Tak lama dokter pun datang dan memeriksa Valency. Orang-orang menunggu di luar kamar dengan khawatir. Tak terkecuali Rosa, dia yang memiliki rasa bersalah kepada Valency dan sudah menerimanya sebagai menantu tentu ikut khawatir dan panik. Dokter pun keluar dari kamar. Berbeda dengan orang-orang yang menunggu di luar dengan wajah pucat, panik, serta khawatir, dokter berkacamata itu justru keluar dari ruangan tersebut dengan wajah berseri. Jayden langsung menghampiri dan menodong dengan pertanyaan, “Dokter, ada apa dengan istriku? Dia baik-baik saja ‘kan?”Dokter itu melempar senyum. “Tuan Spencer, istri Anda baik-baik saja.” Semua orang bernapas lega mendengarnya. Rosa pun bertanya, “Apa Dokter sudah benar-benar memastikannya?”“Tidak apa-apa, Nyonya Spencer, menantu Anda hanya kelelahan. Mual dan lemas sangat wajar dialami pada trimester pertama.” Cleo dan Rosa yang sangat familier dengan istilah tersebut tentu saja kaget dan wajah mereka seketika berbinar. Alex dan Albert yang j
Kalimat Rosa membuat kening Albert berkerut. “Apa maksudmu …?” Rosa menghela napas, tatapannya kembali pada foto pernikahan mereka. Bukannya menjawab pertanyaan Albert, Rosa justru berujar, “Melihat Jayden yang begitu bahagia dan memeluk Valency serta terharu atas kehamilannya … aku jadi teringat pada awal pernikahan kita.” Sebuah senyuman pahit terlukis di bibirnya. “Ketika melahirkan Richard, dulu kita pun sama bahagianya seperti mereka.” Albert terdiam. Dia pun jadi teringat momen kelahiran Richard, anak pertama mereka. Di awal pernikahan, Albert merasa hidupnya sempurna. Sebelum akhirnya … pernikahan mereka berantakan dan ibu Felix kembali ke kehidupan Albert. Rosa menunduk sambil memilin jari jemarinya. “Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, sejak kapan aku mulai melakukan kesalahan sampai pernikahan kita bisa kacau. “Apa mungkin karena aku berubah sikap karena reputasi sebagai nyonya keluarga Spencer? Atau aku yang terlalu sibuk mementingkan diriku sendiri sampai tak menya
“Lency!” Teriakkan nyaring dari seseorang membuat Valency seketika menoleh. Di ambang pintu kamar, sosok Jennita muncul dengan balutan kemeja kasual serta jeans berwarna senada, wanita itu melambaikan tangan ke arah Valency dengan wajah berbinar. Jennita berlari kecil menghampiri Valency yang sedang duduk menyandarkan punggung pada kepala ranjang. Kemudian, muncullah sosok Christian yang mengekor di belakangnya. Valency tersenyum menyambut kedatangannya sahabatnya itu. “Padahal, aku meneleponmu baru beberapa jam yang lalu, Jen, tapi kamu langsung datang.”Beberapa hari setelah pulang dari kediaman Spencer, Valency baru mengabari Jennita mengenai kehamilannya. Tentu saja, sebagai penggemar fanatik Jayden, Jennita langsung heboh begitu mendengar kabar baik tersebut. “Lency! Kenapa baru memberitahuku?!” sentak Jennita. Meski bibirnya tampak cemberut, tapi binar di wajahnya tak terelakkan. “Apa kamu tidak tahu betapa senangnya aku karena akan menjadi seorang bibi?!” “Jen ….” Valency
Hai semua,Pertama-tama, saya ingin berterima kasih atas doa dan dukungannya untuk kesembuhan saya. Puji syukur, jaitan setelah operasi sudah mengering dan saya sudah bisa mulai kembali beraktivitas seperti biasa.Kedua, saya ingin meminta maaf karena baru bisa mulai update sekarang. Kiranya setelah pulih ini, saya akan mengejar ketertinggalan dan berusaha melanjutkan cerita dengan update setiap harinya..Mohon maaf sekali karena update karya ini sempat tertunda lama. Terima kasih atas kesabaran dan pengertiannya. Dukungan kalian sangat berarti bagi saya. Mari kita lanjutkan perjalanan ini bersama. Terima kasih banyak.Salam hangat,Author
Melihat keterkejutan di wajah Valency dan Jayden, Rosa pun mengulas senyum dan berkata, “Jangan terkejut. Bukankah di tengah situasi seperti sekarang sudah sepantasnya aku menghilang untuk sementara waktu?”Valency menggigit bibir. Dengan ragu-ragu dia bertanya, “Apa Nyonya Spencer memutuskan pergi karena … aku?”Dalam hati Valency merasa bersalah. Hubungan Jayden dengan ibunya baru beberapa waktu ini membaik, tapi sekarang Rosa malah mau pergi?Mungkinkah hal itu karena Rosa masih belum menerima Valency sepenuhnya sebagai menantu? Atau mungkin … ada sesuatu dari kehamilan Valency yang membuat Rosa merasa trauma dengan pengkhianatan sang suami?Rosa maju beberapa langkah m
Matahari mulai merangkak naik. Dari luar, cuaca tampak cerah dengan bunga-bunga yang bermekaran. Akan tetapi, cerahnya cuaca siang itu berbanding terbalik dengan suasana di kediaman Spencer.Hawa sendu menyelimuti seisi rumah ini, terutama karena sejumlah masalah yang datang silih berganti, sampai kepergian Felix dan Rosa, membuat kediaman yang biasa ramai itu sepi.Di salah satu ruangan di rumah itu, Albert duduk di ruang kerjanya tampak sedang melamun sambil bertopang dagu.“Permisi, Tuan Albert ….” Kepala pelayan kediaman Spencer mengetuk pintu ruang kerja Albert yang tidak tertutup sempurna.Tidak ada sahutan dari dalam, kepala pelayan itu berpikir Albert tidak mendenga
"Ahh … kau nikmat sekali, ...." Baru saja Valency melangkah masuk ke dalam apartemen sang kekasih untuk merayakan hari jadi ketiganya, tapi dirinya malah dikejutkan dengan lenguhan dua orang yang bersahutan. "Jangan meninggalkan jejak di sana, Lency bisa curiga nanti ...." Valency menautkan alisnya. Itu … suara desahan seorang perempuan! Dengan tubuh kaku, gadis berambut hitam panjang bergelombang itu berjalan perlahan, menghampiri sumber suara yang dia yakini berasal dari kamar sang kekasih. Di waktu yang bersamaan, sebuah suara pria terdengar berkata, “Kamu kira aku takut padanya?” Itu adalah suara kekasih Valency, Felix! Dengan jantung berdebar kencang, Valency mengintip celah pintu kamar yang tak tertutup rapat. Seketika, gadis itu pun terbelalak melihat pemandangan di dalam. Tampak sang kekasih dan sahabat dekatnya, Felix dan Cecilia, sedang berbaring mesra di atas tempat tidur dengan posisi intim! “Bukankah hari ini hari jadi tiga tahun hubungan kalian?” tanya Cecilia se
Jayden Spencer, seorang desainer perhiasan ternama yang dihormati semua orang! Di usia lima belas tahun, Jayden Spencer sudah berhasil menghasilkan desain perhiasan legendaris yang dikagumi semua orang. Saat dia dua puluh lima tahun, pria itu mendirikan Diamant Corp, perusahaan yang hanya dalam kurun waktu tiga tahun menjadi perusahaan perhiasan terbesar negara Eden. Sekarang, di usianya yang ketiga puluh sembilan, pria tersebut telah menjadi salah satu tokoh terpenting dalam dunia perhiasan! Mata Valency membulat sempurna. Bagaimana bisa satu email sederhananya malah membuatnya dipertemukan langsung dengan orang penting seperti Jayden? “Langsung ke intinya,” ucap Jayden memecah lamunan Valency. “Desain yang dirimu kirimkan, itu adalah desain yang telah diikutkan dalam lomba Komunitas Desainer Perhiasan Negara.” Valency menelan ludah. Lomba Komunitas Desainer Perhiasan Negara adalah lomba yang diikuti oleh Felix dan Cecilia. Kebetulan Valency tahu Diamant Corp adalah salah satu p