Share

LEMBAR KE-3

Ziu mengira itu adalah benda yang dibicarakan oleh Tena sebelum Ziu bergegas pulang tadi. Ziu mencoba menghubungi Tena, tapi tidak bisa. Akhirnya Ziu membuka paper bag tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah buku yang disertai ukiran-ukiran kuno. Tidak tertulis apapun di cover maupun di dalam buku tersebut.

Ziu akhirnya membawa masuk buku itu. Walaupun masih belum jelas asal buku itu, Ziu khawatir benda itu akan hilang jika tidak disimpan. Ziu berniat untuk membawanya ke museum besok.

Ziu meletakkan buku itu di meja kamarnya. Setelah itu dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Setelah berganti pakaian, mengeringkan rambutnya, dan makan malam, Ziu pergi ke kamar. Dia masih penasaran dengan buku kuno tadi.

Ziu mencoba mencari melalu berbagai sumber tapi tidak ada buku yang berupa seperti itu. Ziu bahkan meminta tolong temannya yang menjadi kolektor buku. Hasilnya pun nihil. Seakan-akan buku itu tidak berasal dari tempat yang tidak diketahui.

“Sebenarnya benda apa ini? Sulit sekali menemukan infonya.” Ziu berbicara dengan dirinya sendiri. Dia merasa sangat penasaran.

Ziu tidak menyerah. Dia tetap mencari tahu buku apa yang ada di sampingnya. Namun semua usaha Ziu terhenti dengan cara yang sama. Ziu merasa frustasi. Dia memutuskan untuk berusaha lagi esok hari. Bagaimanapun juga Ziu butuh istirahat.

Ziu mengambil ponselnya. Ada beberapa pesan dari Ayahnya yang masuk ke ponselnya. Ziu hanya membaca sekilas tanpa membukanya. Ziu melirik jam di ponselnya. Kemudian dia menutup ponsel itu dan meletakkannya di meja begitu saja.

Ziu mengambil nafas dalam-dalam. Kemudian dia menghela nafas yang dia ambil tadi dengan panjang.

“Mari berhenti sejenak. Tubuhku dan semua organ penting di dalamnya membutuhkan istirahat. Sebaiknya aku tidur saja.” Ziu berbicara pada tubuhnya sendiri seakan-akan dia sedang mengobrol dengan orang lain.

Ziu pergi ke tempat tidurnya. Dia mengatur posisi benda-benda di atas ranjangnya dengan rapi. Setelah itu dia merebahkan tubuhnya.

“Pilihan yang tepat untuk merebahkan badanku di sini dan beristirahat,” gumam Ziu di dalam hati.

Ziu teringat sesuatu. Dia mengambil sebuah botol kecil dari laci meja tulisnya. Dia mengeluarkan satu butir pil dan meminumnya. Ziu kemudian memakai selimut dan memejamkan matanya. Dia berusaha untuk tidur.

“Semoga kali ini obat tidur tadi bekerja dengan maksimal,” harapnya di dalam hati.

Rasa kantuk mulai menyerang dirinya. Ziu sudah siap memasuki dunia mimpinya lagi. Dia berharap bahwa segala hal baik yang sudah dilakukannya hari ini dapat membuat dia dan keluarganya selalu bahagia. Ziu juga berharap besok semuanya akan lancer, termasuk tentang buku yang ditemukannya tadi.

Ziu sudah sangat mengantuk sekarang. Tampaknya obat tidur yang dia minum sudah mulai bekerja. Perlahan semuanya gelap di dalam pikirannya. Kesadaran Ziu pun mulai hilang. Dia sudah tertidur.

Ziu melihat seorang pria berdiri membelakanginya. Pria tersebut berdiri diam menghadap ke sebuah bangunan. Langit berwarna kemerahan sehingga Ziu menganggap saat itu sudah senja. Oleh karena itu, dia tidak bisa melihat dengan jelas bentuk bangunan di depannya. Namun, suasana yang dirasakan Ziu di tempat itu hanya sunyi dan sepi.

“Permisi, siapa anda? Apa yang anda lakukan disini?” tanya Ziu kepada pria tersebut. Namun, pria tersebut tetap terdiam dan tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya.

“Permisi… apakah anda dapat mendengar saya? Saya ingin bertanya tentang tempat ini.” Ziu bertanya sekali lagi. Dia maju satu langkah dari tempat awalnya.

Tiba-tiba pria itu membalikkan badannya, Ziu yang terkejut mundur satu langkah. Tetapi dia kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke dalam air. Kaki Ziu menendang-nendang di dalam air. Ziu mencoba berteriak meminta pertolongan pria tadi. Namun, pria itu beranjak pergi . Tubuh Ziu mulai tenggelam. Air mulai terminum olehnya. Dadanya terasa sangat sakit.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status