Share

Bab 18 : Zaidan si Pendendam

Aku tidak tahu apa masalah lelaki itu. Dari pagi diam dan memilih menyendiri di kamar, hanya beranjak saat azan berkumandang atau ketika dipanggil makan.

Awalnya aku tidak mau ambil pusing. Lagian hampir seharian juga aku sibuk membantu di rumah Bibi dan baru kembali lagi saat Magrib tadi.

“Pak!” Kucoba beranikan diri memulai obrolan dengan Pak Zaid.

Laki-laki dengan celana selutut dan kaos hitam itu bergumam. Tatapannya masih lurus, fokus, melotot malah ke HP-nya. Pengen aku banting saja itu barang. Gemas juga lama-lama.

“Mas Zaidan!” Kali ini bukan hanya Pak Zaid yang tersentak, tapi aku juga. Berdeham sebentar, kucoba menurunkan volume suara. “Bapak enggak mendadak budeg, 'kan? Aku manggil loh, dari tadi!”

Pria itu berdecak, lalu pandangannya kembali ke handphone.

Jadi aku beneran dicuekin, nih?

Satu alisku benar-benar terangkat. Ini salahku di mana, sih? Tiba-tiba saja dimusuhi begini. Perasaan kami baik-baik saja tadi pagi, bahkan sempat bekerja sama membersihkan rumah, per
Shafitri D

Maaf, semalam ketiduran pas mau update.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status