Pada pukul tujuh malam, rombongan Lisa, Alicia, Xavier, Linda, Sutradara Ben, Produser Ram Singh, dan staf lainnya tiba di sebuah hotel besar yang berada di wilayah Surabaya Pusat. Sejak hancurnya Surabaya Barat, wilayah perekonomian yang dulu terbagi antara pusat dan barat, kini semua berpusat kembali di Surabaya Pusat.Jamuan makan malam kali ini diselenggarakan oleh Bos besar Surabaya Jaya Media–Kenzaki Kuro, atau biasa dipanggil CEO Ken di sebuah restoran di dalam hotel mewah. Pesta jamuan makan malam ini diselenggarakan dalam rangka untuk merayakan pembuatan serial drama “Hantu? Siapa Takut!”. Meski begitu, tidak ada satupun dari pihak Golden Entertainment yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh CEO Ken. Karena biasanya, acara besar dan mewah seperti ini akan diadakan di akhir syuting, atau ketika rating serial drama tersebut tinggi.“Selamat malam semuanya.” CEO Ken tersenyum, mempersilahkan semua yang datang untuk duduk. Kenzaki Kuro adalah warga negara Indonesia keturunan j
Inilah sisi gelap dunia entertainment, sebuah aturan tidak tertulis yang ada sejak jaman dahulu, dan bisa menimpa artis manapun. Hanya saja, kali ini Lisa lah yang menjadi targetnya.Jika Lisa menolak, CEO Ken akan dengan sengaja mengatakan bahwa kemampuan aktingnya tidak cukup baik. Ia lalu akan mengambil kesempatan ini untuk menggantikan pemeran tokoh utama wanita di serial “Hantu? Siapa Takut!”. Tentu saja, kemungkinan besar artis yang menggantikan Lisa itu telah tidur dengan CEO Ken.Kalau sudah begitu, bahkan Golden Entertainment sendiri tidak akan bisa dengan mudah menyinggung investor yang mampu menghasilkan uang tunai 45 miliar rupiah. Oleh karena itu, di industri entertainment, ada banyak artis yang menelan amarahnya dan terpaksa berkompromi. Mereka hanya bisa memilih antara masa depan dan kesucian mereka.Namun, berbeda dengan kebanyakan artis lainnya, Lisa memiliki sikap yang tegas dan keras kepala. Dengan lantang, Lisa berkata, “Tidak! Aku tida
Ian melangkah dengan keberanian yang membara, setiap tapak kakinya menggema keberanian di lantai marmer yang dingin. Dengan gerakan yang cepat dan pasti, ia melindungi Lisa, menutupi tubuh mungilnya dengan postur tegapnya yang seperti benteng. Segera, Ian menggengam tangan CEO Ken. Kenzaki Kuro hanya bisa merasakan tekanan yang kuat di pergelangan tangannya, cengkraman Ian begitu kuat hingga membuat urat-uratnya terasa seperti akan putus. "Bukankah dia bilang dia tidak bisa minum? Apa kamu tuli?" suara Ian terdengar tenang, namun setiap kata yang terucap bagaikan petir yang menyambar, menggetarkan udara dengan otoritas yang tak terbantahkan.Di sekitar mereka, para artis dari Golden Entertainment menahan napas, mata mereka terpaku pada sosok Ian yang seperti pahlawan tanpa tanda jasa, memberikan mereka perisai tak terlihat dari aura protektifnya.CEO Ken, dengan wajah yang pucat pasi, mencoba untuk tetap tenang dan melepaskan diri dari cengkrama
Lantai marmer yang biasanya berkilau kini tercoreng oleh darah segar, pria berjas hitam terkapar tak berdaya, menjadi pusat keheningan yang mendadak menyelimuti ruangan. Sejak Ian memasuki ruangan, aura yang ia bawa telah menguasai setiap sudut, menyaingi lampu-lampu yang berpendar. Sikap patuh Xavier, dan rasa gentar yang meliputi Sutradara Ben serta Produser Ram Singh sepanjang pesta ini, semuanya kalah oleh kehadiran Ian. Aura yang ia pancarkan bukanlah sekadar keberadaan fisik, melainkan wibawa seorang penguasa, yang dengan tenang menyatakan bahwa seluruh pesta ini, seluruh malam ini, berada dalam kendalinya.Artis dan pegawai Golden Entertainment merasakan perubahan itu, sebuah perasaan aman dan kepercayaan yang tiba-tiba mengisi ruang di dada mereka. Ian, dengan kehadirannya yang tenang namun dominan, telah mengubah aliran malam itu, menjadikannya pesta yang berada di bawah naungan kekuasaannya yang tak terbantah.Ian, dengan suara yang tegas dan penuh perintah, berkata “Pelaya
Ketakutan tersembunyi di balik kata-kata CEO Ken, "Baik, baik, aku akan minum, aku akan minum! Lagipula, ini hanya minum kan?" Suaranya bergetar, mencerminkan pertarungan batin antara kekayaan dan kekuasaannya dengan realitas bahwa ia berada di wilayah Ian. Kenzaki Kuro, meski dengan hati yang berat, memilih untuk menelan kebanggaannya demi keselamatan diri sendiri.Setelah satu botol White Wine lenyap, rasa pahit muncul di tenggorokan CEO Ken. Perutnya juga terasa dingin, akibat minum satu botol White Wine dalam sekali tegak. Di sampingnya, Ian masih berdiri dengan senyuman yang tak terbaca. "Ayo, lanjutkan ke botol berikutnya," ucapnya, suara tenangnya menyembunyikan otoritas yang tak terbantah. CEO Ken menatap botol kedua seraya menggertakkan giginya.Tindakan Ian ini membuat Xavier takut. Bagaimanapun juga, Ian telah mengancam investor terbesar dari “Hantu? Siapa Takut!”. Xavier berdiri dari kursinya dengan tubuh yang gemetar. "I-Ian, mengapa kita tidak ..." ka
“Tapi …” Lisa menatap Ian penuh kekhawatiran.“Tenanglah Lisa, suamimu ini sangat luar biasa lho …” Ian tersenyum penuh percaya diri.“Dasar tidak tahu malu!” Lisa mendengus keras. “Hmp! Siapa yang istrimu?!”“Jangan berbicara omong kosong seperti itu!” Wajah Lisa memerah. ‘Bahkan di saat pelik seperti ini, Ian masih saja menindasku!’ batinnya.Ian tertawa melihat tingkah imut Lisa. “Aku cuma bercanda kok.”Kemudian, wajah ceria Ian berubah menjadi serius. “Jangan khawatir. Aku tidak pernah mengingkari janji yang pernah aku buat. Karena aku sudah berjanji pada CEO Ken, maka aku akan menghancurkan karir Kenzaki Kuro dalam satu hari. Aku akan menghancurkan perusahaan yang dia bangun dengan susah payah!”“Aku tidak percaya.” Lisa menjulurkan lidahnya.Surabaya Jaya Media merupakan perusahaan dengan nilai pasar lebih dari lima triliun rupiah. Kenzaki Kuro juga orang yang berpengalaman dalam bidang media. Dari kedua fakta itu, bisa dilihat betapa sulitnya untuk membunuh karirnya.“Mari kit
Seseorang yang tidak takut dengan perusahaan yang bernilai lebih dari lima triliun rupiah, bisa dibayangkan latar belakang seperti apa yang dia miliki. Aset, kemampuan, dan salah satu darinya pasti tidak kalah dengan Surabaya Jaya Media. Menurut pendapat CEO Lex, Kenzaki Kuro benar-benar akan hancur kali ini.CEO Lex juga tahu dengan jelas. Aset pribadi Ian setidaknya bernilai ratusan miliar rupiah!Dengan begitu banyak aset, latar belakang Ian yang sebenarnya juga sangat misterius. Bahkan tanpa latar belakang ini, kemampuan Ian dalam menulis naskah sudah cukup bagi Golden Entertainment untuk menganggapnya serius. Selain itu, hubungan Ian dan Lisa sangat baik.CEO Lex sudah bisa memprediksi keadaan tragis yang akan dialami Surabaya Jaya Media. Ini akan menjadi tindakan pertama Ian dalam memperlihatkan kekuatannya di depan publik.Oleh karena itu, di tengah malam, ketika CEO Lex menerima telepon dari Ian, ia langsung mengutarakan sikap Golden Entertainment. Jika Ian mendirikan perusaha
Keesokan harinya, Ian menjalankan misi hariannya dan juga melakukan Check-In harian. “Semoga hasil Check-In hari ini tidak mengecewakan!” gumamnya seraya menggosok-gosok tangannya.Matahari baru saja menampakkan sinarnya ketika Ian bangkit dari tidurnya. Dengan semangat membara dalam dada, Ian melakukan misi hariannya–Sehat Itu Penting, dan melakukan Check-In harian setelahnya. Dengan napas yang teratur, ia mengulurkan tangan, seolah menangkap harapan yang berkelebat di udara pagi. "Semoga keberuntungan berpihak padaku hari ini," bisiknya, penuh harap, sambil mengusap-usap telapak tangannya yang dingin setelah mandi.“Sistem, lakukan Check-In!” teriaknya, suaranya bergema di ruangan yang masih terbungkus keheningan pagi.[Ding!][Selamat Host, Anda telah berhasil Check-In][Anda menerima sebuah Kemampuan, Grandmaster Aktor][Semua pengetahuan relevan terkait kemampuan tersebut secara otomatis diintegrasikan ke dalam pikiran Anda]Sebuah senyum merekah di wajah Ian, mengusir ketegangan