“Aku harus siap dengan semua resiko ini," sesosok wanita membuka membuka pintu ruang USG dan berjalan masuk ke dalam ruangan dengan hati yang risih.
"Tapi, apa yang akan terjadi jika hari ini aku masih saja tidak mendapatkannya?" lirihnya mengingat rentetan kalimat yang terus berdengung di telinganya.Beberapa menit kemudian, wanita itu keluar dari dalam ruangan USG dengan menggenggam secarik kertas, tangannya yang sedikit gemetar menandakan betapa panik hatinya saat ini.Saat melihat secarik kertas itu, dia merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Ketika Tasya Ziudith menatap hasil pemeriksaan kehamilan, hatinya melonjak kegirangan. 'A-aku hamil?' gumamnya memegang secarik kertas itu dengan kuat di depan dadanya. 'Aku mengandung anak dari Pewaris Keluarga Wijaya!' dengan raut wajah yang penuh rasa senang yang menatap langit-langit koridor rumah sakit. 'Apakah ini mimpi!?' timpalnya kembali melihat secarik kertas itu dengan mata yang memerah.Tasya menghela nafasnya dengan panjang. "Setelah menikah selama lima tahun, akhirnya aku berhasil mengandung anaknya."Dengan hati yang gembira, dia membawa hasil pemeriksaan itu berjalan keluar dari koridor rumah sakit, wanita itu tidak sabar ingin memberitahukan kabar baik ini kepada sang suami. Namun, ketika wanita itu berbelok, dia melihat sesosok bayangan yang tidak asing di dalam ingatannya berlalu dengan cepat.'Angelina Quade?!' Tasya tiba-tiba berhenti dan bersandar di dinding untuk bersembunyi. 'Apa yang dia lakukan di sini?' tatapannya penuh dengan rasa penasaran.Tasya kemudian mengintip kembali langkah kaki Angelina, dan betapa terkejutnya dia saat mendapati seorang pria yang sedang menggandeng wanita itu. Pria itu memapahnya dengan wajah yang terlihat khawatir."Angkasa … terima kasih, kamu tidak perlu khawatir seperti itu," Angelina menatap mata Angkasa Wijaya, sang suami Tasya Ziudith, Angkasa terlihat khawatir dengan kandungan di dalam perutnya saat ini. "Aku baik-baik saja, anak ini akan lahir dengan sempurna," timpalnya mengusap perutnya yang terlihat besar itu.Angkasa yang mendengar ucapan itu merasa sedikit tenang. "Aku harap begitu," namun raut wajahnya tetap terlihat sedikit khawatir. "Tapi, alangkah baiknya kita periksa dulu, anak dalam kandunganmu itu adalah cucu pertama keluarga Wijaya."Angelina tersenyum mendengar ucapan pria itu, Angkasa yang pintar dan ketampanannya, sekaligus pewaris keluarga kaya raya dan juga sangat lembut membuat Angelina merasa bermimpi memiliki seorang pria sepertinya. Tasya yang melihat adegan ini, merasakan sakit yang mendalam menusuk hatinya sedalam-dalamnya."Apa yang sedang kalian lakukan?" suaranya bergema di koridor rumah sakit dengan lantang.Angkasa yang mendengar suara itu mengerutkan keningnya, suara yang sangat familiar di telinganya tiba-tiba terdengar dari arah belakangnya. Pria itu memalingkan wajahnya menatap sosok wanita cantik yang sedang berdiri menatap rumit ke arahnya. "Tasya? Kenapa kamu …"Sebelum Angakasa selesai mengucapkan kalimatnya, Tasya memotong ucapannya. "Kenapa kalian ada di sini?" suaranya begitu dingin, suhu di sekitar mereka pun terasa ikut turun.Raut wajah Angkasa menegang, kelembutan bak air yang tadi terpancar di matanya itu berubah menjadi merah padam. Melihat sikapnya sebelum dan sesudah, Tasya tak sabar untuk mendesaknya dengan rentetan pertanyaan yang terpampang dengan jelas di kepalanya.Tasya meremas hasil pemeriksaan kandungan di tangannya, jemarinya meremas kertas itu dengan kuat, namun tetap tak bisa menghilangkan rasa sakit di hatinya. Dia dinyatakan Infertilitasi sejak mereka menikah, namun demi memberikan seorang anak bagi Angkasa, selama lima tahun ini dia telah memakan berbagai macam obat, pergi ke berbagai rumah sakit, bahkan beberapa kali hampir membahayakan nyawanya. Namun, dia tak menyangka hari dimana dia dinyatakan hamil, justru mendapati Angelina tengah mengandung anak Angkasa.Melihat Angkasa hanya terdiam, Tasya tersenyum penuh makna. "Kenapa aku di sini?" Suaranya seakan-akan menekan udara di area sekitar. "Angkasa, aku adalah istrimu, saat ini kamu sedang menemani selingkuhanmu memeriksa kandungan, dan kamu masih tidak malu untuk menanyakan kenapa aku di sini?" Pertanyaannya yang menyudutkan itu memancing perhatian orang-orang di sekitar.Tiba-tiba Angelina meringis dengan tatapan yang menyedihkan. "Angkasa, maaf …" ucapnya dengan tatapan wajah yang tertunduk. "Aku telah membawamu ke dalam masalah, kalau saja aku tidak kembali dan tidak memberitahumu keberadaan anak ini, mungkin Tasya tidak akan salah paham. Maaf, semua ini salahku," selesai mengatakannya, Angelina berbalik dan berlari keluar dari rumah sakit.Melihat Angelina yang tiba-tiba berlari, tatapan mata Angkasa menjadi suram. "Ethan, ikuti Angelina, hati-hati dengan kandungannya. Kalau sampai terjadi sesuatu kepadanya, kamu tahu apa yang akan terjadi!" Angkasa memerintahkan asistennya untuk mengejar wanita itu, suaranya terdengar sangat panik.Ethan Daniel yang mendengar titah sang boss langsung segera mengejarnya.Tasya yang melihat kepanikan dari wajah Angkasa merasa sulit bernafas, dia tidak pernah merasakan Angkasa memberikan perhatian seperti itu padanya."Angkasa, bajingan kau!" Tasya mengangkat tangannya dengan kuat.Saat Tasya ingin menampar wajah lembut dan tampan milik Angkasa, tangannya ditahan oleh Angkasa. Tangan pria itu memegang tangan Tasya dengan sangat kuat. Merasakan genggaman yang kuat dari pria itu, Tasya meringis kesakitan."Tasya, lima tahun yang lalu, kamu menggunakan cara licik dan naik ke atas ranjangku, kamu memaksaku untuk mau tak mau untuk menikahimu!" Tatapan mata Angkasa terlihat datar, amarah dari dalam tubuhnya menguar dengan hebat. "Seharusnya, kamu tahu dari pernikahan ini aku tak mungkin memberikan cinta seperti yang kamu inginkan!" ujarnya dengan suara yang mendominasi. "Kuperingati kamu, anak dalam kandungan Angelina sangat berharga, dan itu adalah darah daging keluargaku! Kalau kamu berani melakukan hal buruk padanya, jangan salahkan aku yang tak peduli lagi dengan hubungan kita sebagai suami istri," timpalnya dengan datar, Angkasa menghempaskan tangan Tasya dengan kuat.Tasya yang berdiri tidak stabil akhirnya terjatuh karena itu. "Angkasa, kamu akan menyesali perbuatanmu!"Dengan wajah yang meringis kesakitan, Tasya melemparkan secarik kertas yang dia pegang kepada Angkasa.Melihat secarik kertas yang melayang ke arahnya, Angkasa menunduk dan mengambil secarik kertas itu, setelah melihatnya dia mengerutkan keningnya. "Kamu …" ekspresi terkejut terlihat dari tatapan mata Angkasa. "Apakah ini milikmu? Kamu hamil?""Hahaha …" Tasya yang mendengar pertanyaan konyol itu kemudian tertawa, air mata yang mengalir tak terasa dari sudut matanya membasahi pipi manisnya. "Apa kamu buta? Lima tahun lalu aku telah menjelaskannya padamu, tapi kamu tetap tidak percaya padaku!" Suara bergetar seakan menahan rasa sakit di hatinya. "Tidak peduli bagaimana aku berusaha merebut hatimu, kamu tidak pernah melihatnya. Bahkan, sekarang cinta pertamamu akan memberimu seorang anak," ujarnya dengan senyuman yang menyakitkan tersungging di bibirnya.Melihat ekspresi wajah Angkasa yang datar, Tasya kembali berkata dengan gemetar. "Angkasa, aku memang mencintaimu, tapi aku juga punya harga diri! Aku akan menggugurkan anak ini. Hubungan di antara kita sudah berakhir," timpalnya yang ke
Enam tahun kemudian ...."Tuan Angkasa, ini adalah dokumen yang kita terima dari Star Company, Prancis. Dan, kebetulan orangnya telah sampai di Bandung," Ethan menatap Angkasa yang sedang menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. "Tuan, apakah kita mau menyuruh orang untuk menjemputnya?"Seorang pria duduk di atas kursi kerjanya dengan tatapan kosong memandangi ke arah jendela luar kantor. Dari belakangnya, seorang pria berjalan menghampiri dengan membawa beberapa dokumen di tangannya. Ethan Daniel, asistennya memberikan sebuah dokumen berisi data pribadi seseorang kepada Angkasa.Angkasa sama sekali tidak menghiraukan Ethan. Melihat tuannya yang terdiam tanpa jawaban, Ethan kembali berkata dengan raut wajah yang bingung. "Kudengar, desainer ini sangat terkenal di luar negeri, hasil rancangan fashionnya sangat sulit didapatkan. Kalau bukan karena mereka bekerjasama dengan Star Company kali ini, mereka pasti tidak akan meminta desainer itu ke tempat kita untuk mengadakan pelatihan
Dalam hati Tasya tertawa dingin. Saat ini wajahnya dengan yang dulu jauh berbeda. Dia masih ingat rasa sakit yang tak tertahankan ketika api membakar kulitnya, masih ingat bagaimana dia harus menahan sakit selama sembilan bulan demi menjaga anak dalam kandungannya, dan setelah melahirkannya barulah dia menjalankan operasi plastik.Siang dan malam, dia selalu dihantui mimpi buruk, dan setiap mengungat itu, air matanya membasahi bantalnya. Saat ini dalang dari kecelakaan yang menimpanya ada di depan matanya. Wanita itu tak tahan lagi ingin mencabik-cabik wajahnya, merobek hatinya dan melihat sebenarnya apa isi hatinya itu, dan yang lebih ingin dia tanyakan adalah, apakah dia punya hati?Tangan Tasya menggenggam ponsel sambil sedikit gemetar. Dia menatap raut wajah Angkasa yang dingin, berkata sambil tersenyum. "Maaf, barusan aku sungguh tidak melihatmu," Tasya sedikit menundukkan kepalanya. "Jas milikmu jadi kotor karena minuman yang aku bawa. Lebih baik aku ganti yang baru, bisakah aku
Mata Zayn bersinar kegirangan, namun dia tetap berkata sambil berpura-pura menangis. "P-paman, aku akan keluar, tapi jangan pukul aku ya?" suaranya bergetar seakan-akan dia ketakutan. "Anggap saja kamu sedang dipipisi oleh anakmu sendiri. Aku benar-benar tidak sengaja. Juga jangan beritahu Mama, ya? Dia akan menghajarku!" Zayn terus berkata sambil mengeluarkan nada tangis pura-puranya itu.Angkasa kembali terdiam membeku dan menghentikan apa yang sedang dilakukannya. 'A-anak sendiri?''Jika Tasya tidak meninggal, mungkin anakku juga sebesar ini sekarang?' Angkasa menatap pantulan dirinya sendiri di cermin.Pria itu tidak pernah terlihat begitu menyedihkan, rambutnya basah dan menempel di dahinya, kedua matanya yang menekuk ke atas memancarkan kemarahan.'Mata bocah itu ….' Mendadak Angkasa sadar bahwa anak itu juga memiliki sepasang lipatan mata yang sama persis dengan miliknya.Pantas saja, dia merasa anak itu tidak asing, ternyata karena kedua matanya. Di seluruh Bandung, orang yang
'A-Apa maksudnya ini?'Mata indah Zayn memerah, ingin rasanya dia membakar wajah Angkasa yang muncul di layar komputer itu.Tampaknya, dia memberi pelajaran terlalu kecil di bandara tadi. Zayn mengeluarkan sebuah kamera dari saku bajunya, lalu memasukan SDCard ke komputer. Anak kecil itu segera mengupload video berisi Angkasa yang dipipisi olehnya tadi.Setelah selesai, Zayn tersenyum, dia kembali menyelidiki sejenak tentang David, didapatinya ternyata dia bersekolah di TK Semesta."Sepertinya Taman Kanak-kanak di Bandung cukup bagus."Zayn tersenyum getir, setelah dia menghapus jejak di komputer itu dengan bersih, anak kecil itu mematikan komputer lalu bangkit berdiri dan mulai membantu Tasya membereskan kopernya. Tubuh yang kecil itu membuatnya sedikit kesulitan untuk menggantungkan baju di lemari.Zayn melihat kaki kecilnya itu dengan kesal. "Aku akan makan yang banyak! Dan segera tumbuh besar, dengan begitu aku bisa melindungi Momy," dengusnya menggerutu.Sadar dirinya kesusahan,
Tasya dan Adelia mengobrol tanpa henti melepas rindu mereka sambil memasak bersama di dapur."Tasya, coba lihat ini!" sahut Adelia menyodorkan ponsel miliknya sambil tertawa. "Ini lucu sekali! Memang, orang jahat harus mendapatkan balasan yang setimpal!"Zayn yang mendengar suara tawa itu mengerutkan keningnya. "Tante, kenapa tawamu begitu cempreng?" ujarnya dengan nada kesal. "Pantas saja kamu masih melajang setua itu!"Mendengar itu Adelia terkejut bukan main. "Hei bocah, apa katamu? Sekali lagi bilang, aku akan menciumu tanpa henti."Zayn menatapnya dengan nyinyir dan segera berjalan ke tempat Tasya, namun raut mukanya berubah dalam sekejap. "Mama, biar aku saja yang bereskan, kamu duduk dan istirahat saja di ruang tamu."Melihat Zayn yang begitu lugu dan juga baik terhadap ibunya, emosi Adelia mereda. "Bocah, untung saja kamu sangat baik terhadap ibumu, jika tidak, aku akan mencabik mulutmu!""Berisik!" gerutu Zayn dengan kesal. "Wanita tua yang bahkan tidak mengerti bagaimana mem
Tasya menarik napas dalam-dalam, lalu berkata datar. "Zayn bukan anak yang akan membiarkan dirinya ditindas, tenang saja.""Ya, untuk satu hal ini aku mengakuinya." Adelia dan Tasya terus mengobrol tanpa henti.Sementara Angkasa, pria itu sedang mengamuk hebat di dalam kantornya."Siapa yang menyebarkannya di internet?!""Apakah orang-orang yang dibayar untuk menjaga privasi terhadap publik itu hanya makan gaji buta, tidak bisa melakukan apa-apa? Video seperti ini bisa beredar di internet, apa yang mereka lakukan?" Angkasa melemparkan ponsel di hadapannya itu ke arah Ethan.Ethan berkeringat dingin.Dia juga baru menemukan video itu, ketika ingin menghapusnya, video itu sudah terlanjur menyebar. "Tuan Angkasa, kami juga sedang berusaha membereskannya, tapi sepertinya pihak yang menyebarkan itu menambahkan virus di dalamnya. Sehingga komputer kami terjangkit virus, saat ini teknisi IT sedang memperbaikinya," jawab Ethan dengan gemetar.Melihat Angkasa yang hanya terdiam, Ethan kembali
Sudah begitu lama Angkasa tidak semarah itu, bahkan sudah lama dia tidak turun tangan untuk membereskan masalah seperti ini. Mau tak mau dia mengakui, ahli IT di pihak sana sangat hebat, namun dia dapat melihatnya, pihak lawannya ini kurang berpengalaman.Melihat dirinya tidak bisa bergerak lagi di layar, Zayn tahu dirinya sudah dikunci. "Kacau!" dengusnya sembari terus menerus mengetik di laptop yang dia gunakan.Zayn ingin keluar dari database milik Wijaya Company, saat ini layarnya tidak bisa dikontrol olehnya sendiri. 'Bagaimana ini?' kebingungan terpancar di wajah Zayn.'Ini berbahaya! Pria bajingan itu bisa mengetahui posisiku!' Zayn segera bergerak, secepat kilat menghubungkan alat lain ke komputer.Tiba-tiba laptop di hadapan Zayn berkedip tanpa henti, layar biru bergaris hitam memenuhi laptop itu. Virus itu telah didobrak semuanya, dan mereka telah berhasil mengunci alamat IP nya.Angkasa semakin bingung melihat alamat IP yang tertera di depan matanya. "Ethan!"Mendengar Angk