengar dari mulut keduanya.Decitan ranjang, juga mulai menggema diseluruh ruangan kamar hotel tersebut. Sepertinya Sisilia melepas hasratnya yang selama ini tidak pernah tersalurkan dengan Richard. Saling melumat dan saling memberikan kepuasan tersendiri bagi pasangan kekasih itu. Laki-laki itu melumat habis bibir Sisilia, keduanya saling membelit dan mengeksplor, menjelajahi ronggo mulut milik perempuan itu hingga membuat keduanya saling menikmati satu sama lain. Laki-laki itu meremas ke dua bukit kembar milik Sisilia dengan kuat, kini dia sudah merobek paksa baju minim yang dikenakan perempuan itu.Ciuman itu sudah berpindah tempat menyusuri tengkuk leher Sisilia, hingga kemudian turun ke bawah tepat di ke dua gundukan yang terlihat sangat menantang. Bobby mengulum senyumannya saat melihat keindahan di depan matanya, dengan tidak sabaran laki-laki itu mulai melahap habi
"Mau kemana kamu?" tanya Elsa tepat saat dia ingin melangkah menuruni anak tangga, namun langkahnya terhenti saat melihat penampilan Sisilia yang terlihat sudah rapih dan bersiap untuk pergi."Mama tanya aku,-""Iya, siapa lagi!" Sela Elsa sembari menatap Sisilia "manusia di sini hanya ada saya, dan kamu! Apa mungkin kamu bukan manusia?" Sindirnya kemudian."Heh! nenek sihir!" geram Sisilia dengan memicingkan matanya ke arah Elsa dari atas hingga ke bawah, seperti tatapan sedang mengejeknya "lo itu cerewet banget, gue gak suka di atur-atur. Lagian gue ini bukan seperti perempuan kampung itu yah. Yang bisa lo injak-injak harga dirinya,-""Sudah cukup Sisilia! Kamu itu kurang ajar sama saya!" hardik Elsa dengan amarahnya menatap Sisilia "saya sudah tahu, siapa kamu yang sebenarnya. Kamu hanya menginginkan harta keluarga saya, saya juga tahu anak siapa Arka itu! Selama ini saya diam, karena saya ingin melihat kamu. Sampai di mana kelakuan bejat kamu itu, jangan di kira saya tidak tahu y
"Lumpuh!" "Benar, Pak! tapi semua bisa kembali normal, jika bu Elsa menjalani beberapa tahapan""Artinya, mama bisa sembuh seperti sebelumnya" Dokter salim tersenyum dan menganggukan kepalanya."Berapa lama?" tanya Richard kembali"Saya tidak bisa memastikan kapan akan sembuh seperti sebelumnya, tapi saya dan team saya akan berusaha semaksimal mungkin, untuk membantu dalam proses penyembuhan bu Elsa" jelas dokter Salim*** Selepas Richard bertemu dan berbicara dengan dokter salim, laki-laki itu terus melamun dan tidak banyak berbicara. Dia masih mengamati Elsa yang sedang terlelap di atas ranjang rumah sakit.Sudah 3 jam dia menunggu, tetapi. Perempuan paruh baya itu masih betah menutup matanya, pasca operasi siang tadi. Pintu ruang perawatan VVIP itu tiba-tiba di buka dari luar. Seseorang datang dengan menampilkan raut kecemasan pada wajahnya yang sudah tidak muda lagi, Yang tak lain adalah Daniel ayah dari Richard. Dia menghampiri sang istri kemudian duduk disebelah tempat di ma