Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 11PoV Ibu Sukma."Jangan minta maaf, Nak, kamu tidak salah, yang salah itu, Ibu. Ibu sudah salah memaksamu untuk bersabar dan membuat hatimu semakin sakit, maafkan Ibu," ucapku, dikala menantu yang sudah kuanggap anak terisak menangis sambil meminta maaf.Sebab, sudah tidak tahan untuk berpura-pura tidak mengetahui penghianatan anak kandungku, Teguh."Mas Teguh sudah terlalu jauh menghianati, Suci, Bu. Dia sudah menikah lebih dari satu tahun, jauh dari sebelum Suci mengandung Yusuf, tega sekali Mas Teguh, Suci tidak cacat dan juga tidak mandul seperti yang orang-orang katakan, Suci bisa hamil lagi, hiks! Ke-kenapa sesakit ini, Bu? Sakit sekali hati Suci, Bu," tuturnya, terisak sambil memukul-mukul dada.Sakit, memang sakit, aku pernah merasakan itu. 'Ya, Allah, kenapa harus terjadi dengan menantuku?' batinku ikut menangis.Aku tidak menyangka sama sekali, anak laki-laki yang pernah aku su-sui, aku besarkan dengan kasih sayang. Aku
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 12"Kalau kita keluar dari rumah ini, kita mau pergi ke mana? Aku tidak mau hidup susah, Mas!" ucap Marni dengan perasaan jengkel."Aku masih punya uang tabungan, kita mengontrak rumah yang dulunya pernah kamu tempati," sahut Teguh, hatinya menjadi hampa ketika Suci bersikukuh mau bercerai darinya.Padahal, bukan itu yang Teguh inginkan selama ini, selama ini Teguh selalu berhayal bahwa Suci mau pun Bu Sukma, akan memaafkan kesalahannya dan hidup bahagia dan rukun dengan dua istri dalam satu rumah yang besar bersama ibunya.Namun, pada kenyataannya Teguh terusir dari rumah ibunya bahkan Teguh tidak mendapatkan apa-apa selain kebaikan hati dari Suci yang memberinya sebuah toko pakaian yang ada di dekat pasar.Mau tidak mau Teguh menerimanya dari pada tidak mendapatkan warisan sama sekali. Teguh tidak tahu kalau toko pakaian itu sudah sepi pelanggan.Suci akan membuat Teguh mau pun Marni menderita dengan tidak adanya pemasukan yang se
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 13PoV Marni."Lama banget taksinya! Dari tadi nungguin nggak nongol-nongol, kaki sampai pegel!" omelku sambil celingukan ke kiri dan ke kanan, sudah hampir satu jam berdiri di depan gerbang Ibu mertua, tapi taksi yang di pesan belum juga sampai."Siapa juga yang suruh kamu berdiri? Kamu duduk dan diam, ngomel terus, berisik tahu nggak!?" ucap Mas Teguh sambil memainkan game yang ada di ponselnya. Bikin kesel saja melihatnya.Tin!"Pak Tejo, kunci semua pagarnya, saya mau shopping dengan menantu kesayangan saya, ingat! Jangan menerima tamu kalau saya tidak mengizinkannya masuk!" ujar Ibu mertuaku. Tatapan sinis di lemparnya padaku sambil menutup kaca mobilnya. Jahat sekali Ibu mertuaku itu, ini semua gara-gara Suci, pake nggak mau berbagi suami segala! Apa susahnya tinggal nerima aku yang sudah menjadi adik madunya. Gara-gara dia aku harus kembali hidup susah!"Sudah, ayo, itu taksinya sudah datang," ajak Mas Teguh, aku masih menat
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 14Teguh POV"Aduh, Mas! Kalau seperti ini terus aku mana tahan, aku capek berhemat terus, Mas!" sungut wanita yang tengah berbadan dua itu. Dan tidak akan lama lagi dia akan melahirkan.Aku hanya bisa tersenyum menanggapi ucapannya. Mau gimana lagi? Toko pakaian milikku benar-benar sepi, dalam beberapa bulan hanya hitungan jari saja orang yang berbelanja di tokoku."Pergi ke rumah Ibu kamu gih, minta duit, tidak lama lagi aku mau melahirkan dan duit pegangan sama sekali tidak ada," suruhnya dengan wajah masam."Malulah!" sahutku ketus."Kok malu? Kalo malu mau pake apa untuk membayar biaya melahirkan nanti? Pake daun? Nggak becus banget jadi suami!""Malulah! Kamu pikir aku apaan? Datang-datang minta duit, mau diletakkan di mana wajahku ini!" balasku dengan bersungut. Bisa-bisa Suci akan tertawa melihat penderitaanku sekarang.Belum lagi wajahku yang hampir tidak pernah menggunakan sabun wajah setelah berpisah dengannya. Ketampanan
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 15POV Suci."Cieee, bahagia banget sih jadi janda," ucap Indriani saat aku keluar dari pengadilan agama sambil memperlihatkan akta cerai.Sepupu dari Mas Teguh tertawa sambil menyoroti kamera ponselnya ke arahku."Iya, dong, memang harus bahagia, masa iya? Harus nangis, ha-ha-ha...." Aku tertawa lepas sambil mengusap air mataku.Air mata bahagia yang keluar saat tertawa lepas. Ibu mertuaku yang baik hati itu langsung memelukku dan memberikan kecupan sayang di ubun-ubunku.________Sebelum pulang ke rumah, kami mampir di warung bakso. Ibu mertua mengajak Azka untuk turun dari mobil."Kamu nggak pesan bakso, In?" tanyaku pada Indriani."Nggak, aku lagi diet," jawab Indriani sambil memangku putraku.5 bulan sudah usia putraku, namun ayahnya sama sekali tidak memberikan nafkah untuk putraku, keluarnya dia dari rumah Ibu mertuaku, Mas Teguh seolah lepas tangan mengenai nafkah bagi putranya.Jangankan nafkah, untuk sekedar melihat putran
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 16POV Author."Suci Lafatunnisa, maukah engkau menikah denganku?" ucap Azka dengan degup jantungnya yang sudah berdebar dengan sangat kencang.Pipi wanita pemilik lesung pipi itu pun memerah dan matanya membulat sempurna. Seakan tidak percaya dengan apa yang sudah didengarnya dari mulut Azka.Dalam diam Suci mencubit pinggangnya, berharap itu hanya mimpi.'Awh!' batin Suci, meringis karena terlalu kuat mencubit pinggangnya sendiri."Ada apa Suci? Kenapa meringis seperti itu?" Suci menggeleng cepat, saat Bu Sukma bertanya."Kamu tidak sedang bermimpi, ini nyata, dan aku mau menikahimu," papar Azka sambil mengulas senyum manis ke arah Suci. Bidadari yang selama ini di tunggunya."A-azka." Suci tergagap dan tertunduk langsung, perasaan malu tidak bisa disembunyikan Suci."Sebelum Teguh mengenalmu, aku lebih dulu mengenalmu Suci, hanya saja, aku terlalu takut untuk mengungkapkan perasaan, pada akhirnya, aku kalah bersaing di saat Teguh
Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 17PoV Suci.Klink![ Jauhi Suamiku! Atau kamu akan menerima akibatnya, dasar pelakor!]Aku mengernyitkan dahi, heran saat membaca pesan dari si pengirim pesan, nomornya sama sekali tidak kukenal. Segera kuketik dan mengirimkan balasannya.[ Jangan pura-pura lugu, Suci! Namamu Suci tapi berhati kotor! Jauhi Mas Teguh dan jangan menghubunginya lagi!] Balasan dari si pengirim pesan."Bhahahaha ...." Spotan aku terbahak sambil mengetik balasan untuk pelakor yang menyebutku pelakor."Otaknya kurang se'ons. Sudah pasti ini Marni yang pernah menyamar menjadi pembantu di rumah ini, tapi tahu-tahunya pelakor."[ Punya cermin nggak? Kalau nggak punya, datanglah ke rumahku dan bercerminlah, cermin di rumahku ini cukup besar, pastinya cukup menampakkan dirimu yang sebenarnya! Pelakor teriak pelakor, 'kan lucu! Ha-ha-ha.][ Itu bukan rumahmu! Jangan ngaku-ngaku ya, kamu! Satu lagi, aku bukan pelakor, camkan itu!] balas Marni.[ Ups! Iya, ini bu
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU BAB 1"Jelita!" Suara seseorang memanggil namaku dari arah luar toko perlengkapan pakaian bayi.Aku memicingkan mata, melihat empat orang yang sedang berjalan semakin mendekat ke arahku.'Duh, malas sekali berhadapan dengan mereka,' batinku mengeluh."Tante Dira dan ketiga anak-anaknya, kamu pasti kenal dan belum lupa, 'kan?" ucap ibuku."Kenal lah, Bu. Baru juga lima tahun tidak ke Jakarta, mana mungkin Jelita lupa sama saudara-saudara Ibu, yang suka menghina dan mencaci-maki kita," sahutku.Aku baru pulang setelah lima tahun berada di Kota Pekanbaru. Biasanya, ibuku dan adik-adikku lah yang akan mengunjungiku, tentunya dengan ongkos yang kukirimkan untuk mereka datang."Kapan datang?" tanya Zahra, tanpa menanyakan keadaanku terlebih dulu, setidaknya basa-basi ya kan?Sepupuku itu melihatku dengan tatapan yang sulit untuk ku artikan. Kalau tidak salah, tatapannya masih sama seperti waktu Zahra mengataiku anak madesu. ( Masa depan sur