Hana membuka matanya pagi itu dan tidak melihat suaminya ada di atas sofa.
Harum wangi parfum yang menyeruak ke dalam hidung mengatakan jika lelaki itu mungkin sudah ada di meja makan.
Dengan malas, Hana menurunkan kakinya. Ia memijat kepalanya yang pusing lantaran bertengkar dengan Nicholas tadi malam.
Ia melihat dirinya melalui cermin rias yang ada di depan ranjangnya. Berdiri dan mengecek setiap jengkal tubuhnya.
Tak ada yang masalah dengan tubuhnya. Masih seksi dan masih enak dipandang mata, tapi kenapa Nicholas tak mau melakukan hubungan istri dengannya?
Bahkan lelaki yang melihat sekejap pada Hana saja pasti akan terpesona oleh tubuhnya yang indah. Tetapi kenapa tidak pada lelaki itu?
“Jangan-jangan Nicholas tidak normal.” Hana berdesis kesal.
Dia turun setelah mencuci muka dan mengenakan Cardigan tipis untuk menutupi tubuhnya.
Masih memakai gaun lingerie-nya. Dengan percaya diri ia berjalan menuju meja makan. Dari kejauhan ia melihat Nicholas sudah bersama dengan Amanda dan tak menaruh rasa curiga sedikit pun meski mereka nampak sedang berbincang.
Nicholas sempat tersedak pada makanannya ketika melihat bayangan mendekat ke arahnya.
Amanda ikut melirik demi melihat apa yang membuat wajah Nicholas menjadi terkejut seperti barusan.
“Kenapa? Apa terlihat aneh?” tanya Hana acuh, ia mengambil kursi kemudian duduk di samping Nicholas.
“Setidaknya pakailah pakaianmu. Kamu memiliki pakaian yang banyak dan layak pakai, kenapa harus memakai pakaian mini seperti ini?”
“Lagian cuma ada kamu sama Amanda saja, kan?” Hana mengambil apel dan mengigitinya.
Nicholas menggelengkan kepalanya. Kemudian mulai memakan makananya yang sempat tertunda tadi.
Jika dilihat—memang Nicholas dan Hana seperti tidak pernah akur. Mereka suami istri tapi seperti anjing dan kucing.
Namun untuk beberapa hal, Amanda iri pada Hana yang memiliki segalanya. Termasuk memiliki Nicholas.
Namun tunggu dulu—jika dilihat dan diingat lagi, bukankah Hana adalah wanita yang sudah merebut Nicholas darinya?
Atau—dia tidak tahu kalau Nicholas dulu sempat memiliki kekasih meskipun tidak tahu kalau itu adalah Amanda? Buktinya sikap Hana masih biasa saja sampai sekarang pada Amanda.
Mungkin Amanda harus bertanya padanya nanti jika ada kesempatan.
“Aku mau ke tempat fitness setelah ini,” kata Hana tiba-tiba.
“Terserah,” sahut Nicholas malas.
“Kamu tahu Amanda? Aku selalu melakukan hal yang sangat menyiksa diriku, seperti fitness dan berolahraga setiap hari. Memakan makanan yang rendah kolesterol agar suamiku tidak melirik wanita lain,” jelasnya panjang lebar.
Amanda hanya memandang mereka berdua bergantian.
“Aku kurang apa? Tak ada istri yang sampai memerhatikan penampilannya agar tidak mempermalukan suami jika ada pertemuan dengan relasi bisnis,” sambungnya lagi. Kini ia menyesap jusnya yang tanpa gula.
“Kalau saja kamu melihat istri dari teman-teman Nicholas.” Amanda bergidik ngeri. “Kamu pasti akan mengira jika suami mereka tidak memberikan uang untuk perawatan.”
Kali ini Amanda menarik satu sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman sinis.
“Tapi apa gunanya kalau penampilan bagus, namun tak mau mengandung anak sendiri?” Nicholas mengelap bibirnya dengan tisu lalu berdiri.
Ia melirik Hana dengan ekor matanya dan tersenyum pada Amanda.
“Kuharap hanya ada satu Hana di dunia ini,” sindir Nicholas.
“Kamu akan menyesal, Sayang! Kalau tubuhku bergelambir!” teriak Hana tak memedulikan jika ada Amanda di depannya.
“Dia selalu bersikap seperti itu, jadi abaikan saja,” ucap Hana.
“Oh ya, kamu harus makan banyak. Aku ingin bayiku sehat. Oke.”
Kali ini Hana yang pergi, meninggalkan Amanda yang sedang mengamati banyak makanan tapi sama sekali tak disentuh oleh Hana.
Hana memang tipe wanita yang selalu mementingkan penampilan di atas segalanya. Karena dia berpikir jika lelaki hanya akan peduli pada satu hal itu.
Namun sepertinya dia salah. Seorang suami pasti ingin memiliki seorang anak. Dari rahim istrinya sendiri.
Tetapi kali ini mungkin pengecualian pada Nicholas. Dia sudah luluh dan tak mempermasalahkan hal itu lagi, selama Amanda yang menjadi ibu pengganti untuk anaknya.
**
Nicholas duduk di meja kerjanya. Matanya menatap kosong mejanya hingga tak sadar jika temannya Zayn sudah duduk di depannya.
“Jadi masalah apalagi yang kamu hadapi sekarang?” tanya Zayn mengejutkan Nicholas.
“Sejak kapan kamu ada di sini?”
“Aku sudah mengetuk pintu berulang kali tapi kamu tidak mendengarnya. Aku sempat mengira kalau kamu pingsan di kursimu,” kekehnya.
“Jadi kenapa lagi? Bukankah ini yang kamu inginkan selama ini? Menemukan Amanda?”
Nicholas mendesah frustrasi. “Tapi tidak bertemu lagi sebagai ibu pengganti. Kupikir dia menjalani hidupnya dengan baik, tapi ternyata hidupnya—menyedihkan.”
“Setidaknya setelah menjadi ibu pengganti dia memiliki banyak uang, bukan?”
Mata Nicholas mendelik sewot. Temannya satu ini mengapa sama sekali tidak mengerti permasalahan yang sebenarnya.
“Bukan seperti itu maksudku.”
“Lalu apa?”
“Hidup Amanda menderita setelah aku menikah dengan Hana. Dia bercerai dengan suaminya dan hak asuh anak jatuh di tangan mantan suaminya.” Nicholas berdiri kemudian memandang langit melalui jendela kaca yang sebesar tiga kali dari ukuran tubuhnya.
“Andai dulu aku mencarinya dan tidak menyerah.”
“Menemukannya pun kamu tak bisa lepas dari Hana. Kamu tahu sendiri dia wanita yang pandai, dia akan memberitakan kabar miringmu di media dan membuatmu jatuh.”
Terkulum senyum miris di bibir Nicholas. Dia seperti lelaki tak berguna yang bahkan tak bisa melindungi kekasihnya sendiri.
“Jadi Hana belum tahu kalau Amanda adalah mantan kekasihmu?”
Nicholas menggelengkan kepalanya. “Tak ada yang tahu selain kamu dan Amanda. Jadi kalau sampai Hana tahu—“
“Aku tidak sebrengsek itu, Nich! Tapi bukankah akan sangat bagus kalau dia sampai tahu kalau Amanda adalah mantan kekasihmu?”
Nicholas berdecih. “Setelah melahirkan mungkin Amanda akan dibuat menderita oleh Hana,” desisnya.
Jika saja dulu dia dengan terang-terangan menjalani hubungan dengan Amanda. Mungkin tidak akan menjadi seperti ini jadinya.
Dulu …
“Aku akan pergi, aku akan menemui kekasihku malam ini,” kata Nicholas ketika Hana mencegah Nicholas pergi dari apartemennya.
“Kekasih? Yang mana? Aku tidak pernah melihatmu pergi dengan wanita manapun, Nicholas. Jangan menolaku dengan cara menyedihkan seperti itu.”
“Kamulah yang menyedihkan, Hana.”
“Oke, malam ini saja. Temani aku minum dan aku akan melepaskanmu pergi.”
Nicholas bimbang, sampai pada akhirnya memilih untuk menemani Hana minum.
Dan paginya, dia menemukan dirinya sudah ada di ranjang dengan tanpa mengenakan pakaian apapun di tubuhnya.
Ia terkejut melihat tubuh polos di sampingnya yang sedang memunggunginya.
“Hana,” bisik Nicholas.
Mata Hana terbuka lalu tersenyum pada Nicholas.
“Kamu sudah bangun?” tanyanya dengan suara seraknya, ia bertanya seakan tidak terjadi apa-apa tadi malam.
“Kenapa—apa yang kita lakukan tadi malam. Kenapa kamu tidur—“
Hana duduk dan menghadap ke arah Nicholas. Ia menaikan selimut ke atas dadanya. “Kamu lupa, kamu yang menginginkannya semalam,” jawabnya.
Rumah sepi tanpa penyambutan yang hangat sudah sering dirasakan oleh Nicholas. Tanpa sapaan ramah dari istri maupun pelukan hangat dari Hana.Entah mengapa dulu Hana begitu menginginkannya, jika sekarang saja dia sudah seperti bukan istri Nicholas.Dia sibuk sendiri dengan kegiatan dan urusannya lalu terkadang pulang sesuka hati ia sendiri.Rasanya Nicholas seperti menikahi pembantunya yang selalu menyapanya dan menyiapkan segala sesuatunya untuknya.Seperti saat ini …Nicholas masuk ke dalam kamarnya dan tidak menemukan Hana di sana. Ketika dia keluar dari kamarnya dan hendak pergi ke dapur, pembantunya mengatakan kalau Hana belum kembali sejak pagi.“Katanya cuma fitness, tapi sampai malam belum selesai juga. Memangnya dia fitness di mana?” gumam Nicholas.“Makan malam sudah siap, Tuan. Mau makan sekarang atau sebentar lagi?” tanya pembantunya.“S
Pagi-pagi sekali Nicholas sudah berkutat di dapur. Bukan membuat kopi untuk dirinya sendiri, bukan. Dia sedang menyiapkan makanan untuk Amanda.Yah, sejak dia mengetahui jika hamil muda itu masih rawan, Nicholas ingin menjaga kehamilan Amanda.Sudah lama ia sangat ingin memiliki anak dan meskipun dengan cara seperti ini. Tetapi ia tak ingin mengabaikan calon anak yang ada di rahim Amanda.“Kamu sudah bangun?” tanya Nicholas, ketika melirik ke belakang sekilas dan melihat Amanda sudah berdiri di dekat meja makan.“Hmm, iya,” jawabnya singkat.Kepalanya sedikit melongok dan penasaran dengan apa yang dimasak oleh Nicholas saat ini. Sampai dia menumpahkan semua perhatiannya panci yang ada di atas kompor.“Kamu duduk saja, aku akan membuatkanmu makanan,” kata Nicholas lagi.Tanpa banyak bicara lagi, Amanda duduk dan menunggu Nicholas yang masih sibuk memasak.
Kalau saja Hana tadi melihat Nicholas begitu memerhatikannya. Apakah dia akan cemburu padanya?Melihat Nicholas memasakkan makanan untuknya. Dan memberikan pijatan pada lehernya ketika dia merasakan mual pada perutnya. Apakah dia akan cemburu?Mungkin saja cemburu, tapi mungkin saja dia membiarkannya saja.Amanda masih belum mengerti bagaimana perasaan Hana untuk Nicholas sebenarnya.Dia menikah dengan Nicholas karena cinta, atau hanya karena Nicholas adalah seorang pengusaha yang sukses.“Amanda, aku mau keluar lagi hari ini,” kata Hana pada Amanda ketika mantan kekasih Nicholas itu sedang bersantai di ruang keluarga.“Mungkin aku akan pulang malam lagi,” lanjutnya dengan senyum yang melebar.Katanya dia selalu di rumah, tapi ternyata dia adalah istri yang sangat hobi menghabiskan uang suaminya.“Mau ke mana, kalau boleh tahu?” tanya Amanda. Tak be
Hana kembali ke rumah dengan perasaan yang masih terbawa emosi karena ucapan teman-temannya tadi.Memang benar, mereka hanya bermulut manis kalau hanya ada di depannya saja. Dan mengatakan hal buruk di belakangnya seperti tadi.“Mengesalkan! Bilang saja kalau iri padaku, tak usah membicarakanku seperti itu,” gerutu Hana.Matanya menatap mobil mertuanya yang sudah terpakir dengan manis di halaman rumahnya.Wajahnya menegang untuk sesaat karena dia tidak tahu kalau hari ini adalah kunjungan mertuanya di rumahnya.Biasanya ibu Nicholas itu akan mengabarinya jika akan ke sana. Tapi hari ini dia datang tanpa memberi tahu pada Hana terlebih dahulu.“Gawat,” desisnya panik.“Amanda.”Ibu Nicholas tidak tahu jika Hana menggunakan jasa ibu pengganti selama ini. Yang ia tahu, Hana saat ini hamil. Sudah hanya itu saja.Kalau sampai dia tahu Am
Amanda buru-buru membawa Nicholas menjauh dari hadapan Christian, sebab Amanda tahu jika mantan suaminya itu akan memanfaatkan Nicholas, seorang pengusaha muda terkenal dan sukses di usianya yang masih muda.“Dia siapa?” tanya Nicholas ketika mereka berdua sudah menjauh dari Christian.“Mantan suamiku.” Amanda menjawab dengan mata menatap ke arah Christian duduk. Terlihat jelas kalau mata lelaki itu memandangnya dengan penasaran.“Lalu? Apa dia memerasmu?”“Bukan seperti itu—dia ingin meminta uang untuk anakku. Dia sedang di rumah sakit saat ini.”Nicholas diam, memandangi wajah Amanda yang seakan kebingungan.“Kenapa? Apa kamu tak punya uang?”Amanda sontak menatap wajah Nicholas dan tersenyum tipis. Uangnya masih banyak, dari gaji menjadi ibu pengganti dua tahun yang lalu.“Bukan begitu, aku ragu memberikannya karena Christian suka berjudi. Aku ta
Sudah pukul dua belas kurang beberapa menit dan Nicholas masih terjaga dari tidurnya. Tentu saja dia sengaja melakukan hal tersebut karena ingin mengerjakan hal lain malam itu.Sejak tadi dia berusaha untuk memastikan kalau istrinya sudah nyenyak tidur.“Han,” panggil Nicholas pelan. Matanya melirik ke sampingnya.“Hana,” panggil Nicholas lagi dan Hana tidak menyahut.Nicholas kemudian bangkit, ingin memastikan lagi jika istrinya benar sudah masuk ke dalam alam mimpinya.Telapak tangannya ia kibaskan di depan wajah istrinya. Dan tak ada reaksi dari Hana.Aman!Nicholas perlahan bergerak dari tempat tidurnya kemudian membuka pintu kamar dengan perlahan.Lampu di rumah sudah gelap dan pasti pembantu-pembantunya juga sudah tidur.Dengan langkah mengendap Nicholas berjalan ke kamar Amanda. Dadanya berdegub sangat kencang, ini adalah hal
Hana tidak menaruh curiga pada Nicholas yang tiba-tiba mengatakan kalau dirinya akan pergi ke luar negeri untuk beberapa hari.Karena alasannya Nicholas memang sudah sering pergi untuk urusan bisnis dan tentunya Nicholas tak akan menyeleweng karena sudah ada istri yang sempurna di dalam rumahnya.Namun kepercayaan diri Hana yang tinggi itu membuat dirinya mungkin akan kehilangan suaminya.Dia terlalu percaya jika suami hanya membutuhkan penampilan istri yang seksi dan indah dipandang. Tetapi ia lupa, jika suami juga membutuhkan hal lainnya.Usai sarapan pagi itu Hana mengobrol dengan Emma.Setelah dia mengalami hal tak menyenangkan dengan teman-temannya. Akhirnya dia lebih suka mengobrol dengan pembantunya itu sambil dipijit kakinya."Em, suamiku sudah beberapa hari ini selalu malas untukku ajak berhubungan. Kira-kira kenapa ya?" tanya Hana. Dia
Hana berdecak kesal setelah mendapatkan perlakuan seperti itu barusan. Bagaimana bisa Nicholas sama sekali tidak peduli jika dirinya sedang sakit?Yah, setidaknya dia bisa berbasa-basi pada Hana meskipun dia tidak tahu penyakit apa yang sedang Hana derita itu.“Emma!” panggil Hana dengan berteriak. Pembantu yang masih muda itu langsung menghampirinya.“Ada apa Nyonya?”“Siapin makan siang,” suruhnya masih dengan tersulut oleh kemarahan.“Sudah sejak tadi siap, Nyonya.”“Amanda di mana?”“Oh tadi dia katanya pergi keluar,” jawabnya.**Amanda masuk ke dalam sebuah restoran yang dipesan oleh Nicholas. Tadi pagi dia memang berencana untuk mengajak wanita itu untuk makan siang bersama meski sudah ditolak oleh Amanda.Alasannya sederhana karena dia tak mau kalau sampai Hana tahu.“Lebih baik kita jangan