Share

Tak Tahu Diuntung!

"APA YANG KAU LAKUKAN, HAH!?"

Suara dari bariton seorang pria mengejutkan Jackson yang tengah berada di puncak. Sontak, wajah malu dan merah padam tak dapat dibendung oleh mantan CEO perusahaan ternama itu. Dengan penuh emosi, pria bertopi hitam itu langsung menarik Jackson dan memukulnya dengan beberapa kali pukulan telak hingga wajahnya babk belur dan mengeluarkan darah dari hidung juga mulutnya.

"Bajingan! Biadab! Brengsek! Apakah ini balasanmu pada orang yang telah menolongmu, hah? Apakah ini sikap seorang putra taipan ternama negeri ini! Cih! Benar-benar sikap seperti binatang!" umpat pria tersebut sambil melempar salivanya ke wajah Jackson karena kesalnya.

"Evelyn ... Evelyn ... Eve, bangun. Kau tak apa-apa?" Pria itu memukul wajah wanita yang disapa Eve itu dengan lembut.

Tak ada jawaban. Hingga pria bertopi itu menyadari jika ada yang salah dengan sahabatnya ini. "Apa jangan-jangan ...," pikir sang sahabat melihat roman wajah Eve yang masih terlihat penuh gairah serta banyaknya cap tanda bibir di sekujur tubuh wanita molek itu menjadi pertanda bahwa aphrodisiac telah benar-benar berada di dalam tubuhnya.

"Ini gawat! Jika terus begini, maka Eve akan ...,"

Belum selesai pria bertopi itu bicara pada dirinya sendiri, tiba-tiba Eve langsung merangkul lehernya dan mengulum bibirnya penuh nafsu.

"Ev-Eve ... E-Ev-Eve ...Eve ... EVELYN!" sentak pria itu melepas kalungan tangan yang melingkar di lehernya.

"Hah ... hah ... hah ... t-t-to-tolong aku." Ucap Evelyn sembari memegangi tubuhnya.

Pria itu menutupi tubuh Eve dengan mantel panjang cokalt yang dikenakannya dan menggendong sang wanita masuk ke dalam mobilnya. Sementara Jackson dibiarkan tergeletak di tempat itu tanpa busana. Setelah memasukkan tubuh Eve ke dalam mobil bersamaan dengan Hendrik, barulah pria bertopi itu berjalan menghampiri Jackson yang terkapar tak berdaya dengan luka lebam di wajahnya.

"Jika aku mau, aku bisa saja mengambil foto dirimu yang saat ini begitu mengenaskan dan aku akan mendapatkan untung banyak darinya. Tapi aku masih punya OTAK dan masih bisa digunakan untuk BERPIKIR! Apakah Anda juga masih memiliki otak dan dipakai untuk berpikir atau justru sebaliknya, otak Anda tumpul karena itu Anda tak lagi bisa berpikir dengan jernih!" Umpat pria itu sambil menekan-nekan dahi Jackson dengan telunjuknya.

Pria itu kemudian berdiri dan meninggalkan Jackson. "T-tunggu ... tunggu!" ucapnya dengan suara lirih dan pelan.

"Heh, Anda rupanya masih hidup, ya?" ejeknya, "ada apa?" tanyanya ketus.

"B-b-bawa aku ke rumah sakit, aku m-mo-mohon," ucap Jackson lagi.

"Boleh saja?" Pria itu membalikkan tubuhnya, "tapi ada syaratnya!" 

****

Rumah Sakit St. Nicholas

"Nngghh ... nnggghhh, di-di mana aku?" Eve yang mulai sadar perlahan membuk kelopaknya.

"Kau sudah sadar, Eve? Bagaimana keadaanmu?" tanya pria bertopi hitam itu khawatir.

"Kenapa-kenapa aku bisa di sini?" Eve memperhatikan ruangan yang serb putih.

"Kau di rumah sakit, Eve."

"Rumah sakit? Lalu, bagaimana dengan dua orang pria tadi? Apa mereka baik-baik saja? Apa mereka sudah dibawa ke rumah sakit? Apa mereka ...,"

"Eve ... Eve ... Eve, tenanglah. Mereka sudah dibawa ke rumah sakit dan kini sedang dalam penanganan dokter. Yang sekarang harus kau khawatirkan adalah dirimu sendiri." Jelas pria itu memegangi tangan Evelyn.

"Tony, ada apa? Kenapa wajahmu begitu?" tanya Eve penasaran.

"Tak ada apa-apa. Kau istirahatlah. Aku mau keluar sebentar."

"Mau ke mana?" tanya Eve.

"Aku ingin membeli minuman dulu" Ujar Tony keluar kamar Evelyn.

Ddrtt ... ddrrtt ...

"Halo,"

[Bagaimana? Apa dia sudah sadar?]

"Hnn, dia sudah sadar."

[Bagus! Kau tahu apa yang harus kau lakukan!]

"Aku tahu!"

'Hhhh, maafkan aku, Evelyn.'

"Maaf, ya agak lama." Ucap Tony ketika kembali ke kamar Evelyn.

"Tidak, tak apa. Apa yang kau beli?" tanya Evelyn penasaran.

"Espresso dingin." Tony menunjukkan dua buah kaleng espresso dingin pada Evelyn.

"Boleh aku minta satu?" tanyanya.

"Memang ini untukmu. Buat apa aku beli dua jika bukan untuk partnerku?" senyum Cleon memberikan espresso dingin.

"Tapi, aku penasaran. Siapa orang yang kita tolong itu, ya? Kenapa aku tak ingat sama sekali?" Eve memegangi kepalanya.

"S-sama sekali, Eve? Kau tak ingat apa yang terjadi kemarin? Benar tak ingat?" tanya Tony sekali lagi.

Evelyn menggelengkan kepalanya, "Aku tak ingat apa yang terjadi kemarin, Tony. Memangnya ada apa?" tanyanya lagi.

Tony terdiam. Dia hanya melihat Evelyn nanar. "Sudahlah, jangan dipikirkan. Lebih baik kau istirahat sekarang, oke."

"Di mana mereka?" tanya Evelyn tiba-tiba.

"Mereka siapa?"

"Ketua Ou Gang Grup dan putranya, Jackson Liu." Ucap Evelyn menatap datar.

"Mereka ada di ruang sebelah, jangan khawatir."

Evelyn langsung bangun dari tidurnya dan mencabut infus yang menempel di tangan kirinya. "E ... kau mau apa?" tanya Tony terkejut.

"Aku harus menemui mereka!" 

"Untuk apa?" 

"Mencari informasi!" tegas Evelyn menatap Tony.

Ketika Evelyn akan turun dari ranjangnya, Tony dengan sigap menahan tangan wanita itu. "Apa yang kau lakukan, Tony? Lepaskan tanganmu!" perintah Evelyn sambil mendelikkan matanya.

"Tidak!" sahut Tony tegas.

"Kau ...!!"

"Jika kalian membuat ribut d tempat ini, saya akan panggilkan keamanan!" salah satu suster di rumah sakit itu menegur keras Tony dan Evelyn.

"Ini semua gara-gara kau!" sinis wanita itu langsung menarik tangannya dari genggaman Tony.

"Eve, percayalah. Mereka bukanlah seseorang yang mudah kau sentuh. Pekerjaan kita memang mencari berita, tapi kita juga harus mempertimbangkan keamanan juga keselamatan kita, Eve. Jadi, tolonglah ...," ucap Tony merendahkan suaranya.

"Aku tahu siapa mereka, Tony dan aku tak butuh nasihat bodohmu! Apa kau tak lihat bagaimana tak berdayanya seorang Hendrik Ou Gang di hadapan Edison Wu? Bisakah logikamu bekerja? Edison Wu, siapa dia? Perusahaan yang dia miliki tak sebesar Ou Gang Grup,"

"Tapi dia Ketua Black Dragon, salah satu geng mafia yang paling ditakuti di kota ini." Tony menambahkan.

"Ckckck, naif sekali cara berpikirmu, Tony! Klan Ou Gang adalah klan yang paling berpengaruh dan berkuasa di kota ini. Jika lawan yang dihadapi hanya kelompok Edison Wu, seharusnya Hendrik tak perlu seperti itu, kecuali ...,"

"Kecuali? Kecuali apa?" tanya Tony penasaran.

"Ah, tidak. Tak ada apa-apa." Balas Evelyn mengikat rambutnya sebahu ala kuncir kuda. 

Tony yang langsung melihat tanda merah berlambang bibir langsung memegang kedua bahu Evelyn kasar.

"T-Tony? Apa yang kau lakukan? A-apa maumu!?" Evelyn terkejut.

Tony hanya menatap Eveyln dengan tatapan datar namun tajam. Dengan kepala tertunduk dan lirih, Tony berkata, "Ma-maafkan aku, Eve. Aku sungguh minta maaf."

"Maaf? Maaf untuk apa?" tanya Eveyln bingung.

Dengan akting bak bintang Hollywood, Tony mulai menangis terisak, "Ke-kemarin ... kemarin ketika kau sedang berusaha menolong Hendrik dan juga putranya, Edison ... Edison ...,"

"Tony, apa yang kau bicarakan? Aku tak mengerti. Bisa kau jelaskan pelan-pelan?" pinta Evelyn.

Dengan menarik napas dalam-dalam, Tony berkata, "Kau telah salah meminum pil yang Edison berikan padamu dalam taruhan itu. Ketika Edison meninggalkan tempat itu, kau berusaha untuk menolong Hendrik dan juga putranya. Ketika kau berhasil membawa mereka ke ambulan, aku lihat kau ... kau ...,"

"Tony, jangan putus ucapanmu! Teruskan!" perintah Evelyn semakin penasaran.

Tanpa terduga, Tony berlutut di depan Eveyln dan terisak dengan suara parau, "E-Edison memberimu pil a-a-aphrodisiac."

Seketika, tubuh Evelyn terkulai lemas dan menatap Tony datar.

"Pinjamkan aku ponselmu," ucap Eveyln pelan.

Tak ada reaksi dari Tony. "TONY! AKU BILANG PINJAMKAN AKU PONSELMU!" teriak Eveyln.

Kali ini, Tony tak bisa menolak permintaan Eveyln. Dengan jari gemetar, dia memberikan ponselnya pada wanita itu dan ....

"A-apa-apa ini? Apa ini, Tony?" tanya Eveyln mulai terisak sambil menunjuk tanda merah di lehernya.

"Maafkan aku, Eve. Aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku khilaf ... aku tak bermaksud ...,"

PLAK!

Tamparan keras langsung mendarat di kedua pipi Tony. Merah dan panas! Itulah yang ia rasakan sekarang. Evelyn seketika itu juga langsung menangis dan membanting ponsel milik Tony.

"Pergi! Keluar! Aku tak mau melihatmu! Kau! Kau bedebah bangsat! Bedebah jahanam! Kau manusia yang tak tahu diuntung, TONY CHANG!" teriak Eveyln mendorong tubuh Tony kencang dan mengusirnya.

"Eve ... Eve ... Evelyn! Aku minta maaf, aku-aku akan bertanggung jawab! Aku bersumpah, aku akan bertanggung jawab ... agar aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan!" Senyum seringai dan ekspresi puas ditunjukkan oleh Tony dan segera tanpa membuang waktu ia meninggalkan kamar perawatan Eveyln.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status