Share

Bab 17

Aku sedikit kesal karena istriku hanya diam ketika direndahkan orang. Meski aku salut pada kesabarannya dalam menjalani hidup. Dulu Isma adalah tetanggaku sendiri. Aku mengenalnya sejak kecil. Aku menyukai sederhanaannya, keluguannya, dan kesabarannya.

Aku sadar, memang tak mudah untuk merubah sifat dan karakter seseorang. Bahkan aku sering mendengar, kalau batuk bisa diobati. Tapi, belum tentu dengan watak. Setidaknya, aku tidak merubahnya, hanya memberi semangat pada dirinya.

"Lain kali jika kamu mendengar lagi tetangga sebelah membicarakanmu dan kamu melihat langsung, jawab saja. Jangan takut. Sabar atau mengalah memang bagus, Dek. Tapi, jika terlalu sabar pada orang-orang seperti mereka, yang ada kamu akan diinjak-injak. Terkecuali kamu sabar menghadapi suami yang suka menaruh handuk basah di kasur atau menikmati irama mendengkurku ketika sedang tidur." Kuangkat sebelah alisku dan melirik Isma. Di tersenyum mendengar ulasan terakhirku.

"Akan kucoba, Mas. Tapi, aku enggak yakin bis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status