Share

Istri Presdir yang Berkuasa
Istri Presdir yang Berkuasa
Penulis: Queen Moon

Perceraian

Plak!

Tamparan keras mendarat di pipi Iris Jessen dan menyebabkan wanita itu jatuh ke lantai.

“Bercerai? Kamu ingin bercerai setelah menghilangkan nyawa putraku?!”

Iris membeku memegang pipinya. Sudut bibirnya robek mengeluarkan darah. Dia mendongak menatap pria di hadapan dengan tatapan tidak percaya. Mata wanita itu memanas dan air mata mengalir menuruni wajahnya.

Pria itu balik menatap Iris dingin dan marah. Wajahnya memerah karena alkohol dan mabuk.

Aiden Ridley, suaminya dan pria yang dicintai Iris dengan sepenuh hati. Meski pernikahan mereka tidak dilandasi cinta, Aiden tak pernah menggunakan tangannya untuk menyakiti Iris.

Iris terisak menggelengkan kepalanya. “Sudah kubilang, bukan aku yang menaruh kacang di kue Zein! Mengapa kamu tidak percaya padaku?!” isaknya dengan kesedihan yang teramat dalam.

Putra mereka, Zein Ridley, baru berusia satu tahun saat dia meninggal karena alergi kacang. 

Semua orang menyalahkan Iris atas kematian Zein. Semua orang menuduh Iris membuat kue kering dengan mengandung kacang untuk Zein, menyebabkan putranya alergi parah hingga akhirnya meninggal. 

Bahkan suaminya sendiri curiga bahwa Iris yang membuat putra mereka meninggal. 

Akan tetapi, wajarkah seorang ibu ingin menyingkirkan putra kandungnya sendiri?

“Bukan kamu? Kamu pasti tidak sabar ingin bercerai dariku dan pergi dengan pria lain, bukan?" Aiden melangkah pelan mendekati Iris. "Iris, belum setengah bulan Zein meninggal, dan kamu sudah mencari pria lain di belakangku!” Lalu pria itu berteriak dengan ekspresi gelap.

Iris menggelengkan kepalanya bingung. “Apa maksudmu dengan pria lain? Aku tidak pernah—"

Sebelum Iris menyelesaikan kalimatnya, Aiden menampar wajah wanita itu dengan beberapa lembar foto.  “Tidak pernah berselingkuh? Lalu apa ini?!”

Iris memejamkan matanya, merasakan dadanya berdenyut menyakitkan. Dia melirik foto-foto yang tersebar di lantai. Foto itu menunjukkan tentang dirinya yang bertemu dengan seorang pria di kafe dan bahkan berpelukan, tampak mesra.

Aiden berlutut dan mencengkeram bahu Iris erat. “Kamu malu karena putra kita memiliki sindrom *Angelman? Lalu kamu mencari pria lain yang lebih kaya dariku, begitu?” Dia berkata dengan suara yang menusuk.

Iris menggelengkan kepalanya. Air matanya berlinang. “Aiden, ini—"

“Iris Jessen, jangan pikir kamu bisa pergi menemukan pria lain setelah kamu membuat putraku mati,” desis Aiden dengan ekspresi gelap meraih kerah blus Iris dan merobek kasar. Alkohol sepenuhnya menguasai pria itu.

Iris panik dan malu berusaha menutupi dadanya yang terbuka. “Aiden Ridley, apa yang kamu lakukan?! Lepaskan aku!”

“Kamu harus membayar kembali nyawa putraku!" Aiden menarik Iris bangun dan melemparkan istrinya itu ke tempat tidur. "Kamu harus memberiku lagi seorang anak sebagai gantinya!"

“Aiden Ridley, kamu gila!” Iris menjerit saat tubuhnya dilempar di atas ranjang. Dia mencoba bangun dan melarikan diri.

Aiden menarik kaki Iris dan menindih tubuh sang istri. Dia dengan tidak sabar melucuti semua pakaian Iris dan mencium Iris dengan paksa. Aiden menekan kedua tangan istrinya itu di atas kepala agar tidak meronta. Lalu tangan Aiden menggerayangi tubuh Iris penuh nafsu. Ciumannya semakin liar.

"Ahh—" Iris mengerang.

Iris memerah malu, tidak bisa meronta di bawah tekanan Aiden. Matanya membelalak menatap pria itu tidak percaya. Dia tidak menyangka pria yang selalu dingin dan acuh tak acuh padanya akan begitu bernafsu.

“Aiden, lepaskan aku—Akh!” Iris mengerang dan berusaha meronta, kemudian ia memejamkan mata dan memalingkan wajahnya dengan ekspresi kesakitan. Air mengalir di sudut matanya. Meskipun tubuhnya bereaksi karena sentuhan pria itu, dia merasa hatinya teramat sakit. 

Hatinya begitu terluka karena kehilangan putranya, dan semua orang di keluarga Ridley menuduhnya sebagai orang yang bertanggung jawab atas kematian Zein. Tidak ada yang percaya jika bukan Iris pelakunya, termasuk suaminya sendiri. Sekarang Iris semakin kecewa dengan perlakuan Aiden yang seperti binatang.

Iris tidak lagi meronta dan membiarkan pria itu melakukan apa yang dia inginkan pada tubuhnya.

“Iris Jessen, kamu tidak akan pernah bisa pergi ke mana pun, bahkan jika aku harus mematahkan kakimu.” Di bawah lampu temaram kamar mereka, Aiden mendesiskan ancaman pada wanita itu.

Iris mengabaikan ucapan Aiden dan memejamkan matanya, berharap semua ini akan berakhir.

Desahan berat pria dan erangan menyedihkan wanita memenuhi kamar.

.....

Fajar menyingsing membangunkan Iris dari tidurnya. Dia membuka matanya dan menatap kosong langit-langit kamar. Sekujur tubuh wanita itu terasa sakit.

Kenangan segar tentang kegilaan semalam muncul di kepalanya. Rasa sakit, penghinaan dan kekecewaan memenuhi kepala Iris.

Dia menolehkan kepala dan menatap pria di sebelahnya. Wajah tampan pria itu tampak polos saat dia tidur. Namun, ketika Aiden membuka mata hitamnya, dia akan menatapnya acuh tak acuh dan memperlakukan semua orang dengan dingin.

"Mengapa kamu tidak percaya padaku?" batin Iris menjerit. Air mata kembali mengalir dari sudut mata wanita itu.

Mereka menikah bukan karena cinta, tetapi pernikahan mereka ini mampu menghadirkan sosok Zein dalam hidup mereka. Meskipun begitu, Iris mulai mencintai Aiden. Namun, dia tetap tidak bisa menyentuh hati dingin pria itu.

Meskipun putra mereka mengidap sindrom Angelman, Aiden tetap mencintai putra mereka yang baru berusia satu tahun. Kematian mendadak Zein membuat Aiden marah dan menyalahkan kecerobohan Iris.

Iris memejamkan matanya, membayangkan senyum polos putra kecilnya dan rasa sakit di hati semakin menjadi-jadi. Dia mencengkeram dada dan menggigit bibir bawah untuk menahan isakannya.

"Harusnya kamu percaya padaku, Aiden!" Iris hanya bisa bersuara di dalam hatinya.

Wanita itu menenangkan dirinya selama beberapa saat dan bangun dari tempat tidur. Dia melirik surat cerai di atas meja nakas. Mungkin yang terbaik adalah pergi. Zein sudah meninggal, tidak ada yang bisa dia harapkan dalam rumah tangganya yang bahkan tidak dilandasi cinta, dan suami yang menuduhnya sebagai pembunuh putra mereka.

Iris bangkit dari tempat tidur dan memasukkan semua bajunya ke koper.

“Wah, wah, wah, kamu cukup tahu diri juga.” Seseorang mencibir Iris ketika dia baru turun dari lantai atas dengan membawa koper di tangannya.

Iris mengalihkan pandangannya ke ruang tamu dan melihat Alice, sepupu Aiden, duduk menyilangkan tangannya di sofa menatap Iris dengan tatapan merendahkan. Di sebelahnya duduk seorang wanita paruh baya yang terlihat angkuh, Esme, ibu mertuanya.

“Ke mana kamu akan pergi? Sebelum pergi, kamu harus bercerai, 'kan?” cemooh Alice lagi.

Iris mengabaikan Alice dan memilih menarik kopernya, melewati ruang tamu.

“Bibi, dia mengabaikan aku! Dia mulai meremehkanku!”

Esme menyesap cangkir tehnya anggun. “Apa yang diharapkan dari seorang pelayan bar rendahan dan tidak berpendidikan?” dengusnya berkata tajam melirik Iris dari ujung matanya.

Iris mengabaikan cemoohan ibu mertuanya seolah dia sudah terbiasa mendapat cacian dan hinaan.

“Untung saja anak cacat itu meninggal. Aku tidak tahan anak cacat itu mengotori garis keturunan Ridley,” lanjut Esme tanpa perasaan.

Langkah kaki Iris terhenti. Mata wanita itu memerah. Dia mengepalkan tangannya dan berbalik menghadap ibu mertuanya. “Ibu, meski Zein kekurangan dan bukan dari darah dagingmu sendiri, dia tetap cucumu.” Mata Iris memanas, air mata mulai tergenang di pelupuk matanya.

Ibu mana yang tahan mendengar anaknya dihina cacat.

Note : Sindrom Angelman adalah kelainan genetik yang menyebabkan tertundanya pertumbuhan, masalah dengan bicara dan keseimbangan, cacat intelektual dan kejang-kejang.

Queen Moon

Halo selamat datang di novel ke-6 Author. Terima kasih sudah mampir. Semoga bisa mengikuti sampai tamat😇😇🥰

| 3
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Putri AuLia Senja
awal yg menarik, lanjut
goodnovel comment avatar
Mayang Sari
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status