Anna mengambil pisau dari atas meja dapur, lalu ia genggam dengan erat. Jantungnya berdebar kencang, saat didengarnya suara langkah kaki dari arah luar rumah. ‘Ya, Tuhan! Siapa yang berada di luar dan tadi ia sudah masuk ke rumah ini? Diriku memang ceroboh, karena lupa mengunci pintu. Bagaimana, kalau itu adalah Derek dan ia mencoba untuk mencelakai diriku lagi?’ batin Anna.Tangan Anna terulur hendak menutup pintu dapur, ketika dilihatnya sebuah bayangan panjang. Lutut Anna terasa lemas, tetapi ia tetap memaksakan kakinya untuk tetap berdiri. Dengan tangan yang bergetar ia tetap memegang pisau berharap dapat dijadikan sebagai senjata untuk membela dirinya.“Anna! Apa yang kau lakukan berdiri di situ dengan pisau yang ada di tanganmu? Kau tidak mencoba untuk bunuh diri, bukan?” Tanya Ray dengan santainya.Mata Anna melotot tidak percaya, begitu melihat siapa yang berdiri di depannya. Pisau yang ia pegang jatuh ke lantai sampai menimbulkan bunyi yang nyaring.Begitu tersadar dari rasa
Ray menjadi gusar mendengar apa yang dikatakan oleh Anna. Wajahya menjadi merah, dengan tatapan yang menyorot marah. “Kenapa menjadi pengecut, Anna? Kenapa kau suka sekali melarikan diri dari masalah?”Anna memaksakan diri untuk tetap menatap mata Ray, walaupun dalam hati ia merasa ciut melihat tatapan Ray. Kedua tangannya berkeringat dingin, tetapi ia harus menguatkan dirinya. “Saya buk annya ingin melarikan diri dari pesta itu. Hanya saja saya tidak yakin akan bisa menjadi seorang wanita yang anggun.”“Kamu terlalu memikirkan apa yang belum terjadi! Berhentilah untuk berpikir, seperti itu,” tegas Ray.Anna memejamkan mata, ia tampak berusaha untuk menenangkan dirinya, agar tidak berteriak kepada Ray, karena suaminya itu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Satu hal yang berbeda dengan dirinya.Ia menjauhkan dirinya dari Ray berdiri di depan cermin besar. Dilihatnya pantulan dirinya, dengan mata yang sembab, karena terlalu banyak menangis. Dilepasnya ikat rambut, sehingga rambutn
Anna memejamkan mata, sebelum ia memutuskan untuk mengikuti perintah nakal dari suaminya. “Kamu membuatku bersikap liar, Ray!”Ray memasangkan bathrobe ke badan Anna, lalu memegang pundak Istrinya dengan lembut. “Ini belum liar, seperti apa yang kuinginkan!”Anna berjalan mendahului Ray keluar kamar mandi, sambil berkata, “Saya tidak akan mau memenuhi fantasimu untuk bersikap liar!”Dalam tiga langkah panjang Ray sudah berhasil mensejajari langkah Anna. Ia mengatakan kepada Istrinya itu, kalau dirinya tidak akan memaksa, tetapi Anna sendirilah yang akan melakukannya.Anna memutar bola mata, ia tahu pasti suaminya akan menggunakan pesona maskulinnya. Yang dengan mudah akan membuat Anna bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya itu.Keduanya, kemudian berganti pakaian bersih. Setelahnya, Anna dan Ray berjalan keluar kamar menuju ruang makan.“Ray! Saya merasa, kalau ada yang mengintip kita.” Anna berhenti berjalan, ia melihat ke arah jendela kaca. Ia tadi merasa melihat ad
Anna yang sedari tadi terus-menerus untuk masuk kamar tidak dapat lagi menahan emosinya. “Mengapa tidak kamu dan pria itu, kalian semua memerintahkan kepadaku untuk masuk kamar? Apa kalian pikir saya akan aman di sana? Bagaimana, kalau pria itu menyusup masuk kamar, sementara kalian berdua tidak ada?”Ray menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Ia ingin bersikap tegas kepada Istrinya itu, tetapi ia juga harus jujur, kalau Anna pastinya merasa tidak yakin dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Turunlah kamu ke bawah! Dan lakukan apa yang tadi saya perintahkan,” tegas Ray kepada sopirnya.Sopir itu menganggukkan kepala, sambil memberikan sikap hormat kepada Ray. Ia berjalan meninggalkan Ray dan Istrinya yang tetap berada di tempat mereka berdiri.Ray merangkul pundak Anna, lalu membimbingnya untuk masuk kamar mereka. “Sekarang kita nikmati saja sarapan ini selagi masih panas.” ajak Ray ketika dilihatnya, kalau di atas meja sudah tersaji makanan dan minuman.Mau tidak mau An
Ray yang berada di ujung sambungan telepon berseru memanggil nama Istrinya. ‘Anna! Apa yang terjadi? Siapa yang masuk kamarmu? Apa yang dilakukan orang itu?’ Tanya Ray tidak sabar.Sayangnya hanya suara dengung yang berasal dari ponsel Anna saja. Sementara Anna sendiri tidak memberikan jawaban kepada Ray.Makanan yang sudah ada di atas meja Ray terlupakan. Ia langsung menghubungi orang kepercayaannya.‘Halo, apakah kamu sudah sampai di salon tempat Istri saya berada?’ Tanya Ray, begitu sambungan telepon terhubung.‘Saya sedang dalam perjalanan, Tuan! Saya berusaha secepat mungkin untuk sampai di tempat Istri Anda berada,’ sahut orang kepercayaan Ray.‘Cepatlah!’ perintah Ray.Ray menutup sambungan telepon, ia berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan terburu-buru. Sorot mata dan wajahnya yang penuh dengan amarah membuat staf hotel urung menyapanya. Mereka menghindari untuk berbicara dengan bos nya itu, daripada kena marah.Sesampainya di luar sopir Ray sudah siap membukakan pintu. Ia
“Ah!”Suara lenguhan terlontar dari bibir merah Anna, ketika ia merasakan benda kenyal dan basah menghisap lehernya.Tangan Anna terulur ke arah kepala pria itu, tetapi kesadarannya yang hampir hilang di tengah kabut mabuk membuat gerakan tangannya, justru seperti mengelus kepala pria asing itu.“Mmh!”Anna tidak menyadari, kalau dirinya sudah dibaringkan dengan lembut di atas tempat tidur, oleh pria asing yang tadi bersama dengannya di dalam lift.Ia tidak dapat mengingat dengan jelas, bagaimana dirinya sampai bisa berada di kamar yang sama dengan pria itu.Anna merasakan bunyi gemerisik dari pakaian yang dilepaskan, kemudian dilempar secara sembarangan.“Ah, Tuan! Tolong hentikan!”Pria yang sudah sudah berada di atas tubuh Anna tampak diam sebentar, ia mengangkat wajahnya, sehingga netranya dan netra Anna bertemu.Deg!Anna tertegun netra itu tampak berkabut dipenuhi dengan hasrat yang begitu besar, sehingga membuatnya menjadi terkejut mengetahui dirinyalah yang membuat pria itu me
“Saya bukan pelacur!” Teriak Anna dengan hati yang terluka.Ia bergegas bangkit dari atas ranjang dibelitkannya selimut ke dadanya, kemudian ia berjalan mendekat ke arah pria asing yang sempat membuainya dalam kenikmatan,Satu tangan Anna yang mungil menunjuk dada pria itu. Ia berkata dengan suaranya yang serak. “Sudah saya katakan, kalau saya tidak menginginkan uang dari anda! Saya hanya ingin tahu apakah anda menggunakan pengaman!”Ray diam mengamati Anna dengan tatapan matanya yang dingin dan tajam. Pertanyaan dari wanita asing yang berdiri di hadapannya ini membuat ia menjadi sadar, kalau tadi malam untuk pertama kalinya ia tidak menggunakan pengaman pada saat tidur dengan wanita asing.Setelah diam selama beberapa saat Ray berkata dengan dingin, “Kalau ada konsekuensi dari yang kita lakukan, kau bisa menggugurkannya!”Anna membelalakkan matanya suara kesiap terlontar dari bibirnya. Pria yang berdiri di depannya ini tidak punya hati, kasar dan dingin.Ia menjadi kecewa dan marah k
"Aku yang seharusnya bertanya, siapa kau? Dan apa yang kau lakukan di rumahku?" Tanya Ryan, sambil melayangkan tatapan tajam.Ray memicingkan mata mengamati wanita yang berdiri di hadapannya dengan kepala tertunduk. Ray melipat tangan di depan dada dengan kaki yang terbuka lebar. Ia menunggu wanita itu menjawab pertayaannya.Anna menjadi gugup dan takut mendengar nada suara Ray. Hatinya juga merasa sakit, karena ia dapat mengenali netra hitam yang menatapnya dengan tajam ini adalah pria yang pernah tidur dengannya beberapa bulan yang lalu.“Menyingkirlah dari hadapanku!” Bentak Ray membuyarkan Anna dari lamunannya.Secara otomatis Anna minggir membiarkan pria yang masih asing baginya, sekalipun mereka pernah tidur bersama. Dan pria itu, sepertinya sama sekali tidak mengingatnya.Ibu Anna yang sedang berada di dapur dapat mengenali suara tuannya. Ia pun berjalan dengan tergopoh-gopoh menuju suara-suara yang didengarnya.“Tuan, Ray! Anda sudah pulang, maaf saya tidak menyadari kedatanga