“Apa yang kamu tunggu, cepat pergi dari sini sebelum kami memanggil satpam untuk mengusirmu!”
Aria mengepalkan tangannya. Dia tidak ingin berharap kasih sayang pada Stefan lagi. Dia menatap ayahnya dengan berani.
“Ini rumah ibuku, aku tidak akan pergi dari rumah ini!” serunya mengepalkannya.
“Yang seharusnya pergi dari rumah ibuku adalah kalian!”
Raut wajah Emily dan Stefan sontak berubah. Stefan mengangkat tangannya menampar Aria.
“Anak kurang ajar!”
Suara tamparan itu bergema di halaman.
Melissa dan Emily menutup mulut terkejut melihat Stefan menampar Aria untuk pertama kalinya. Namun raut wajah mereka berubah menjadi ekspresi puas dan mengejek pada Aria.
Aria membeku, kepalanya menoleh ke samping akibat tamparan keras Stefan. Wajahnya yang memar parah semakin memar dan bengkak karena tamparan ayahnya.
Aria memegang pipinya sambil menoleh menatap Stefan, mat
Ketika Aria sampai di rumah sakit. Dia melihat kamar rawat Ramus VIP di pindahkan ke bangsal biasa.Aria bersyukur rumah sakit tidak segera mencabut peralatan medis dari tubuh Ramus dan tidak menyebabkannya meninggal.“Terima kasih suster.” Aria berterima kasih pada suster yang bertugas jaga merawat bangsal adiknya.“Apa kamu keluarga dari pasien ini?” Suster itu bertanya sambil memegang papan grafik di tangannya.Aria menganggukkan kepalanya.“Benar suster, saya kakak Ramus.”“Keluargamu sudah mencabut biaya perawatan pasien. Kami tidak bisa merawat pasien ini lagi dan harus mencabut peralatan medis di tubuh pasien. Jika Anda ingin melanjutkan perawatan pasien, mohon untuk segera membayar biaya rumah sakit atau kami harus dengan terpaksa mencabut peralatan medis di tubuh pasien,” ujar Suster itu membaca catatan medis Ramus di tangannya.Aria meraih tangan suster itu dengan cemas.
“Sayang, ini rumah sakitmu kan, bisakah kamu membebaskan Aria dari membayar biaya perawatan adiknya demi aku? Aria sudah dianiaya oleh keluarganya, dia tidak bisa membayar biaya rumah sa—““Jangan!” Aria berseru tiba-tiba memotong ucapan Hanna.Hanna menoleh menatapnya dengan tatapan bertanya. Sementara ekspresi Dario sangat datar.“Jangan lakukan itu. Aku bisa membayar biaya rumah sakit adikku,” ujarnya dengan ekspresi tenang.“Mengapa kamu menolak? Aku ingin membantumu mengurangi bebanmu. Aku tahu kondisimu lebih baik daripada orang lain. Kamu tidak bisa membayar biaya rumah sakit Ramus apalagi setelah ayahmu tidak peduli lagi pada Ramus,” ujar Hanna mengerucutkan bibirnya cemberut.Aria menarik napas dan menatap sahabatnya dengan senyum dipaksakan.“Aku tahu kamu bermaksud baik. Terima kasih. Tapi aku tidak ingin berutang budi padamu.”Terutama Dario, lanjut Aria dalam hati.
Wajah Aria memanas, dia berjuang mendorong tubuh Dario menjauh darinya.“Lepaskan aku!” desisnya mendorong dada pria itu sekuat tenaga.Namun tubuh pria bergeming. Dia meraih tangan Aria dan menekan tangannya di atas kepalanya.“Aria Crowen, beraninya kamu kabur saat itu,” desisnya dengan suara rendah di samping Aria.Aria berhenti meronta dan menatap mata Dario bingung.“Apa maksudmu?”Dario tertawa sinis dan menatapnya lekat-lekat. Dia mencubit dagunya dan membuatnya mendongak.“Setelah apa yang lakukan kita malam itu, mengapa kamu kabur? Apa kamu pikir aku orang yang bisa kamu tinggalkan sesuka hatimu?”Aria mengerjap sesaat. Cengkeraman Dario di dagunya terasa sakit. Dia menatap wajah Dario yang teramat dekat dengannya.Pria itu menatapnya dengan senyum sinis di wajahnya. Sorot matanya penuh dengan kemarahan.Aria mengepalkan tangannya. Dia yang seharusnya merasa dirugikan karena kehilangan keperawanannya, namun pria itu memojoknya di ruang ge
Aria berhenti. Dia mendongak menatap gedung perusahaan Clark Corporation.Dia tidak tahu apa yang merasukinya hingga mau menerima tawaran Hanna datang ke perusahaan Dario untuk melamar kerja magang.“Apa yang kamu tunggu? Cepat masuk!” Hanna di sebelahnya mendesak Aria masuk ke kedung perusahaan Clark.“Tapi Hanna ....” Aria menahan tangannya, sangat enggan masuk ke perusahaan Dario.Apalagi setelah tindakan cabul yang dilakukan pria itu padanya di rumah sakit. Memasuki perusahaannya hanya membuat dirinya masuk ke sarang serigala.Apalagi setelah dia memperingatkan Dario untuk menjauh darinya.“Kenapa?” Hanna berbalik menatapnya cemberut.“Bukankah kamu sudah setuju untuk bekerja di perusahaan Dario? Apa kamu ingin menarik ucapanmu?” kata Hanna tidak sabar.“Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku ....” Aria menatap ke sekeliling gelisah memikirkan alasan untuk diberikan
Mata Aria membelalak. Dia menatap dengan ngeri wajah pria itu. Bagaimana dia bisa menciumnya di sini sementara pacarnya ada di luar?!Aria mengabaikan sensasi kesemutan di bibirnya dan meletakkan tangannya di dada Dario sebelum mendorongnya menjauh.“Le ... lepaskan!”Namun tubuh Dario tidak bergerak, dia justru memeluk tubuh Aria semakin erat dan ciumannya menjadi ganas.Ari tidak ingin menyerah. Dia terus mengingatkan dirinya agar tidak terbuai dalam ciuman panas Dario.Hanna sedang menunggu mereka di luar. Bagaimana jika dia tiba-tiba masuk dan melihat mereka berciuman.Bayangan itu membuat Aria gelisah dan panik. Namun Dario tidak melepaskan bibirnya dan menciumnya seperti orang ketagihan. Tangannya mulai nakal turun ke pahanya.Aria menggertakkan giginya dan membuka mulutnya untuk menggigit lidah pria itu.“Ssshhhh ....” Dario sontak melepaskan bibir Aria dan mendesis kesakitan. Dia mengumpat dalam
“Bibirmu bengkak seperti itu habis kamu apakan?”Aria sontak menutup mulutnya panik. Dia tidak ingin Hanna menyadari bawah Dario menciumnya.“A-aku ... aku terlalu gugup hingga menggigit bibirku karena wawancara. Tuan Clark agak mengintimidasi hingga membuatku tertekan.” Aria dengan cepat memikirkan alasannya yang masuk akal.Hanna tahu kebiasaannya akan menggigit bibir bawahnya jika dia tertekan atau gugup. Terlebih lagi Dario memang terlihat aga mengintimidasi.Bersyukurlah Aria tidak mengenakan lipstik karena dia memiliki warna bibir merah alam. Jika tidak, Hanna akan melihat lipstiknya yang melenceng dari bibirnya dan menimbulkan kecurigaan bahwa Dario dan Aria berciumanHanna mempercayai ucapannya dan menghela napas. Dia berdecak memandang kantor Dario yang tertutup rapat .“Dario terlihat seperti bos tiran dan tidak ramah jika sudah menyangkut pekerjaan. Beberapa sekretarisnya banyak mengundurkan diri kare
“Tuan Clark.”Aria menoleh memandang sosok jangkung pria itu berjalan dengan tangan di masukan ke dalam saku celananya. Kehadirannya menarik perhatian orang-orang di lobi.Aura karismatik memancar kuat dari tubuh tegapnya dibalut setelah jas mahal dengan jahitan khusus.Wajahnya yang tampan tampak dingin dan acuh tak acuh. Dia tidak menghiraukan pandangan terpesona para wanita yang memandangnya.Aria tidak melihat Hanna di sebelahnya selain Haris yang merupakan asisten pribadinya.Pandangan Dario tertunu pada Aria dipojok oleh Melissa dan Kevin. Wajahnya memerah marah dan matanya berkaca-kaca.“Tuan Clark ....” ruat wajah Melissa berubah melihat pria itu berjalan mendekat. Matanya berkilau dengan penuh dengan kekaguman.Keluarga Clark adalah keluarga Kolongmerat terkenal di Capital. Semua keluarga kelas atas sangat menghormati mereka. Yang mengendalikan perusahaan Clark saat ini adalah Dario C
“Maka aku harus membatalkan kerja sama ini.”Ekspresi Kevin menggelap. Dia menatap Dario tidak percaya.Dario balas menatapnya acuh tak acuh.“Tuan Clark, mengapa kamu harus melakukan ini hanya karena pelacur kotor itu?!” Kevin memelototi Aria dengan tatapan tajam.Wajah Aria berubah muram, dia menundukkan kepalanya tidak ingin memperlihatkan kesedihan di matanya.Dario melirik Aria yang tertunduk dan menatap Kevin tajam.“Kevin Derrick, orang yang kamu panggil pelacur kotor itu adalah sekretarisku. Kamu menghinanya di perusahaanku, apa kamu tidak menghormatiku?!” ujarnya tajam.Kevin menegang, tidak bisa berkata-kata.Dia menundukkan kepalanya.“Maafkan aku Tuan Clark, aku tidak bermaksud begitu,” ujarnya dengan suara rendah.Kevin mengepalkan tangannya. Dia benci tidak bisa kenyataan bahwa dia tidak bisa menyinggung Dario.Orang tuanya selalu mengingat