Mursiyem sebenarnya bukanlah orang jahat, dia tidak pernah menyakiti oranglain. Mursiyem hanya membatasi diri dari orang sekitar, dia memang tidak pandai bergaul sejak dulu, namun para tetangganya menyebut dirinya sombong, angkuh, dan tidak tahu diri. Mereka mencibirnya dengan pikiran mereka masing-masing. Mursiyem bukanlah orang jahat, dia hanya korban. Korban dari keegoisan dan juga ketidak adilan. Korban dari keserakahan, dan juga korban dari perasaan dendam yang tak berkesudahan. Dia adalah korban dari perasaannya sendiri. Kini apa yang dia mau sudah berhasil dia dapatkan, Sumini sudah berhasil menghancurkan kebahagiaan keluarga Menik, adik tiri yang tidak pernah Sumini sadari. Misinya sudah berhasil, Mursiyem sudah berhasil membuat Menik menangis setiap malam seperti yang dia rasakan dulu. Suami yang selama ini dia banggakan, kini dengan perlahan mulai membagi perasaanya dengan Sumini, kini cinta lelaki itu tak lagi utuh. Pernah sekali Mursiyem berfikir untuk mengakiri saja se
Namanya mbah Sumini, rumahnya tepat berada disamping rumahku.Terkadang aku akan sangat marah setiap kali anakku main ke sana, lalu saat ku panggil untuk pulang, mbah Sum akan mencegahnya dengan berkata,“Jangan didengerin ibumu, ibumu itu bisanya marah-marah saja, kalau kamu pulang nanti malah dimarahin. Sudah disini saja, sama nunggu es puter lewat, nanti beli dua ya, satu Nella, satu untuk embah.”Anak kecil mana yang tidak luluh dengan bujukan seperti itu.Kalau sudah seperti itu, anakku selalu menangis jika ku ajak pulang dengan paksa, walau sebenarnya aku memanggilnya untuk pulang bukan tanpa alasan. Mungkin saja waktu itu hari sudah gelap, atau waktunya dia makan, atau mungkin waktunya mandi tapi dia belum mandi.Dan hal itu terus berupang, anakku sangat suka dirumah mbah Sum. Mungkin karena dirumah mbah Sum anakku sepenuhnya mendapat perhatian, sehingga dia nyaman disaat dirumah aku masih melakukan kegiatan rumah yang lain.
Hari ini aku masak spesial, opor ayam kampung pedes, sama soto ayam kampung untuk Nella.Ayam peliharaan bapak memang cukup banyak, itu pun dilepas begitu saja tanpa kawatir diambil orang, mereka mencari makanananya sendiri, sehingga tidak perlu memberi pakan terlalu banyak kalau sore ayam-ayam itu biasanya pulang sendiri, seolah sudah hafal jalan pulangnya.Aku melihat kearah jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Nella kebetulan ikut ibu ke pasar. Aku tidak perlu kawatir mereka sudah makan apa belum, karena kalau kepasar, ibu pasti akan mengajak Nella mampir ke warung langganan kita. Dari dulu sejak aku masih sekecil Nella, setiap kali kepasar ibu akan mengajak mampir ke warung itu, namanya warung Lumintu, dengan menu andalah iwak srondengnya. Iwak srondeng sendiri adalah dendeng daging yang dikasih srondeng kelapa. Sekarang sudah generasi kedua, namun rasa masakannya masih tetap sama, sama sekali tak berubah.Makanan sudah siap, rumah sudah
Matahari sudah sangat tinggi, tak seperti biasa, kulihat Rumah mbah Sum masih tertutup rapat.Padahal biasanya jam segini mbah Sum berjemur didepan rumah sambil menunggu orang lewat.Bahkan tadi, ketika pembantu anaknya mengantarkan makanan pun tak terdengar suara keluh kesah mbah Sum seperti biasa, orang itupun langsung pulang.Sebenarnya, orang kepercayaan anaknya yang selalu disuruh mengurus makan dan kebutuhan mbah Sum lainnya itu, memang tak pernah berlama-lama dirumah mbah Sum, setelah menaruh makanan, pasti langsung pulang, tanpa perduli dengan kondisi dan juga keluh kesah yang terdengar. Entah mungkin karena jijik melihat kondisi mbah Sum yang terkadang bau pesing karena pipis yang berceceran sebelum berhasil mencapai kamar mandi, atau karena jengah mendengar keluh kesah wanita tua itu.Semua dilakukan sekedarnya, mungkin merasa tak ada ikatan, tak punya kewajiban, atau hanya menghindari gunjingan tetangga karena tuduha
Flasback.Sumber bening adalah sebuah desa yang masih sangat asri, sumber airnya tak pernah kering walau dimusim kemarau. Mungkin karena itu desa ini diberi nama Sumber bening. Desa yang tenang dan nyaman, serta sumber alamnya yang melimpah.Masyarakat disini sebagian besar bekerja sebagai buruh diperkebunan kopi milik ki dhemang Raharjo, atau biasa juga dipanggil ki Harjo.Saking luasnya perkebunan tersebut, membuat kampung ini dijuluki sebagai kampung kopi.Masyarakatnya ramah-ramah, hidup dengan rukun dan saling gotong royong.Ki Harjo adalah sosok lelaki yang tegas, namun baik, terlihat keras namun berhati lembut. Pekerjakeras dan memiliki disiplin yang tinggi.Namun demikian, ki Harjo dikelilingi orang-orang yang tamak.Ki harjo memiliki keponakan sekaligus orang kepercayaan untuk membantu menjalankan perkebunan kopi tersebut, namanya Tukiman, lelaki lugu namun cerdas.Kerjanya bagus, cekatan, d
Sudah dua hari, Sumini dan ibunya, Mursiyem berada di desa Sumber bening.Sumini dan ibunya tinggal di rumah belakang ki Harjo.Rumah yang memang diperuntukan untuk para pekerja dirumah utama.Hari ini Sumini akan mulai bekerja di perkebunan, sedang ibunya akan membantu pekerjaan dirumah utama.Sekaligus menemani nyi Saminah yang selalu merasa kesepian karena anak dan cucunya yang tinggal jauh di luar kota.Hari masih sangat pagi, namun Sumini sudah terlihat cantik dan rapi. Rambutnya disanggul sederhana, ditambah perbaduan baju yang pas untuk tubuh sintalnya, membuatnya semakin sedap dipandang mata. Kalau sudah begini, lelaki mana yang tidak tertarik dengannya?"Walah Sum, ini masih jam berapa? kamu kok sudah cantik, rapi begini?""Hari ini kan hari pertama Sumi kerja mak, masak harus telat sih? setidaknya kan Sumu harus memberikan kesan pertama yang baik.""Ya tapi kamu ini kerjanya dikebun nduk, bukan dikantor desa, atau dis
Sumini, gadis dengan kulit sawo matang, rambutnya ikal, namun memiliki tubuh yang sintal.Usianya sudah berada diakhir 20n, namun belum juga menikah, padahal diwaktu itu, teman seusianya rata-rata sudah memiliki anak yang beranjak remaja. Sangat tabu di masyarakat umum anak gadis yang belum menikah diusia segitu, karena umumnya, pada masa itu rata-rata perempuan menikah diusia 15-17tahun. Jika lebih dari itu dan belum juga menikah, maka harus siap jika sebutan perawan tua diberikan kepadanya.Sumini memang tidak terlalu cantik, namun memiliki lekuk tubuh yang menarik. Tuhan menganugerahi bentuk tubuh yang di idam-idamkan banyak wanita kepadanya.Sehingga sering kali digoda lelaki iseng, itu sebabnya banyak wanita yang tak menyukainya, atau mungkin juga karena sikapnya yang acuh dan tak mudah bergaul. Sumini lebih memilih untuk menyendiri dari pada bergaul. Karena sejak kecil, Sumini selalu mendapatkan perlakuan kurang baik dari sekitarnya.Sudah hampir se
Sudah hampir seminggu Sumini terbaring sakit,Semenjak dia tahu kenyataan bahwa sang pujaan hati ternyata sudah beristri,dunia Sumini tak lagi sama.Dia berubah menjadi pendiam.mengurung diri didalam kamar berhari-hari, hanya untuk menangis pedih. Harapan Sumini yang sudah terlanjur membumbung tinggi, kini hancur berserakan. Hatinya pecah, harapannya musnah.Mak Siyem pun kawatir dengan apa yang menimpa Sumini,setiap kali ditanya, Sumini hanya menjawab ingin sendiri.hingga akhirnya Dia menceritakan semua ini kepada nyi Saminah, tak sanggup rasanya dia melihat putri kesayangannya menjadi seperti ini. Seakan hilang arah, tak punya lagi semangat untuk hidup. Mak Siyem prihatin, ini adalah pertama kalinya Sumini jatuh cinta, lalu seketika harus dipatahkan oleh kenyataan. Hatinya ikut sakit, membayangkan kisah masalalunya hatus terulang kepada Sumini.Merasa kawatir dengan apa yang diceritakan mak Siyem, nyi Saminah pun megusulk