“Sudahlah, Nak. Jangan menangis lagi.” Mama Sulis terus membelai rambutku, mencoba menenangkan aku yang benar-benar tak bisa menghentikan tangis.”
Bagaimana tidak? Aku harus menerima kenyataan kembali ditinggalkan, oleh pria yang sangat penting dalam hidupku. Juga pria yang sudah aku labeli akan menjadi pasangan hidup sampai tua nanti.”
Demi Tuhan. Tujuanku ke Rumah ini kan, untuk menyelesaikan masa lalu, agar bisa hidup tenang dengan pria itu.”
Tetapi pria itu malah seenaknya pergi, tanpa memberi kabar apapun padaku. Seakan aku ini sudah tak penting dan ....”
“Apa perlu kita pesan tiket ke London sekarang. Agar kamu bisa menyusul Dokter Ken ke sana?” usul Kak Sean kemudian. Tampak ikut bersalah akan kejadian itu.”
*Happy Reading*”“Andara Prameswari. Kau ku talak.”“Alhamdulilah ....”Senyumku pun langsung terbit, setelah mendengar kata talak kembali diucapkan pria ini.”Please ... tolong jangan bilang aku gila. Karena apa? Karena ini memang harus dilakukan, agar aku bisa meraih kebahagiaanku yang sudah menunggu.”“Makasih ya, Kak,” ucapku tulus, seraya menatap pria yang sekarang sudah sah ku sebut Mantan suami.”Iya, dia adalah Sean Abdilla, yang baru saja mengucapkan kata talak untuk kedua kalinya terhadapku.”Kenapa bisa begitu? Ya ... karena aku sendiri sebenarnya selama ini r
*Happy Reading*” “Saya terima nikah dan kawinnya Andara prameswari Binti Matheo Prameswari dengan mas kawin tersebut, tunai!”“ “Bagaimana para saksi? Sah?”“ “Sah ....”“ Alhamdulilah ....” Rasa haru pun menyeruak tak terbendung, saat moment itu kembali terulang dalam hidupku.” Meski ini memang bukan yang pertama ku alami. Tapi rasa haru ini benar-benar pertama kali aku rasakan dan ....” Terima kasih Tuhan. Akhirnya aku punya hari bahagiaku sendiri.” Aku benar-benar tak pernah menyangka akan punya kesempatan lagi, bisa merasakan moment ini kembali dalam hidupku, setelah semua yang sud
“Loh, Kak Sean? Udah pulang? Kok, gak ngabarin? Gimana kabar Kakak sama Kak Audy? Baikkan?”“ Aku cukup terkejut melihat keberadaan Kak Sean di Ruang tamu kediamanku, saat baru saja menidurkan Kean yang lumayan rewel hari ini.” Kak Sean tidak menjawabku. Hanya tersenyum tipis, sebelum menyerahkan sebuah amplop padaku.” “Aku baru datang. Sengaja langsung ke sini untuk memberikan itu padamu,” ucapnya sendu, tidak seperti biasanya.” Entah kenapa, aku melihat kesedihan yang teramat sangat dalam matanya.” “Ini apa?” tanyaku kemudian, sambil menerima amplop yang sepertinya berisi surat di dalamnya.” “Baca aja, itu dari Audy.”“ Eh?”
Pov Kenneth” “Bang?”“ “Hm ....”“ “Itu siapa?”“ Kairo mengangkat wajahnya dengan kesal, sebelum mengikuti arah pandangku.” “Maba,” jawabnya singkat. Membuat aku kesal sekali.” Abang kembarku ini memang pelit sekali berkata-kata. Seakan setiap kata dia ucapkan itu harus membayar.” “Ck, Dari baju yang dia pakai pun, gue juga bisa nebak kalau di masih Maba.” Aku berdecak cukup keras, menyuarakan kekesalanku pada pria yang lahir tiga menit lebih awal dariku.” “Kalau begitu, kenapa masih tanya?” gumamnya kemudian, membuat kekesalanku makin menjadi-jadi.”
“Menikahlah dengan Sean.” Seketika tubuhku menegang, kala mendengar permintaan terakhir Ayahku yang saat ini sedang kritis. Tidak! Itu tidak mungkin! Mana Bisa aku menikah dengan Kak Sean. Sementara pria itu sendiri .... “Tapi, Pih ... Kak Sean kan, sudah mau menikah dengan Kak Audy.” Aku mencoba menolak, seraya melirik dua orang yang kusebutkan tadi, di kaki tempat tidur Papiku. Itulah kenapa, aku bilang ini gak mungkin, karena aku gak mungkin merusak pernikahan mereka, kan? “Me ... menikahlah, ber ... sam ... a..sam ... a,” Namun, Papi masih bersikukuh, meski kini Papi mulai
“Saya terima nikah dan kawinnya Andara Prameswari binti Matheo Prameswari dengan mas kawin tersebut Tunai!” “Bagaimana para saksi? Sah?” “Sah ....” Terdengar suara gemuruh, untuk kedua kalinya diluar kamarku, yang menyatakan keberhasilan Kak Sean mengucapkan ijab kabul hari ini. Ya. Hari ini, adalah hari pernikahan Kak Audy dan Kak Sean, juga pernikahanku dengan pria yang sama. Lalu, tadi itu adalah suara gemuruh para saksi, yang secara serentak menyatakan kalo sekarang aku dan Kak Audy sudah sah menjadi istri Kak Sean. Miris, ya? Setelah Kak Sean mengucapkan ijab qobul untuk Kak Audy. Tak berselang lama setelahnya, Kak Sean pun
Langkahku sontak terhenti, kala melihat pemandangan pagi itu di dapur. Pasalnya, aku sudah berusaha pergi sepagi mungkin dari rumah ini. Siapa sangka, aku akan melihat pemandangan ini? Belum cukupkah air mataku semalam, yang hanya bisa melihat kebahagiaan mereka di resepsi lewat jendela kamar. Seperti apa yang kubilang dari awal? Mereka memang tak akan mencariku. Bahkan semalam mereka kelihatan sangat bahagia sekali. Seakan dunia hanya milik mereka berdua. Ah, ya. Seharusnya memang itulah yang terjadi. Seharusnya memang kisah ini hanya milik mereka berdua. Karena aku memang hanya pemeran figuran saja di sini. Namun, Seakan belum cukup kenyataan menamparku semalam akan posisiku sebenarnya. Kini aku harus kembali menerima rasa sakit itu, kala melihat Kak Sean sedang mencumbu Kak Audy dengan sangat panas di sana. Ra
Kak Audy: Ra, hari ini aku sama Sean mau on the way ke Paris buat honeymoon. Nanti kalo kerjaan kamu udah beres. Nyusul, ya! Aku hanya bisa menghela napas panjang. Kala membaca chat yang di kirimkan Kak Audy siang tadi padaku, tetapi baru bisa kubaca malam hari. Memilih mengabaikan pesan itu, aku pun melemparkan ponselku ke pojok tempat tidur, dan merebahkan tubuhku yang terasa penat sekali. Bukannya aku tak ingin membalas chat itu. Hanya saja ... aku cuma bingung harus balas apa? Pasalnya, Aku baru saja tiba di Hotel, setelah seharian berjibaku dengan masalah kantor cabang yang ternyata cukup rumit. Kepalaku sudah penat, dan tubuhku juga sudah sangat lel