Tepat lewat tengah malam, suasana di ardglass, kastil paling terkenal di Helion tampak tak biasa. Seorang putra mahkota bernama Harvey Luther mandapati hal yang aneh pada dirinya. Tubuhnya terasa seperti terbakar, meskipun dirinya sudah melepaskan jubah kebangsawanannya, dia justru merasa semakin kepanasan.
Tak selang berapa lama, Noland South, yang adalah abdi kepercayaan Harvey muncul di kamar pria itu. Memberitahunya sebuah fakta, kalau para saudara tirinya telah bersengkongkol dan memberinya sebuah ‘obat’. Itu terjadi pada saat pesta perayaan ulang tahun raja Helion yang sedang berlangsung. Harvey tidak dapat menyelesaikan pestanya, dan segera pergi dari sana.
“Sialan! Seharusnya aku bisa menduganya. Aku terlalu bodoh karena sempat mempercayai mereka” umpat pangeran Harvey, membiarkan tubuh atasnya terbuka di bawah sinar bulan yang menembus melewati jendela kamarnya.
“Kudengar, mereka memberikan dosis yang sangat tinggi. Mungkin kau tidak akan bisa bertahan hingga besok pagi” Noland melanjutkan.
“Apa tidak ada cara lain untuk menghilangkan panas ini?” Harvey bertanya dengan gusar, sekarang ini hasratnya benar-benar meronta ingin dipuaskan.
“Satu-satunya cara, kau harus melampiaskannya dengan—“
“Tidak! Seumur hidupku, aku tidak pernah tidur dengan gadis manapun, dan tidak akan pernah! Kau tahu sendiri aku adalah pria yang dikutuk, mana bisa aku membiarkan mereka mengorbankan nyawa untukku” Harvey memotong cepat ucapan Noland.
Matanya memandang pria itu dengan kobaran amarah sementara napasnya masih memburu menahan panas tubuhnya.
“Kalau tidak melakukannya, kau mungkin akan mati sebelum besok pagi. Sekarang pilihanmu hanya dua, satu gadis yang mati, atau kau yang mati?” Noland mengatakannya dengan tenang, dia tidak punya solusi lain lagi untuk masalah tuannya itu.
“Apa mereka mengetahui tentang kutukan itu?” Harvey bertanya lagi, kedua tangannya bertumpu pada meja besar di seberang ranjang, sementara sudut matanya menatap Noland yang berdiri tak jauh darinya.
“Sepertinya tidak, belum” Noland tampak berpikir sejenak sebelum melanjutkan,
“Hanya orang tuamu, kau, aku dan peramal itu. Sepertinya mereka menginginkan kau tidur dengan pelacur mana saja lalu mati karena terjangkit penyakit kotor, dengan begitu, pelantikanmu sebagai putra mahkota akan dibatalkan dan mereka memiliki kesempatan untuk menggantikanmu” ucapnya penuh empati saat menatap wajah Harvey yang sudah basah dengan keringat.
Hening sejenak, Harvey terlihat masih menimbang-nimbang sebelum mengambil keputusan. Dia bahkan tidak berhenti melakukan gerakan seperti sedang menggigit kuku sambil beberapa kali mondar-mandir di tengah ruangan. Dalam kondisi genting seperti ini pun, dia tetap harus berhati-hati dalam bertindak.
“Bisakah kau mendapatkan seorang gadis perawan untukku?” Noland melotot untuk sesaat, dan setelah menemukan ketenangannya kembali, dia mengangguk.
“Beritahu juga padanya, aku akan bertanggung jawab pada keluarganya dan memastikan mereka hidup dengan layak, asalkan—“ Harvey tidak melanjutkan kalimatnya, namun matanya menatap penuh arti pada Noland, yang langsung mengerti maksud dari sang pangeran.
“Aku akan segera menemukannya. Tapi—“ Noland menahan kalimatnya di tenggorkan, sambil memikirkan kalimat yang tepat untuk dikatakan.
“Apalagi?” tanya Harvey semakin gusar, tubuhnya menjadi berkali lipat lebih ‘panas’ sekarang, dan dia sudah nyaris mati untuk menahannya.
“Kau tidak bisa melakukannya di sini, akan sangat berbahaya kalau ada yang melihat. Sebaiknya kita pergi ke pondok di tengah hutan sebelah Selatan. Itu adalah wilayahku, jadi kupastikan aman jika dilakukan di sana” Noland memberi saran yang langsung disetujui oleh Harvey.
Dia tidak ingin pria itu tertangkap melakukan kesalahan di masa tunggu pelantikannya sebagai putra mahkota.
“Kau benar, kalau begitu aku akan pergi dengan Jasper lebih dulu. Kuharap kau tidak terlalu lama” Harvey memandang Noland terakhir kali, sebelum dirinya memakai jubah malamnya lalu pergi bersama Jasper, kuda akhal teke berwarna hitam setinggi seratus delapan puluh sentimeter.
Sementara itu, Noland bergegas pergi mencari seseorang yang mungkin bisa menolongnya. Dirinya kembali ke pesta dan mendapati bibi Lucy, pengasuh Harvey, yang tengah sibuk mengawasi hidangan untuk menjamu para tamu kerajaan. Tanpa pikir panjang, dia membawa wanita baya itu ke luar dari aula, menuju halaman yang tidak begitu ramai.
“Ada apa, Noland?” bibi Lucy bertanya sembari mengatur napasnya karena baru saja berjalan mengikuti langkah kaki pria itu yang lebar.
“Aku butuh bantuanmu. Maksudku, pangeran Harvey” Noland menjawab dengan tenang, matanya penuh permohonan dan kedua tangannya menggenggam tangan keriput bibi Lucy.
“Apa terjadi sesuatu pada pangeran?” Noland mengangguk, lalu dia mulai menjelaskan secara singkat keadaan Harvey yang sekarang sedang dalam perjalanan menuju pondok di tengah hutan.
“Pangeran Harvey berjanji akan menjamin hidupmu kalau kau menyerahkan Naomi padanya” sekarang, bibi Lucy melepaskan tangannya dari Noland, wajahnya berpaling dan tampak berpikir, kedua telapak tangannya pun saling meremas karena kebingungan.
Meskipun Naomi adalah keponakannya, namun dia sudah menganggapnya seperti anak kandungnya sendiri. Bibi Lucy tentu saja tidak akan membiarkan keponakannya begitu saja, walaupun itu adalah pangeran Harvey. Otaknya masih mampu berpikir dengan logis, sekalipun nantinya pangeran Harvey akan bertanggung jawab, Naomi hanya akan berakhir sebagai selir.
Karena pernikahan putra mahkota akan selalu diatur oleh kerajaan, dan mereka tidak akan membiarkan seorang gadis biasa menjadi calon ratu Helion. Oleh karenanya, bibi Lucy terlihat sangat berat sebelum mengiyakan permintaan Noland.
“Baiklah, aku akan mencari Naomi dan membawanya padamu segera” bibi Lucy berlalu dengan ekspresi yang sulit di artikan.
Noland mengerti, pasti berat bagi seorang pengasuh menyerahkan keponakan tersayanganya pada pria yang diasuhnya sejak kecil. Namun dirinya juga tidak memiliki kuasa untuk menolak.
“Maafkan aku, bi. Setelah ini aku janji akan melakukan apapun untuk menebus semuanya” Noland memandang nanar punggung bibi Lucy yang perlahan menghilang di keramaian.
Noland memutuskan untuk menunggu di lantai dasar kastil ardglass, tempat tinggal Harvey yang terkenal seantero Caligo. Bibi Lucy sudah berjanji akan membawa Naomi ke sana. Jadi dia hanya perlu mempercayainya.
Pada saat pintu utama dibuka, Noland segera berdiri untuk menyambut mereka.
“Kau? Kenapa bukan Naomi?” tanyanya dengan mata melotot sempurna.
“Aku sungguh minta maaf, tapi aku tidak dapat menemukan Naomi dimanapun, justru saat bertemu dengannya, dia—“ bibi Lucy memandang gadis berambut pirang itu penuh arti. “Kau tenang saja, Noland. Aku bisa menjaga rahasia. Lagipula aku sudah tidak memiliki siapapun lagi, jadi kau dan juga pangeran tidak perlu merasa harus bertanggung jawab. Aku akan melakukannya” jawab Ravena Laine, gadis berambut pirang yang muncul dari balik bahu bibi Lucy. “Tidak! Kau tidak bisa, kenapa harus dirimu?” Noland memutar matanya kemana saja, dia tidak ingin Ravena menyadari kegundahan hatinya saat ini. Mereka baru dua kali bertemu, namun kedua pertemuan itu sudah mampu menumbuhkan perasaan suka di hati Noland. Dia menyukai Ravena pada pandangan pertama, saat dirinya menemukan gadis itu berada di padang pasir di ujung Selatan Caligo. Sekarang, dia malah mendapati gadis itu menyerahkan diri dengan sukarela! “Karena aku masih perawan. Bukankah pangeran mencari seorang perawan untuk ‘menyembuhkan’nya?” ka
Noland yang masih menunggu di depan pondok, merasa kesulitan untuk tidak menghiraukan suara erangan dan juga desahan Ravena yang sangat keras itu. Dia bahkan bisa mendengar suara ranjang yang berdecit akibat percintaan panas sang pangeran dengan Ravena yang terjadi semalaman penuh! Noland bersumpah, dia baru berhenti mendengar suara keduanya saat matahari mulai terbit!Siang harinya, Harvey melihat sekali lagi punggung telanjang Ravena yang berbaring membelakanginya. Saking lembutnya deru napas gadis itu, Harvey sampai tidak menyadari kalau dia masih hidup. Ada penyesalan yang terpancar dari sepasang mata birunya. Dan ketika dia hendak melihat wajah gadis yang telah ‘menyelamatkannya’, Noland sudah lebih dulu mengetuk pintu.“Sebaiknya kau pergi sekarang, akan berbahaya kalau mereka tidak menemukanmu dimanapun” ucap Noland segera.“Baiklah, aku serahkan urusan di sini padamu” Harvey menatap lagi punggung Ravena dengan ekor matanya untuk terakhir kali, berniat menyimpan memori tentang
Tiga hari sebelumnya…Ravena Laine yang merupakan putri sulung raja Emmett Laine dan ratu Leonor Harper. Terlahir sebagai pewaris sekaligus penerus tahta kerajaan Feyre, sebuah kerajaan di belahan Barat negara Eldham. Namun, setelah kematian sang ratu di usia Ravena yang ke lima tahun. Raja Emmett menikah lagi dengan seorang bangsawan bernama Frederica Owen, yang kemudian melahirkan adik perempuannya, Edith Laine.Setelah pernikahan kedua ayahnya, kehidupan Ravena berubah seratus delapan puluh derajat. Selain dirinya tidak lagi menjadi satu-satunya tuan putri di istana, ayahnya pun terkesan selalu memihak istri kedua dan adiknya. Kesabaran Ravena selama bertahun-tahun pun sia-sia, hingga dia berakhir di sini sekarang. Di tempat paling Selatan kerajaan Helion, kerajaan terbesar dan terkuat di dunia. Ravena hanya bisa memikirkan tempat itu saat dirinya hendak kabur dari istananya. Dia bertekad untuk mencari jati diri dan asal-usulnya di sana.“Tuan putri, sebaiknya kita istirahat dulu.
“Astaga, kita bahkan baru istirahat sebentar” Naomi mendengus kesal, dan dirinya sudah siap naik ke atas kudanya sebelum Ravena memberi instruksi untuk tetap diam di tempat. Dari jarak beberapa ratus meter, mereka mendengar beberapa langkah tapak kuda yang semakin mendekat. Benar saja, hanya dalam waktu kurang dari lima menit mereka sudah di kepung. Setidaknya ada sepuluh orang dengan masing-masing menunggangi kuda, dan mereka semua memakai baju yang sama. “Katakan siapa kalian? Beraninya masuk ke wilayah Caligo secara diam-diam” Ravena mengamati salah satu penunggang kuda yang berbicara padanya. “Apakah kalian penyusup? Atau gadis penjual diri?” pria lainnya menimpali. “Apa katamu? Dasar tidak tahu sopan santun” Naomi hampir saja meledak kalau saja Ravena tidak segera menghentikannya, dia melirik dan memberi isyarat pada gadis itu untuk berhenti berbicara. “Kami sedang melakukan perjalanan dan sedang beristirahat sebentar” ucap Ravena dengan tenang. Setelah mengamati ke sepuluh
“Naomi, ya Tuhan kau sudah sebesar ini. Apa yang kau lakukan di sini?” tanya seorang wanita berusia sekitar enam puluhan.“Maaf, apa aku mengenalmu?” Naomi bertanya dengan hati-hati, sambil ekor matanya sesekali menatap Ravena di sisinya.“Aku Lucy, bibimu. Aku adik ibumu, kau lupa?” ucapnya lagi.Naomi menunjukkan wajah berpikir sebelum mulutnya mengembang membentuk huruf O yang besar.“Bibi Lucy! Astaga, aku tidak percaya bisa bertemu denganmu di sini” Naomi yang sudah menemukan kembali ingatannya, dengan cepat menghambur dalam pelukan wanita tua itu.“Dia siapa?” bibi Lucy menunjuk Ravena yang tampak canggung dengan sudut matanya“Oh, iya. Kenalkan dia… ““Aku temannya, Ravena” Ravena memotong cepat ucapan Naomi sembari membungkuk hormat.Bibi Lucy mengangguk sebelum membawa kedua gadis itu ke sebuah kedai terdekat.“Aku senang sekali bertemu anggota keluargaku di sini. Terakhir kali kita bertemu itu sudah lama sekali, kan? Aku sampai hampir lupa karena penampilan bibi yang sekaran
Pria itu menunduk sejenak sebagai bentuk sopan santun. Membuat bibi Lucy memandang mereka dengan penuh tanda tanya. 'Apakah mereka sudah saling mengenal?' Pikirnya. “Kau mengenalnya?” bibi Lucy bertanya pada Naomi sementara jarinya menunjuk pria itu. “Kami bertemu beberapa saat yang lalu” jawab Naomi jujur, yang langsung mendapat anggukan persetujuan dari pria jangkung di depannya. “Tuan ini adalah salah satu dari sepuluh tentara yang menunjukkan jalan menuju kota pada kami” Ravena melanjutkan, matanya masih belum lepas memandangi pria itu. Dia sudah berganti seragam. Kali ini pakaiannya terlihat lebih formal, stelan baju dan celana berwarna putih dengan campuran warna hitam di leher hingga dada, dilengkapi aksesoris khas kerajaan Helion berwarna emas di kedua pergelangan tangannya. Dia juga mengenakan topi yang memiliki warna serupa dengan seragamnya, yang dihiasi sekitar tiga hingga empat helai bulu angsa berwarna bi
“Memangnya kau apa kalau bukan manusia? Merpati? Sana, pergilah ke belakang dan temui temanmu” jawab Naomi asal, membuat Ravena tertawa terbahak-bahak.Ravena senang sekali menjahili gadis itu, karena Naomi memiliki sifat yang blak-blakan dan meledak-ledak, membuatnya mudah sekali untuk diprovokasi.Meski begitu, Naomi adalah orang paling setia yang pernah dia temui, bahkan melebihi keluarganya sendiri. Dia juga rela meninggalkan orang tuanya di Feyre demi kabur bersamanya.“Kenapa menatapku seperti itu?” Naomi bergidik ngeri saat tiba-tiba Ravena menatapnya dengan serius.“Terima kasih karena selalu berada di sisiku” Ravena mengatakannya dengan tulus, tangannya meraih tangan Naomi dan menggenggamnya erat.“Kau sudah mengatakannya seratus kali, tuan putri” Naomi memutar bola matanya, merasa jengah dengan ucapan Ravena yang diulang-ulang.‘Kenapa orang lain bisa begitu bai
Selain ayahnya, Noland adalah orang lain yang tahu tentang keadaannya. Sebagai calon penerus raja, dirinya diharuskan untuk menikah dan memiliki keturunan.Tentu saja itu adalah hal yang mustahil baginya, karena dia tidak akan pernah bisa menyentuh gadis manapun di dunia ini!"Menikah? cih!" pria itu tersenyum sinis.Lalu mengangkat gelas anggur merahnya dan bersulang dalam kesunyian dengan pemandangan di luar sebelum meneguk dan menyesapi sensasi rasa merlot favoritnya.“Pangeran Harvey, sebaiknya anda beristirahat, malam sudah semakin larut dan sepertinya besok akan menjadi hari yang panjang” Noland berusaha mengalihkan pembicaraan, tidak ingin sang pangeran semakin berlarut-larut dalam kesedihannya.Sebagai salah satu orang terdekat pangeran Harvey, dia tahu, sudah bertahun-tahun kutukan itu selalu menjadi mimpi buruk bagi sang pangeran. Dalam hati kecilnya, Noland merasa kasihan dengan nasib pria itu.“