Share

Part 4 Jual Mahal

"Menikah?" ulang Cassandra tidak percaya.

Andrian langsung mengangguk tegas. "Iya, kita menikah minggu depan!" jawabnya lagi.

Cassandra memalingkan pandangan dari lelaki itu. Menikah? Dia terus mengulang kata itu di hatinya. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria sombong itu? Lagi pula, mereka tidak mengenal satu sama lain.

Belum lagi perbedaan status yang sangat jauh membuat Cassandra insecure. Meskipun pernikahan ini hanya pernikahan kontrak, akan tetapi, dia akan berada di sisi Andrian dan berperan sebagai istri laki-laki itu.

Tanpa sadar, Cassandra menggeleng pelan. Hal itu tidak lepas dari perhatian Andrian yang sejak tadi menatapnya.

"Kamu menolaknya?" tebak Andrian. "Hh, kamu tidak bisa menolak begitu saja, Cassandra. Kamu sudah telanjur masuk ke dalam keluarga saya. Maka dari itu, kamu harus mau menuruti apa kata saya. Bukankah itu lebih baik daripada kamu menjadi budak nafsu mafia itu, hm?" lanjutnya terus mengejek.

Cassandra tersenyum kecut. Memang benar, dia sekarang terlepas dari mafia yang akan membelinya itu. Namun, bertemu Andrian ternyata tidak merubah nasibnya menjadi lebih baik. Bahkan, Cassandra mengibaratkan dirinya lepas dari mulut singa masuk ke mulut buaya. Sangat miris!

"Saya, tidak bisa, Tuan. Kita tidak saling mengenal. Kita..."

"Apa kamu pikir saya akan menikahimu sungguh-sungguh?" sahut Andrian mengejek. "Dengar, Cassandra, kita memang menikah di altar, nama kita juga tercatat dalam dokumen negara, tapi itu hanya status supaya Kakek berhenti menyuruhku menikah. Kamu jangan takut meskipun kita menikah, saya tidak tertarik menyentuhmu! Di luar sana, banyak gadis-gadis yang bisa kubayar mahal untuk memuaskanku. Kamu? Kupikir seleramu juga tidak setinggi selera saya!" lanjutnya menyakitkan.

Cassandra mendorong pelan dada Andrian untuk melepaskan diri dari lelaki itu, tetapi Andrian justru memeluknya. Dia menempelkan wajah Cassandra ke dadanya supaya para tamu melihat jika mereka adalah pasangan paling romantis.

Di dada Andrian, Cassandra menangis dalam diam. Dia bisa merasakan detak jantung Andrian bertalu lebih cepat. Cassandra mengusap kedua belah pipinya yang basah.

"Hei, kenapa kamu menangis?" tanya Andrian tidak merasa bersalah sedikit pun. "Jangan menangis di sini. Itu akan memalukan!" ucapnya lagi tak kalah menyakitkan.

"Biarkan saya pergi dari sini, Tuan. Saya memang miskin. Tapi saya tidak pernah mengemis. Anda terlalu banyak bicara yang menyakiti perasaan saya. Katakan pada saya, apa orang kaya seperti Anda hanya akan memuja uang dan seenaknya berbicara dengan orang miskin seperti saya?" balas Cassandra dengan suara serak. Dia mendongak, menantang manik biru lelaki itu. "Saya tidak pernah bermimpi menjadi bagian dari keluarga Anda. Saya lebih baik bekerja sebagai pelayan di sini daripada terus dihina. Baiklah, lepaskan saya dan biarkan saya berbicara jujur pada Tuan Gennaro tentang hubungan kita!"

Cassandra tak tahan lagi. Dia mendorong sedikit kasar dada Andrian sehingga pelukan laki-laki itu terlepas. Cassandra hendak meninggalkan laki-laki angkuh itu, tetapi dengan cepat, Andrian menyambar lengannya.

"Jangan coba-coba mengatakan apa pun pada Kakek. Atau kamu kuserahkan pada mafia itu, Cassandra. Cukup turuti apa kata saya maka hidupmu akan aman dan orang tuamu akan mendapatkan uang yang besar dari saya!" ancam Andrian enteng.

Cassandra termangu. Gadis itu benar-benar tidak punya pilihan lain. Dia menyadari jika memaksa diri pergi, mafia itu tentu akan mengejarnya ke ujung bumi sekalipun.

Namun jika dia berada di sini, Andrian dan Gennaro sudah menjamin keselamatannya meskipun harus dengan imbalan mendengar ucapan menyakitkan setiap hari.

"Saya pikirkan dulu, Tuan." Akhirnya, Cassandra menjawab lirih.

Hal itu justru memancing kekehan mengejek dari Andrian. "Hm, jual mahal juga kamu Cassandra. Bukankah saya sudah katakan kalau pernikahan ini menguntungkanmu dari segi apa pun?" ucapnya.

Cassandra memejamkan mata sejenak, kemudian mengangguk samar. "Anda benar, saya memang jual mahal, mungkin lebih mahal daripada gadis-gadis yang bisa Anda bayar!" jawabnya kemudian meninggalkan pesta yang penuh kemunafikan itu.

Andrian melongo sejenak. Laki-laki tampan itu melirik sekeliling, lalu mengepalkan telapak tangannya dengan erat di sisi tubuh. Selama ini tidak ada ada gadis yang berani membalas ucapannya. Apalagi gadis miskin yang hanya memiliki kelebihan cantik dan tubuh molek seperti Cassandra.

Tatapan Andrian berubah tajam dengan rahang mengeras menahan geram ketika melihat Cassandra kembali memakai apron. Dengan cepat, Andrian mendekat dan menarik tangan Cassandra menuju ke lantai atas, menjauhi meriahnya pesta.

"Lepaskan saya, Tuan! Saya bisa jalan sendiri tanpa Anda seret!" protes Cassandra sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Andrian.

Andrian tidak peduli. Pergelangan tangan kurus itu dicengkeramnya dengan erat seolah ingin mematahkannya. Andrian membawa Cassandra ke kamarnya yang besar, lalu mendorong tubuh gadis itu sehingga terjerembab ke atas tempat tidur.

Cassandra beringsut ketakutan, ketika melihat Andrian melepas jasnya dan melemparkan ke sembarang arah. Setelah itu, Andrian segera naik ke atas tempat tidur berukuran king size itu dan mengungkung tubuh Cassandra.

"Ah, lepaskan saya, Tuan. Jika tidak, saya akan berteriak supaya semua penghuni villa ini tahu ulah Anda!" ancam Cassandra.

Andrian tersenyum miring sekilas. Laki-laki itu melirik ke arah pintu yang sedikit terbuka. "Coba saja kalau berani. Saya akan berbuat nekad, Cassandra. Ini harga yang pantas karena kamu telah berani membantah ucapan saya," geramnya.

Cassandra melirik atas nakas. Dia hendak mengambil vas bunga di sana, tetapi dengan sigap Andrian menangkap tangan gadis itu dan menyatukan di atas kepalanya.

"Tuhan, tolong aku...." Cassandra mulai menangis lirih.

Andrian terkekeh dan mendekatkan wajahnya ke wajah Cassandra. "Tenang, Sayang. Sekarang atau nanti, kita pasti akan melakukannya. Bukankah sebentar lagi kita akan menikah? Apa kamu lupa dengan apa yang kita bicarakan mengenai anak-anak yang lucu, hm?" ucap Andrian kemudian mulai mencium kening Cassandra dan selanjutnya turun ke bibir gadis itu.

Cassandra benar-benar ketakutan ketika Andrian mulai melepaskan kancing gaun bagian atasnya. Dalam hati Andrian menyeringai puas karena setelah ini, Cassandra tidak akan berani macam-macam padanya.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status