Video itu diambil dalam sebuah hotel di Negara Fikarlanda. Itulah malam saat Wano dijebak.Meskipun dia mabuk berat dan tidak sadarkan diri selama berada di atas tempat tidur, dia selalu berhasil menghindar setiap kali Haileen mencoba mendekatinya.Sepanjang waktu itu, mereka bahkan tak pernah bersentuhan secara fisik sama sekali.Semua kejadian itu sebenarnya hanyalah drama yang sengaja Haileen atur dan perankan sendiri.Jadi, apa yang Maggie katakan itu benar. Kasus Wano ini memang bertujuan untuk membantu Yuna keluar dari masa sulitnya.Namun, Wano sendiri juga kehilangan beberapa ratus miliar dalam prosesnya.Wano yang selalu hidup dalam kemewahan, tiba-tiba saja harus dipenjara selama sepuluh hari di tempat yang gelap dan lembap. Dia bahkan harus patuh pada peraturan dari sosok pemimpin dalam selnya.Dia rela merendahkan diri hanya untuk membantu Yuna kembali ke puncak.Yuna pun mengakui, tanpa kasus Wano ini, dia perlu setidaknya setengah tahun untuk kembali ke masa jayanya yang
Saat itu, kepala pelayan masuk dan memberikan laporan."Nyonya, orang-orang dari Keluarga Sudrajat sudah tiba. Nyonya Leni sendiri datang bersama Nona Qirana."Tersirat sebuah kekesalan dalam mata Marisa.Sejak mengetahui bahwa Qirana telah merencanakan penipuan terhadap mereka, dia sama sekali tak ingin bersimpati pada wanita itu.Sebenarnya, Marisa tak ingin membiarkannya datang. Tak disangka, ternyata Qirana justru membawa neneknya, Leni, untuk datang.Keluarga Sudrajat dan Keluarga Lasegaf telah bersahabat selama beberapa generasi.Leni sendiri telah hadir, jelas Marisa harus memperbolehkan orang-orang tersebut masuk.Marisa pun segera bangkit dari duduknya, "Aku akan menyambut mereka."Saat keluar, dia melihat Qirana yang mengenakan gaun pesta biru muda tengah menuntun Leni masuk.Wajah mungil yang tampak polos itu bahkan tersenyum manis."Nenek Marisa, aku dan nenek ingin mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Semoga Nenek selalu bahagia, sejahtera, dan panjang umur."Marisa pun
Yuna langsung menyadari arti dari gelang tersebut, dia pun mendongak dan melihat ke arah Wano, dengan tatapan penuh tanya.Wano tersenyum sambil mengelus kepala Yuna, "Sayang, nenek memberikanmu ini untuk dipakai. Kenapa malah melihat ke arahku? Di masa depan, rumah ini akan menjadi tanggung jawabmu, bukan tanggung jawabku."Satu kalimat itu jelas telah menegaskan hubungan mereka.Kalimat itu juga menjelaskan posisi Yuna ke depannya nanti.Semua orang yang ada di sana adalah para bangsawan dari keluarga kaya. Mereka segera mengangkat gelas sebagai ucapan selamat.Mereka ingin memanfaatkan suasana hati Wano yang baik untuk memperoleh keuntungan.Yuna akhirnya tersenyum manis sambil berkata, "Terima kasih, Nek."Marisa kemudian tersenyum lebar dan menatap seluruh tamu di dalam rumahnya."Aku sudah memberinya hadiah sebagai tanda pertemuan. Bagaimana dengan kalian? Jangan sampai ada yang berani memperlakukan Yuna dengan buruk."Begitu Marisa selesai mengatakannya, Yogi yang biasanya seriu
"Tanpa melakukan apa pun, Yuna sudah jauh lebih baik darimu, jadi apa lagi yang masih perlu dibandingkan?"Satu kalimat itu benar-benar mempermalukan Qirana.Dia menatap Wano dengan sedih, "Kak Wano, aku nggak bermaksud mempermalukan Yuna. Wajar saja kalau dia nggak berbakat dalam seni, memang nggak semua orang dilahirkan dengan bakat itu, jadi kamu nggak perlu melindunginya sampai seperti itu."Kata-kata Qirana seolah menyiratkan bahwa Yuna memang tak memiliki bakat apa pun.Tak peduli Yuna bisa tampil atau tidak, tetap saja akan mempermalukan dirinya.Begitu Wano hendak bicara, tangan putih dan halus Yuna mendadak menghalanginya.Yuna tersenyum sambil menatapnya dengan lembut, "Sebagai seorang pengacara terhormat, apa aku masih perlu membiarkan Pak Wano mewakiliku untuk bicara? Tenang saja, aku nggak akan mempermalukanmu."Setelah mengatakannya, dia beralih menatap Qirana.Apa yang ingin kamu bandingkan denganku?Qirana berpura-pura malu, "Aku hanya asal bicara tadi, jangan terlalu d
Yuna mengetahui bahwa dia adalah nenek Qirana. Dia seharusnya tak memiliki kesan baik untuk wanita tua itu.Namun, melihatnya menangis, entah mengapa Yuna merasa ikut sedih.Dia mendekati Leni dan menyentuh tangannya dengan lembut, "Nenek Leni, aku Yuna."Mendengar perkataannya, Leni pun menghapus air matanya dengan sedikit rasa kecewa.Dia memegang tangan Yuna dengan suara tercekat, "Bagaimana mungkin bukan Maya-ku? Cara Maya memainkan lagu ini persis sepertimu. Kalian ...."Sebelum Leni menyelesaikan ucapannya, Qirana sudah lebih dulu menyela.Dia kemudian memeluk bahu Leni dengan raut sedih, "Apa Nenek merindukan ibu? Aku juga sangat merindukannya. Aku akan mengantarmu untuk melihatnya besok, oke?"Melihat Qirana yang berkaca-kaca, Leni akhirnya tidak melanjutkan apa yang ingin dia sampaikan.Entah mengapa, dia melihat sosok putrinya pada Yuna.Semua ekspresi dan gerakan Yuna, benar-benar mirip dengan Maya.Mungkinkah mereka benar-benar memiliki hubungan?Yudi yang kebetulan masuk l
"Nenek Marisa, aku khawatir kamu akan kecewa karena Yuna nggak bisa mengabulkan permintaanmu."Mendengar ucapan itu, Leni segera menarik lengan Qirana dan menegurnya, "Qirana, jangan bicara sembarangan. Hari ini ulang tahun Nyonya Marisa, jangan ngomong sembarangan!"Qirana memandang neneknya dengan sedih, "Nek, aku memang benar, 'kan? Demi Keluarga Lasegaf, dulu Nenek Marisa menentang hubunganku dengan Wano karena aku nggak bisa memiliki anak. Tapi Yuna juga nggak bisa memiliki anak. Apa mungkin Nenek Marisa nggak tahu, ya?"Kata-kata itu membuat senyum Marisa membeku seketika.Marisa menatap Qirana dengan tajam, "Qirana, karena hubunganku dengan nenekmu, aku memutuskan untuk nggak mencari tahu masa lalumu. Tapi aku nggak akan membiarkanmu mencemarkan nama baik Yuna. Hanya karena Wano nggak akan bersamamu, bukan berarti kamu bisa menjelek-jelekkan Yuna."Qirana menatap Yuna dengan wajah sedih ketika mendapat tuduhan dari Marisa."Yuna, Kak Wano sangat mencintaimu. Nenek Marisa juga be
Ketika mendengar perkataan itu, mata hitam dan jernih Yudi tampak berbinar, "Di mana dia?""Masih belum ada informasi lebih lanjut sekarang, hanya ada satu foto seorang gadis kecil, yang diambil seorang wartawan saat gadis itu sedang tampil menari.""Kirimkan fotonya, biar kulihat."Yudi mengatakannya dengan tak sabar.Sebuah pesan masuk ke dalam Whatsapp-nya. Saat melihatnya, matanya seketika terasa panas.Tanda lahir ini sangat mirip dengan yang ada di tubuh ibunya.Tanpa miring sedikit pun, tanda itu terletak dengan sempurna di atas tulang belikat gadis cantik itu.Foto itu hanya menunjukkan bagian punggung sehingga wajah gadis itu tak dapat dilihat.Namun, dari arah belakang, terlihat jelas bahwa gadis itu memiliki proporsi tubuh yang bagus. Pinggangnya terlihat ramping, dengan kaki yang jenjang. Tetesan keringat tampak bergulir di leher jenjangnya yang indah.Bibir Yudi mengulas senyuman puas.Jika memang gadis itu adalah adik perempuannya, dilihat dari penampilannya, tampaknya di
"Aku tahu kalau perkara nggak bisa hamil ini sangat penting bagimu. Tapi melihat semua yang sudah kamu lakukan untukku, itu membuatku nggak bisa menahan diri untuk ingin bersamamu.""Awalnya, aku ingin memberitahumu setelah keluar dari rumah sakit. Kalau kamu memang nggak bisa menerimanya, aku rela kita berpisah.""Wano, bagaimana kalau kita mencobanya sementara waktu? Kalau aku memang nggak bisa hamil, aku akan pergi sendiri tanpa merepotkanmu."Ketika mengucapkan hal ini, Yuna merasa hatinya berdarah-darah.Suara Yuna terdengar bergetar hebat.Tenggorokan Wano terasa pedih ketika mendengarnya.Wano kemudian memeluknya dengan erat seraya menitikkan air mata.Sebesar apa sebenarnya cinta gadis bodoh ini padanya? Bagaimana bisa dia masih memikirkan kepentingan Wano setelah mengalami cedera pada tubuhnya.Selama ini, dia tidak pernah mengeluh bahwa luka-luka itu sebenarnya disebabkan oleh Wano.Hati Wano terasa sakit, seolah-olah diremas dengan kepedihan yang mendalam.Sembari mencium pi