Rumah sepi tanpa penyambutan yang hangat sudah sering dirasakan oleh Nicholas. Tanpa sapaan ramah dari istri maupun pelukan hangat dari Hana.
Entah mengapa dulu Hana begitu menginginkannya, jika sekarang saja dia sudah seperti bukan istri Nicholas.
Dia sibuk sendiri dengan kegiatan dan urusannya lalu terkadang pulang sesuka hati ia sendiri.
Rasanya Nicholas seperti menikahi pembantunya yang selalu menyapanya dan menyiapkan segala sesuatunya untuknya.
Seperti saat ini …
Nicholas masuk ke dalam kamarnya dan tidak menemukan Hana di sana. Ketika dia keluar dari kamarnya dan hendak pergi ke dapur, pembantunya mengatakan kalau Hana belum kembali sejak pagi.
“Katanya cuma fitness, tapi sampai malam belum selesai juga. Memangnya dia fitness di mana?” gumam Nicholas.
“Makan malam sudah siap, Tuan. Mau makan sekarang atau sebentar lagi?” tanya pembantunya.
“Sekarang saja,” sahut Nicholas.
Dan ketika dia sudah duduk di bangkunya. Ia melihat bayangan Amanda turun ke bawah setelah pembantunya memberi tahu kalau sudah waktunya makan malam.
Nicholas tersenyum tipis, sepertinya Hana pulang malam pun tidak akan jadi masalah selama ada Amanda di rumahnya.
Dia malah lebih leluasa untuk berbicara pada wanita itu di sana.
“Istrimu—di mana?” tanya Amanda, ketika dia tidak menemukan Hana di mana-mana.
“Belum pulang,” jawab Nicholas.
“Dan kamu tidak mencarinya?”
“Untuk apa, dia terlalu tua untuk lupa jalan pulang.”
Amanda tersenyum menanggapi jawaban Nicholas. Ia sudah mulai berani memandang wajah lelaki yang duduk di depannya.
“Pembantumu tak akan curiga kalau kita makan berdua seperti ini?”
“Tidak akan, mereka tidak tahu siapa kamu yang sebenarnya. Jadi sepertinya mereka akan mengabaikanmu.”
“Memangnya aku yang sebenarnya, apa?” tanya Amanda mulai memancing Nicholas.
Nicholas menghentikan kegiatannya dan menatap Amanda dengan kening yang mengerut.
“Masa laluku,” jawab Nicholas.
“Hanya itu?”
Nicholas diam sesaat—ia merasa seperti makanan yang ada di tenggorokannya sulit untuk ia telan.
“Kamu menginginkan jawaban apa?”
“Tidak,” sahut Amanda.
Mengapa ia mengharapkan jawaban yang lebih dari lelaki itu?
Setelah beberapa saat mereka selesai makan malam. Amanda pamit untuk pergi ke kamarnya duluan.
Namun ketika dia hendak melangkahkan kakinya menuju atas tangga. Ia merasakan rasa nyeri dari dalam perutnya.
Amanda memegangi perutnya sambil menggigit bibir bawahnya. Nampak sekali jika ia sedang menahan rasa sakit yang menyiksa.
Nicholas yang masih duduk di meja makan sontak memandang ke arah di mana Amanda berada.
Ketika ia mengetahui jika ada sesuatu yang tidak beres. Nicholas langsung bergerak menghampiri wanita yang tengah hamil darah dagingnya tersebut.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Nicholas cemas.
“Perutku—rasanya sakit sekali,” jawab Amanda.
Tidak bisa membiarkan hal buruk terjadi pada Amanda dan bayinya. Akhirnya Nicholas membawa pergi Amanda ke rumah sakit pada saat itu juga.
“Kita ke rumah sakit sekarang,” kata Nicholas, dia memapah Amanda sampai ke mobilnya.
Wanita itu merasakan ada yang menelusup dari dalam hatinya. Sebuah perasaan yang sempat menghilang dari kalbunya beberapa tahun yang lalu.
Melihat lelaki itu mengkhawatirkannya dan langsung bertindak sangat sigap seperti sekarang? Nicholas memang belum berubah.
Amanda dimasukan ke dalam mobil oleh Nicholas dengan sangat hati-hati. Ketika kepala itu hendak masuk ke dalam mobil sedannya, tangan Nicholas menghalangi bingkai atas mobil agar kepala wanita itu tidak terbentur.
Nicholas menutup pintu mobilnya lalu bergerak memutarinya dan masuk ke dalam.
Ia segera melajukan mobilnya ketika melihat Amanda sudah selesai mengenakan sabuk pengamannya.
Sesaat setelah mobil Nicholas pergi, mobil Hana masuk ke dalam pelataran rumahnya.
Ia turun dari mobilnya dengan barang belanjaan yang lumayan memenuhi kedua tangannya. Sambil bersenandung dia tidak tahu kalau saat ini Nicholas sedang pergi dengan Amanda.
"Suamiku ke mana?" tanya Hana pada pembantu yang menyambut kedatangannya.
Biasanya jam segini dia sudah menemukan Nicholas sedang duduk di ruang keluarga sambil menonton televisi.
"Ke rumah sakit, Nyonya. Tuan pergi dengan Amanda,” jawab pembantu itu.
“Rumah sakit? Memangnya ada apa dengan Amanda?”
“Saya kurang tahu, Nyonya,” jawabnya lagi dengan wajah yang menunduk. Takut.
"Tuan pergi terburu-buru tadi."
Wajah Hana mulai keruh. Bukan karena ia cemburu pada Nicholas dan Amanda, melainkan takut jika kehamilannya ada masalah.
Sebab dia sudah mengaku pada teman-temannya jika saat ini ia tengah hamil selama empat minggu.
Akan berbahaya jika sampai hal buruk terjadi pada calon bayinya itu.
Hana merogoh ponselnya yang ada di dalam tasnya. Kemudian dia mencoba untuk menghubungi Nicholas. Tetapi tak juga diangkat oleh lelaki itu.
“Kenapa tidak diangkat, sih?” gerutu Hana dan ia menghela napasnya kesal ketika melihat Nicholas ternyata meninggalkan ponselnya di atas nakas samping tempat tidur.
**
Nicholas kini tengah fokus dengan apa yang dikatakan oleh dokter kandungan yang ada di hadapannya.
Setelah menjalani pemeriksaan tadi, ternyata Amanda tengah mengalami kontraksi dini tetapi tidak berbahaya.
“Umumnya kondisi ini berlangsung pada pola tertentu, misalnya setiap 10 hingga satu jam dan bisa reda dengan istirahat.”
Nicholas menghela napas leganya, membuat Amanda menoleh ke arahnya dan tersenyum.
“Namun, kontraksi dini bisa menyebabkan persalinan prematur,” lanjut dokter tersebut membuat wajah Nicholas menegang kembali.
“Tak apa-apa, Pak,” ucap dokter Prisa ketika melihat ekspresi Nicholas menegang seperti itu. “Jika masih kerap merasakan kontraksi saat hamil muda, terutama kalau disertai dengan pendarahan atau air ketuban merembes, maka Anda dan istri Anda harus segera menghubungi dokter.”
“Baik, Dok, terima kasih,” kata Nicholas. Ia menatap Amanda lalu tersenyum lega.
“Kamu harus bilang padaku jika ada sesuatu yang terjadi padamu.”
Sementara itu di rumah Nicholas. Hana sejak tadi mondar-mandir karena penasaran dengan apa yang sedang terjadi pada Amanda.
Ia langsung berlari begitu mendengar suara deru mobil Nicholas terdengar di depan rumahnya.
Hana langsung menyambut Amanda dengan pertanyaan yang beruntun.
“Ada apa dengan kamu? Bagaimana dengan kandunganmu? Bayinya, tidak apa-apa kan?”
Namun Nicholas yang menjawabnya. “Dia mengalami kontraksi dini, dan tidak apa-apa."
“Lalu kamu, kenapa tidak membawa ponselmu?”
“Aku sedang terburu-buru tadi. Lagipula dari mana saja kamu seharian pergi baru pulang sekarang.” Ia memandang sengit pada istrinya itu. Sudah cukup dia tidak mau hamil dan kini dia bersenang-senang sendiri seperti wanita lajang.
"Aku pergi ke reuni teman kuliahku tadi."
Nicholas tak peduli ia lantas memandang Amanda yang berjalan satu langkah di belakangnya dan mendengarkan pertengkaran kecil itu lagi.
“Oh ya, mulai besok aku akan bicara pada pembantu untuk lebih memerhatikan makananmu.”
“Tunggu dulu! Kontraksi?” Hana menyambar kalimat Nicholas, ia masih belum puas bertanya pada Amanda. “Kenapa bisa kontraksi? Bukankah seharusnya kamu baik-baik saja karena sudah dites?”
“Itu sebagian dari masa kehamilan,” jawab Amanda.
“Makanya hamil, agar kamu tahu apa saja yang dirasakan wanita ketika hamil. Bukan marah-marah tidak jelas seperti ini.” Nicholas meninggalkan Hana yang masih berdecak kesal di tempatnya berdiri.
Sedangkan Amanda mengekor Nicholas di belakangnya lalu berpisah ketika mereka masuk ke dalam kamar masing-masing.
Pagi-pagi sekali Nicholas sudah berkutat di dapur. Bukan membuat kopi untuk dirinya sendiri, bukan. Dia sedang menyiapkan makanan untuk Amanda.Yah, sejak dia mengetahui jika hamil muda itu masih rawan, Nicholas ingin menjaga kehamilan Amanda.Sudah lama ia sangat ingin memiliki anak dan meskipun dengan cara seperti ini. Tetapi ia tak ingin mengabaikan calon anak yang ada di rahim Amanda.“Kamu sudah bangun?” tanya Nicholas, ketika melirik ke belakang sekilas dan melihat Amanda sudah berdiri di dekat meja makan.“Hmm, iya,” jawabnya singkat.Kepalanya sedikit melongok dan penasaran dengan apa yang dimasak oleh Nicholas saat ini. Sampai dia menumpahkan semua perhatiannya panci yang ada di atas kompor.“Kamu duduk saja, aku akan membuatkanmu makanan,” kata Nicholas lagi.Tanpa banyak bicara lagi, Amanda duduk dan menunggu Nicholas yang masih sibuk memasak.
Kalau saja Hana tadi melihat Nicholas begitu memerhatikannya. Apakah dia akan cemburu padanya?Melihat Nicholas memasakkan makanan untuknya. Dan memberikan pijatan pada lehernya ketika dia merasakan mual pada perutnya. Apakah dia akan cemburu?Mungkin saja cemburu, tapi mungkin saja dia membiarkannya saja.Amanda masih belum mengerti bagaimana perasaan Hana untuk Nicholas sebenarnya.Dia menikah dengan Nicholas karena cinta, atau hanya karena Nicholas adalah seorang pengusaha yang sukses.“Amanda, aku mau keluar lagi hari ini,” kata Hana pada Amanda ketika mantan kekasih Nicholas itu sedang bersantai di ruang keluarga.“Mungkin aku akan pulang malam lagi,” lanjutnya dengan senyum yang melebar.Katanya dia selalu di rumah, tapi ternyata dia adalah istri yang sangat hobi menghabiskan uang suaminya.“Mau ke mana, kalau boleh tahu?” tanya Amanda. Tak be
Hana kembali ke rumah dengan perasaan yang masih terbawa emosi karena ucapan teman-temannya tadi.Memang benar, mereka hanya bermulut manis kalau hanya ada di depannya saja. Dan mengatakan hal buruk di belakangnya seperti tadi.“Mengesalkan! Bilang saja kalau iri padaku, tak usah membicarakanku seperti itu,” gerutu Hana.Matanya menatap mobil mertuanya yang sudah terpakir dengan manis di halaman rumahnya.Wajahnya menegang untuk sesaat karena dia tidak tahu kalau hari ini adalah kunjungan mertuanya di rumahnya.Biasanya ibu Nicholas itu akan mengabarinya jika akan ke sana. Tapi hari ini dia datang tanpa memberi tahu pada Hana terlebih dahulu.“Gawat,” desisnya panik.“Amanda.”Ibu Nicholas tidak tahu jika Hana menggunakan jasa ibu pengganti selama ini. Yang ia tahu, Hana saat ini hamil. Sudah hanya itu saja.Kalau sampai dia tahu Am
Amanda buru-buru membawa Nicholas menjauh dari hadapan Christian, sebab Amanda tahu jika mantan suaminya itu akan memanfaatkan Nicholas, seorang pengusaha muda terkenal dan sukses di usianya yang masih muda.“Dia siapa?” tanya Nicholas ketika mereka berdua sudah menjauh dari Christian.“Mantan suamiku.” Amanda menjawab dengan mata menatap ke arah Christian duduk. Terlihat jelas kalau mata lelaki itu memandangnya dengan penasaran.“Lalu? Apa dia memerasmu?”“Bukan seperti itu—dia ingin meminta uang untuk anakku. Dia sedang di rumah sakit saat ini.”Nicholas diam, memandangi wajah Amanda yang seakan kebingungan.“Kenapa? Apa kamu tak punya uang?”Amanda sontak menatap wajah Nicholas dan tersenyum tipis. Uangnya masih banyak, dari gaji menjadi ibu pengganti dua tahun yang lalu.“Bukan begitu, aku ragu memberikannya karena Christian suka berjudi. Aku ta
Sudah pukul dua belas kurang beberapa menit dan Nicholas masih terjaga dari tidurnya. Tentu saja dia sengaja melakukan hal tersebut karena ingin mengerjakan hal lain malam itu.Sejak tadi dia berusaha untuk memastikan kalau istrinya sudah nyenyak tidur.“Han,” panggil Nicholas pelan. Matanya melirik ke sampingnya.“Hana,” panggil Nicholas lagi dan Hana tidak menyahut.Nicholas kemudian bangkit, ingin memastikan lagi jika istrinya benar sudah masuk ke dalam alam mimpinya.Telapak tangannya ia kibaskan di depan wajah istrinya. Dan tak ada reaksi dari Hana.Aman!Nicholas perlahan bergerak dari tempat tidurnya kemudian membuka pintu kamar dengan perlahan.Lampu di rumah sudah gelap dan pasti pembantu-pembantunya juga sudah tidur.Dengan langkah mengendap Nicholas berjalan ke kamar Amanda. Dadanya berdegub sangat kencang, ini adalah hal
Hana tidak menaruh curiga pada Nicholas yang tiba-tiba mengatakan kalau dirinya akan pergi ke luar negeri untuk beberapa hari.Karena alasannya Nicholas memang sudah sering pergi untuk urusan bisnis dan tentunya Nicholas tak akan menyeleweng karena sudah ada istri yang sempurna di dalam rumahnya.Namun kepercayaan diri Hana yang tinggi itu membuat dirinya mungkin akan kehilangan suaminya.Dia terlalu percaya jika suami hanya membutuhkan penampilan istri yang seksi dan indah dipandang. Tetapi ia lupa, jika suami juga membutuhkan hal lainnya.Usai sarapan pagi itu Hana mengobrol dengan Emma.Setelah dia mengalami hal tak menyenangkan dengan teman-temannya. Akhirnya dia lebih suka mengobrol dengan pembantunya itu sambil dipijit kakinya."Em, suamiku sudah beberapa hari ini selalu malas untukku ajak berhubungan. Kira-kira kenapa ya?" tanya Hana. Dia
Hana berdecak kesal setelah mendapatkan perlakuan seperti itu barusan. Bagaimana bisa Nicholas sama sekali tidak peduli jika dirinya sedang sakit?Yah, setidaknya dia bisa berbasa-basi pada Hana meskipun dia tidak tahu penyakit apa yang sedang Hana derita itu.“Emma!” panggil Hana dengan berteriak. Pembantu yang masih muda itu langsung menghampirinya.“Ada apa Nyonya?”“Siapin makan siang,” suruhnya masih dengan tersulut oleh kemarahan.“Sudah sejak tadi siap, Nyonya.”“Amanda di mana?”“Oh tadi dia katanya pergi keluar,” jawabnya.**Amanda masuk ke dalam sebuah restoran yang dipesan oleh Nicholas. Tadi pagi dia memang berencana untuk mengajak wanita itu untuk makan siang bersama meski sudah ditolak oleh Amanda.Alasannya sederhana karena dia tak mau kalau sampai Hana tahu.“Lebih baik kita jangan
Pikiran Hana sudah lebih baik sekarang, apalagi setelah Nicholas kembali mau bermain dan melakukan hubungan intim tadi malam.Dia membuka matanya dan tampak sangat bersemangat. Sambil mengendurkan otot-ototnya yang pegal. Hana kemudian menurunkan kedua kakinya di atas lantai.Bergerak menuju kaca di meja rias. Hal yang pertama ia lakukan adalah bercermin dan melihat bentuk tubuhnya.“Masih seksi, jadi tak mungkin Nicholas berpaling dariku. Ukuran payudaraku juga tidak terlalu kecil, tak mungkin kalau Nicholas tak puas dengan permainan tadi malam.” Hana bergumam sambil memuji dirinya sendiri.Betapa puasnya dia setelah berhasil melakukan hubungan suami istri dengan Nicholas tadi malam.Ia pikir Nicholas sedikit tersentuh setelah Hana melakukan kewajibannya sebagai istri yaitu menyiapkan baju untuk suaminya di atas kasur meskipun tak dipakai olehnya.Padahal tidak. Itu semua hanyalah