JANGAN AMBIL TUBUHKU

JANGAN AMBIL TUBUHKU

Oleh:  Butterfly   Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
62Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Duwi Luna, nama yang diberikan secara sembarangan pada anak kedua yang tidak diinginkan kehadirannya yang terlahir dari pasangan Gilang dan Natasha. Duwi tidak diinginkan sebab mereka mengharapkan anak laki-laki.Hingga satu tahun berlalu dan mereka pun dikaruniai anak laki-laki yang sangat mereka dambakan. Sejak kehadiran anak ketiga, perhatian dan kasih sayang Gilang dan Natasha semakin jauh dari Duwi. Mereka sangat memanjakan anak ketiga mereka, sementara Duwi hanya dibiarkan dan bahkan sering ditelantarkan. Kehadiran Duwi di rumah terasa seperti angin lalu yang tidak berarti.Meski terabaikan oleh orang tua yang seharusnya melimpah kasih sayang, Duwi tumbuh menjadi gadis cantik nan anggun. Ayu wajahnya serta senyum manis yang menghiasi bibirnya, bagai magnet yang menarik perhatian banyak orang. Namun, derita hidupnya tidak berhenti sampai di situ. Terasingkan oleh orang tuanya, Duwi tumbuh sebagai sosok yang senang menyendiri dan menutup diri dari dunia luar. Dalam penjara kesepian, ada cerita yang jauh lebih kelam, menggantung dihantui oleh makhluk gaib yang menjengkelkan, menambah penderitaan Duwi tanpa henti. Lalu, bagaimana perjalanan hidup Duwi selanjutnya? Akankah dia menemukan kebahagiaan yang selama ini ia dambakan, atau justru terjerumus semakin dalam dalam kisah yang memilukan bersama makhluk gaib?

Lihat lebih banyak
JANGAN AMBIL TUBUHKU Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
13 Bab
Duwi Luna
2004Suara tangisan bayi perempuan di kamarnya terdengar nyaring memecah keheningan malam. Keluarga kecil itu tampak begitu jelas tak bahagia dengan kehadiran anak kedua mereka yang baru lahir. Gilang, sang kepala keluarga, terlihat acuh tak acuh. Di sisi lain, Natasha, sang ibu, membiarkan begitu saja anaknya menangis dan tak berinisiatif untuk memberinya asi.Natasha mendekati Gilang yang sedang menonton televisi di ruang tamu."Mas, apa kita buang saja anak ini?" ujar Natasha dengan mata berkaca-kaca. Gilang terdiam sejenak, melirik ke arah istrinya yang tampak lelah dan terbebani dengan tangisan bayi yang tak kunjung henti."Kamu serius?" tanya Gilang dengan nada ragu. Natasha menghela napas panjang. "Aku sudah tak tahan, Mas. Anak itu nangis terus. Aku gak mau ngurus anak perempuan lagi. Aku maunya anak laki-laki, bukan perempuan."Gilang mengusap wajahnya, seolah mencari solusi atas masalah yang dihadapi keluarga mereka. Mereka memang menginginkan anak laki-laki sebagai peneru
Baca selengkapnya
Selalu Jadi yang Tersalah
6 tahun kemudian....Kelahiran Rama, anak ketiga Gilang dan Natasha, menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri bagi keluarga mereka. Lima tahun berselang, pasangan ini kembali dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Irfan. Namun, di tengah kebahagiaan tersebut, masih ada satu hal yang tak berubah; perlakuan tak adil kepada Luna, anak kedua mereka.Orang-orang mengira bahwa Luna juga mendapatkan kasih sayang yang sama dari orang tuanya, namun kenyataannya, perlakuan yang diterima Luna jauh dari kata sayang.Situasi ini terus berlangsung, meski Gilang dan Natasha telah dikaruniai dua anak laki-laki. Luna tetap terabaikan dan tak dicintai."Ibu, aku ingin makan ini, boleh?" tanya Luna dengan ceria menunjuk kue di atas meja."Makan aja," jawab Natasha sambil memalingkan wajahnya dari Luna."Padahal tadi udah makan, sekarang ada kue juga di makan, nanti kalau ada makanan lain pasti di makan juga, anak yang satu ini beda banget. Rakus kayak tikus aja," gerutu Natasha dengan pelan.Ta
Baca selengkapnya
Pembawa Sial
"Dek, Luna di mana?" tanya Gilang mengamati sekeliling rumah. Sejak kecelakaan yang menimpa anak-anak nya tadi, dirinya tidak melihat ada Luna di mana pun. Ia mulai mengkhawatirkannya."Kok Mas nanya aku sih? Kan aku dari tadi juga sama kamu.""Duh, Dek. Ini semua pasti salah kamu." Gilang menekan paha kirinya lalu mengangkat kakinya untuk berdiri."Kok kamu salahin aku sih, Mas?" Wajah Natasha langsung berubah masam. Ia menyimpan Irfan di sampingnya lalu berdiri mengikuti Gilang."Iyalah. Siapa yang tadi marahin Luna nyampe mukul mukul tubuhnya, huh? Kamu jadi ibu kok bisa-bisanya sih memperlakukan anak kayak gitu. Aku lihat gak ada ibu kayak gitu selain kamu.""Mas, Mas, Mas, tunggu dulu deh. Kok akhir-akhir ini kamu nyalahin aku terus kalau soal Luna? Kamu udah sayang, ya sama anak itu?" Natasha berkacak pinggang, matanya melotot memancarkan kemarahan yang membara."Ya wajar lah kalau aku sayang juga sama Luna, Luna kan anak kita juga. Dulu emang aku sempat gak suka sama kelahirann
Baca selengkapnya
Ketidakadilan
Luna berlari cepat, tawa riangnya terdengar jelas bergema di lorong-lorong kampung. Rasa bahagia yang ia rasakan setelah bermain bersama teman-temannya masih begitu kental, membuatnya merasa seperti seorang putri yang sedang menikmati hidupnya. Namun, saat melihat langit mulai merah menjelang sore, ia sadar bahwa ia harus segera pulang agar tidak mendapatkan amarah dari ibunya.Sambil memegangi boneka kesayangannya, Luna melangkahkan kaki menuju rumahnya. Begitu sampai di depan pintu, ia menghentikan langkahnya sejenak. Dalam hati, ia berharap ibunya tidak marah karena pulang terlambat.Luna menggenggam erat kenop pintu, hendak membukanya. Namun tanpa sengaja boneka yang ia pegang jatuh dari genggamannya.Pun Luna menunduk dan mengambil bonekanya. Ia berjongkok sebentar, lalu dengan hati-hati membuka pintu rumahnya sedikit demi sedikit. Lewat celah sempit itu, matanya melihat keluarganya tengah duduk bersama di meja makan. Wajah-wajah mereka tampak ceria, tertawa dan bercengkrama den
Baca selengkapnya
Jangan Ambil Tubuhku
Pagi-pagi sekali, bahkan matahari pun belum terbit, hanya ada angin dingin yang bertiup kencang di temani oleh bulan yang cantik di atas sana, Natasha saat ini sedang berjalan dengan tergesa-gesa sambil menggenggam tangan Luna begitu kuat.Ia sudah lelah dan ia sudah jengah dengan semua kesialan hidupnya yang ditimbulkan oleh Luna, maka dari itu, ia telah memikirkan berkali-kali tentang keputusannya saat ini, dan karena pertengkaran dirinya dan sang suami semalam, kini ia telah yakin tentang keputusannya terhadap kehidupan Luna."Bu, kita mau pergi ka mana?" Gadis kecil itu tak berhenti bertanya sejak ibunya memaksanya bangun."Kamu diam aja deh. Nanti juga kamu tahu sendiri. Gak usah keluarkan suara mu itu, bikin Ibu makin kesel aja tau gak," jawab Natasha dengan ketus.Walau dalam benaknya masih banyak pertanyaan yang ingin diajukan, pada akhirnya Luna memilih diam setelah sang ibu berkata seperti itu.Hanya menghabiskan waktu sepuluh menit, kini Natasha telah sampai di rumah ibunya
Baca selengkapnya
Pertemuan Pertama
Sejak usia 15 tahun, ketika Tia, sang kakak telah menikah, Luna dipindahkan kamarnya ke kamar depan, bekas sang kakak. Sementara kamarnya yang dulu digunakan oleh kedua adiknya.Kamar depan yang kini menjadi milik Luna tampak seperti kamar biasa pada umumnya. Namun, ada aura yang berbeda di dalamnya, sebuah kegelapan yang tak terlihat namun bisa dirasakan. Di sudut kamar, sebuah meja kecil yang berantakan dengan buku-buku dan coretan pensil yang membentuk kalimat-kalimat yang tak berarti, menciptakan kesan kekacauan.Namun, di tengah kamar berdiri sebuah tempat tidur yang menjadi saksi bisu atas mimpi buruk yang Luna alami setiap saatnya.Cahaya rembulan dan matahari yang menerobos masuk melalui celah-celah jendela, kerap menyinari wajah Luna yang terbaring lemah. Suara angin berdesir lembut dan bayang-bayang yang bergerak tanpa arah, menambah kegelisahan Luna. Setiap saat Luna selalu merasa gelisah. Tidur siang dan malamnya s
Baca selengkapnya
Menginap
"Jika kau bukan kuntilanak, kenapa kau duduk di sini?" tanya Hansel terus memperhatikan Luna dari ujung kepala hingga ujung kakinya."Dan kenapa kau tidak menggunakan alas kaki jika kau memang manusia?"Luna langsung menunduk melihat kakinya yang kotor dan tak mengenakkan sandal."Kau pasti kuntilanak penunggu makam ini, kan?""Apa kuntilanak bisa bahasa manusia?" tanya balik Luna dengan tatapan dingin dan wajah datarnya.Hansel langsung terdiam, memikirkan pertanyaan Luna."Tentu saja bisa. Secara dia, kan juga awalnya manusia biasa. Tapi dia meninggal dan tidak menerima kematiannya itu, makanya dia jadi kuntilanak.""Memangnya kau pernah berbicara dengan kuntilanak?" tantang Luna, dan spontan Hansel pun menggelengkan kepalanya."Kau hanya membuang-buang waktu ku," sarkas Luna sambil melenggang pergi melewati Hansel.Saat melewatinya, Hansel menoleh pada Luna, matanya terbelalak tatkala melihat wajah L
Baca selengkapnya
Mungkinkah Benar?
"Hansel, kamu tidurlah di kamar depan, ya!" Natasha memegang punggung Hansel seraya mendorongnya untuk maju mendekati kamar depan.Hansel berjalan, tapi entah kenapa, ia merasa enggan untuk itu. Terlebih setelah mendapat tatapan dingin dari Luna, matanya yang seakan-akan berbicara bahwa dirinya tidak boleh masuk ke kamar itu."Jika aku tidur di sini, lalu di mana Luna tidur nanti?" tanya Hansel di ambang pintu. Firasatnya mengatakan untuk tidak masuk ke dalam kamar, hawa hawa berbeda sudah terasa melewati celah-celah pintu. Ketakutannya semakin menjadi setelah menyadari bahwa hanya kamar depan saja yang memakai pintu, sementara kamar lainnya hanya menggunakan gorden.Natasha sontak menoleh pada Luna. "Ah, jangan hiraukan dia. Dia bisa tidur di mana pun. Di kursi juga bisa. Dia tipe orang yang tidak mempermasalahkan tempat tidur.""Tidak perlu sungkan. Ini adalah bentuk kami menghormati tamu." Natasha meyakinkan Hansel dan menepuk-nepuk p
Baca selengkapnya
Di Bawah Sinar Rembulan
Hansel duduk di samping Luna. Luna pun tidak merasa risih dengan itu. Dua orang yang tidak saling mengenal itu duduk bersampingan di bawah sinar rembulan yang terang. Melewati jendela, mereka diam-diam menatap ke langit yang gelap, membiarkan diri mereka terpesona oleh keindahan rembulan yang mengambang di malam yang tenang. Meskipun mereka tidak saling mengenal, tapi mereka merasa terhubung oleh keajaiban alam yang sama, yang sama-sama menarik perhatian mereka ke langit malam yang indah. Hansel, sosok yang tegap dan tenang, dengan tatapan yang dalam dan serius. Ia tengah berpikir keras, menerka maksud perkataan Luna beberapa saat yang lalu Sementara itu, Luna yang duduk di sampingnya terlihat anggun dan lembut, dengan senyuman kecil di wajahnya yang menunjukkan kekagumannya akan keindahan alam. Meskipun mereka tidak berbicara satu sama lain, namun keduanya merasa ada ikatan yang tak terucapkan di a
Baca selengkapnya
Kembali Asing
Luna duduk di makam sang kakek, melamun memikirkan tentang dirinya bersama Hansel malam itu. Hansel mencoba menjelaskan semua yang terjadi, tapi sampai saat ini pun dirinya tidak bisa mengingat apapun. Ia tidak bisa mengingat kejadian apa saja yang terjadi malam itu bersama Hansel meskipun sudah berusaha keras memikirkannya. Lima hari sudah berlalu sejak Hansel pulang dari rumahnya. Tidak ada yang berubah dari kedatangan dan kepergian Hansel. "Kenapa aku harus terus memikirkannya? Dia hanyalah orang asing. Enyah sana dari kepala ku," usir Luna pada pikiran yang terus memikirkan Hansel. Ia bahkan memukul kepalanya itu. Langit tiba-tiba mendung dan awan hitam berdatangan dari segala arah menjadikan alam tampak lebih gelap, Luna menengadah terus memperhatikan langit. "Aku harus pulang sebelum hujan turun," gumamnya sambil berusaha berdiri. "Akhir-akhir hujan datang lebih sering, aku harap malam nanti akan ada hujan lagi, supaya semua orang bisa merasakan kedinginan yang selalu me
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status