JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN
Bab 2Aku terduduk di kursi meja makan sambil menahan lapar. Ku kira, ibu tidak seperti cerita cerita yang sering ku baca di novel novel online. Ternyata, kelakuan ibu lebih dari itu.Tiba tiba ibu datang membawa bahan masakan. Ibu mengeluarkan satu persatu dari kantung kresek hitam itu. Ada daging ayam, kol, wortel, dan beberapa sayur untuk lalapan lainnya.Aku memberanikan diri untuk bertanya dimana ibu menyimpan beras."Bu? Beras dimana? Tadi aku mau nanak nasi tapi gak tau berasnya ada dimana" tanyaku.Ibu melirik sinis ke arahku, aku hanya menunduk dan tak berani bertanya lagi. Ibu pun masuk ke kamar sambil membawa wadah rice cooker.Ibu keluar dari kamar dan membawa kembali wadah itu yang sekarang sudah berisi beras."Ibu nyimpan beras di kamar? Kenapa ya? Apa di dapur banyak tikus?" Batinku bertanya tanya."Nih kamu cuci berasnya" ucapnya sambil menyodorkan wadah rice cooker itu.Aku tak banyak bicara dan langsung menuruti perintah ibu. Sementara ibu sedang memotong daging ayam yang sepertinya mau dibuat gulai melihat dari bumbu bumbu yang ia siapkan.Setelah selesai menanak nasi, aku menghampiri ibu berniat untuk membantunya. Tetapi ibu menolaknya, aku pun kembali ke kamar dengan keadaan perut yang masih lapar.Karena menahan rasa lapar, aku sampai tertidur dan bangun di jam 11 siang. Karena masih lapar, aku pergi ke dapur untuk makan.Tapi saat sampai di dapur, aku tidak melihat masakan ibu. Meja makan kosong melompong. Aku yang sangat lapar memilih untuk menggoreng bawang bawangan dan cabe rawit untuk lauk makan.Tidak memakai apa apa, hanya bawang putih, bawang merah, dan cabe rawit yang diiris lalu digoreng diminyak panas dan diberi sedikit penyedap.Aku makan dengan sangat lahap karena lapar sekali, saat sedang enak enaknya makan. Tiba tiba ibu berteriak."Tiaraaaaaaaa!!!" Tatapan ibu nyalang, aku seperti maling yang tertangkap basah yang hanya berdiam diri dan menghentikan aktifitas makanku."Ke-kenapa bu?" Tanyaku gemetaran. Bukan karena suara ibu, bukan. Tapi aku kelewat lapar sampai gemetaran. Kalo bahasa sunda namanya salatri."Makan apa kamu?" Tanya ibu dengan nada sinis."A-aku lapar bu, jadi aku goreng bawang sama cabe rawit" ucapku sambil menunjukkan isi piring yang tinggal setengahnya itu."Beras sekarang lagi mahal, jangan banyak banyak makannya" ketusnya lalu ia pergi keluar.Selesai makan, aku langsung mencuci piring bekas makanku tadi. Tak lama setelah itu, adzan dzuhur pun berkumandang. Aku pun langsung pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan solat dzuhur.Di dalam sujud, aku berdoa supaya aku kuat menghadapi sikap mertuaku. Aku tahu Allah maha membolak balikan hati manusia. Semoga ibu mertuaku terketuk pintu hatinya. Seharusnya ia berpikir, ia pun punya anak perempuan. Bagaimana jika anak perempuannya diperlakukan seperti yang ibu lakukan kepadaku oleh mertuanya.Saking lamanya aku berdoa dalam sujudku. Aku sampai tertidur pulas di atas sajadah.**Aku terbangun tepat pukul 16.00 memang lumayan lama, entah mengapa aku jadi sering tertidur. Atau mungkin efek lapar? Entah lah, hari ini saja aku tertidur sudah dua kali.Wangi aroma gulai menyeruak, aku keluar kamar sambil membawa handuk. Belum menunaikan solat Ashar, aku pun memutuskan untuk mandi dan mengambil wudhu.Kamar mandi terletak di sebelah dapur, sehingga aku melewati ibu yang sedang memanaskan masakannya. Tunggu, memanaskan? Lalu tadi siang ibu menyimpannya dimana? Aku tak memikirkan hal itu lagi dan langsung masuk ke kamar mandi.Baru saja aku melepaskan pakaianku, pintu kamar mandi diketuk. Bukan diketuk sih, lebih tepatnya digedor. Ya, siapa lagi kalau bukan ibu pelakunya."Tiaraa!! Tiaraa!! Kamu jangan terlalu banyak menggunakan air, disini air juga beli, pake UANG!" Ia mempertegas kata terakhirnya.Aku tak menjawab perkataan ibu, dan tetap melanjutkan ritual mandiku. Selesai mandi dan sudah mengambil wudhu, aku pun keluar dari kamar mandi.Ternyata ibu sudah tak ada di dapur, dan tentu saja masakan yang ia panaskan tadi pun tidak ada dimeja makan.Aku hanya bisa geleng geleng kepala, segitunya ibu takut aku memakan masakannya.Aku pun masuk kamar dan menunaikan solat ashar. Seperti biasa, didalam sujud aku berdoa supaya hati ibu dilembutkan. Dan kalau ibu masih seperti itu, aku harus menguat nguatkan diriku.Selesai solat, ternyata mas Alan sudah ada dibelakangku."Mas, kok aku gak denger suara motor nya?" Tanya ku seraya mencium punggung tangan mas Alan.Mas Alan tersenyum hangat "kamu yang terlalu khusyuk solatnya dek hehe" ujarnya."Mas mau mandi dulu atau langsung makan?""Mas mandi dulu aja dek, lengket banget nih badan""Yaudah, aku siapin air hangat ya""Jangan dek, mas pake air dingin aja"**Mas Alan selesai mandi, ia mengajakku untuk makan bersama. Seperti sulap saja, begitu sampai di dapur, diatas meja makan, semua masakan ibu tadi ada disini. Ada gulai ayam, bakwan sayur, sambel serta lalapan.JANIN YANG KAU SURUH GUGURKANBab 3Aku mengambil nasi untuk mas Alan serta lauk pauknya.Selesai dengan Mas Alan, aku mengambil nasi untukku. Giliran aku mau menyendok gulai, ibu melarangku."Eh, Tiara kamu jangan makan yang bersantan santan, nanti susah hamil loh. Nih makan ini saja" ibu menyodorkan semangkuk kecil toge yang sudah ditumis.Riset dimana kalau santan buat susah hamil? Ada yang bisa jawab gak?"Toge tuh bagus buat kesuburan kamu loh" ucapnya dengan mulut penuh.Aku pun mengambil toge itu dan mengambil sesendok sambal. "Tak apa lah yang penting kenyang" ucapku menyenangkan diri sendiri.Melihat perlakuan ibu padaku, mas Alan tak hanya diam. Ia menyendokkan beberapa potong ayam serta kuah gulainya."Sekali kali gak papa bu" jawabnya dengan mulut penuh.Sementara ibu mertua menatapku tajam. Aku mengabaikan tatapan ibu dan makan dengan lahap. Sepertinya, Mas Alan memperhatikanku. Seketika ia tersenyum tipis."Pelan pelan makannya dek, kaya yang gak makan seminggu kamu" uca
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKANBab 4 Karena mas Alan tak kunjung bersuara, aku memutuskan untuk pergi ke kamar mandi berhubung adzan Maghrib sudah berkumandang.Dan saat melewati kamar tidur ibu, aku sedikit mendengar pembicaraan ibu. Mungkin ia sedang menelepon anaknya."Iya Sri dia kerjaannya cuman makan sama tidur aja. Mana pernah ia pegang pekerjaan rumah" hanya itu saja yang aku dengar. Sri itu adik bungsu mas Alan.Aku mencoba berhusnudzon, mungkin ibu tidak sedang membicarakanku. Aku pun mengabaikan perasaan yang mengambang ini. Aku memutuskan untuk melanjutkan mengambil wudhu. Saat melewati dapur, meja makan masih penuh dengan hidangan makanan tadi sore."Ibu lupa menyimpannya atau karena mas Alan ada di rumah ya?" Batinku bertanya tanya. Sibuk dengan pikiranku, ternyata mas Alan mengikutiku, bahkan ia sudah berwudhu."Kenapa masih disitu? Cepet wudhu, kita solat berjamaah" ucapnya. Tanpa menjawab perkataan mas Alan, aku pun bergegas masuk kamar mandi dan mengambil wudhu lalu
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKANBab 5"Yaaa, siapa tau kamu mau nambah istri atau ganti istri gitu" Deg, ucapan ibu membuatku mematung. Sebenarnya apa yang diinginkan ibu mertuaku itu? Tak habis pikir ku dibuatnya. Aku yang kesal hanya bisa melampiaskan kekesalanku pada adonan cilok yang tak bersalah ini."Huss ibu ngomongnya tolong di jaga. Istri Alan ada di sini loh bu tolong jaga perasaannya" ucap mas Alan.Ibu menatapku tak suka dan mendelikkan matanya lalu ia pergi meninggalkan kami masuk ke kamarnya lagi."Dek, jangan dimasukin hati ya omongan ibu" ucap mas Alan yang sudah berada di belakangku lalu memegang kedua bahuku."Tenang saja mas, hatiku terbuat dari baja" ucapku tersenyum tipis."Yaudah ayo kita makan ini, tolong ambilkan mangkuk nya mas udah mateng nih" mas Alan pun mengambilkan satu mangkuk sedang."Nih dek" ia pun menyodorkan mangkuk tersebut."Kok cuman satu sih mas, ara juga kan mau" ucapki sembari cemberut."Semangkuk berdua aja, lagian itu sunah loh dek kita dapet
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKANBab 6Pov AlanAku terbangun tepat pukul 03.00 karena suara alarm yang berasal dari ponsel Tiara. Rupanya dia benar akan berpuasa, melihat alarm yang disetelnya dan rice cooker yang menyala.Tadinya aku mau membangunkan Tiara, tapi aku teringat perkataan Tiara kalau ibu selalu membatasinya makan. Berhubung aku besok libur kerja dan tidak diketahui oleh ibu maupun Tiara, aku akan merencanakan sesuatu untuk melihat secara langsung dengan mata kepala sendiri apa yang dikatakan Tiara itu benar atau hanya omong kosong belaka.Aku pun memutuskan untuk tidak membangunkan Tiara dan beranjak ke kamar mandi untuk mandi, mengambil wudhu dan melaksanakan solat malam.Ku kerjakan ibadah yang satu ini dengan sangat khusyuk. Selesai solat tak lupa aku berdoa agar istri dan ibuku selalu rukun. Dan aku pun berdoa supaya kebenaran segera terlihat olehku agar aku bisa menegur salah seorang yang bersalah.Semoga aku pun bisa menjadi suami dan anak yang bisa menjaga keutuhan
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 7"Mas, kurang apa aku dibandingkan istrimu yang kampungan itu" ucapnya dengan nada menggoda. Aku berusaha menepiskan tangannya tetapi nihil, ia pun berusaha untuk terus menggandeng lenganku. Seketika kami terkesiap mendengar teriakan seseorang."Alaaaaaannnnnn" ibu berteriak tat kala melihat anaknya yang sedang digandeng oleh wanita lain selain istrinya. Indri pun refleks melepaskan tangannya dari lenganku.Saat tiba di depan kami, wajah ibu yang semula merah padam karena emosi, langsung tersenyum seketika melihat Indri yang berada disebelahku.Aku sampai lupa, setiap pagi ibu memang suka belanja bahan masakan di warung bu Wita ini."Eh Indri, kirain ibu tadi yang sama Alan siapa. Ternyata kamu toh. Kapan pulang nya nduk?" Tanya ibu langsung duduk disebelah Indri."Kemarin lusa bu hehe" ucap Indri sambil membenarkan rok pendeknya yang tersingkap."Eh aku ada oleh oleh buat ibu, kita ke rumah Indri yuk bu" ajak Indri. Ibu terlihat
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 8Sepeninggal nya ibu, Tiara tak henti menyorotiku dengan tatapan tajamnya. Tak banyak bicara, ia masuk ke rumah meninggalkanku seorang diri dengan perasaan bersalah.Aku pun mengikuti Tiara, masuk ke dalam kamar. Disana, Tiara sedang duduk diujung ranjang sambil memainkan ujung jilbabnya. Mukanya memerah, air matanya menganak sungai yang siap ditumpahkan kapan saja.Aku tahu, Tiara pasti sangat kecewa denganku. Tapi, Tiara adalah tipe istri yang tidak pernah membangkang pada suami. Kalau sedang marah, paling paling dia hanya mendiamkanku.Tapi aku tak ambil pusing, sebab walaupun ia sedang marah tapi dia tetap mengerjakan tugas istri dengan baik. Ya cuman gak banyak ngomong seperti biasanya aja."Ara" aku memanggilnya. Sedangkan yang dipanggil tak menyahut sedikitpun."Jangan dengarkan ucapan ibu, iya memang tadi mas pergi ke rumah Indri sama ibu. Tapi soal ucapan ibu yang mas berduaan sama Indri itu tidak benar" "Sebenarnya, mas
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 9"Hahaha, iya aku ingat" sayup sayup ku dengar mas Alan sedang tertawa didalam kamar. Pikiranku semakin negatif saja."Apa mas Alan dan Indri ada di dalam?" Gumamku.BrakAku membuka pintu dengan keras sehingga mas Alan terperanjat."Dimana? Dimana wanita itu mas?" Ucapku berteriak."Siapa? Indri? Dia pulang dulu katanya" jawab mas Alan santai."Kamu gak umpetin dia di dalam kamar ini kan mas?" Selidikku."Ngomong apa sih dek. Mas gak mungkin lah masukkin cewe lain ke dalam kamar mas" ucap mas Alan sedikit emosi.Tiba tiba ibu datang ke kamar kami."Ada apa sih teriak teriak" ucap ibu marah marah."Gak ada apa apa bu" elak mas Alan.Tanpa berkata apapun lagi ibu pergi dari kamar kami."Terus tadi kamu ngomong sama siapa?" Tanyaku penasaran."Ini aku lagi telponan sama teman SMA aku dulu, itu pun temen cowok. Kamu kenapa sih yang kok jadi cemburuan gitu?" Tanya nya sambil menjawil dagu ku."Tadi ibu bilang kamu bakal nikahin Indri,
JANIN YANG KAU SURUH GUGURKAN, KINI JADI ANAK SUKSES 10Aku seperti pernah melihatnya.Siapa ya? Aku mencoba mengingat ingat.Oh iya, mereka adalah......."Tante Bella, Om Gio?" Sapaku. Mereka mengerutkan kening, Mungkin mereka tak mengingatku karena waktu itu aku masih kecil."Aku Tiara om, tante, anaknya almarhum bapak Hendra" jelasku."Ohh ya ampun Tiara, kamu udah besar nak" ia memelukku begitu aku memberitahunya bahwa aku anak pak Hendra, orang yang telah menolongnya ketika ia sedang gulung tikar. Dulu usahanya bangkrut, dan bapak meminjamkan modal yang lumayan cukup besar sehingga mereka bisa mendirikan lagi usaha."Eh tunggu, kamu bilang almarhum? Pak Hendra sudah meninggal?" Tanya nya seraya melepas pelukannya.Aku hanya mengangguk lemas "Iya tante, tak lama setelah aku menikah, bapak menghembuskan nafas terakhirnya" ucapku. Sedih rasanya kalo mengingat kini aku sudah tak punya orang tua."Innalilahi. Kamu pun sudah menikah pula? Yah telat berarti tante" Aku mengerutkan kenin