Pandya lahir dari Ibu 'Rakyat Jelata' dan Pemimpin Padepokan. Karena sejak kecil bertubuh lemah dan tidak memiliki tenaga dalam sejak kecil, ia menjadi incaran utama dalam perebutan posisi pewaris. Saat berusaha kabur, Pandya justru tertangkap pembunuh bayaran dan dibunuh di tempat. Namun, sebua
View MoreTawaran Hansa membuat Dipta cukup terkejut, dan membuatnya menaikkan alis sambil balas menatap Hansa. Mereka tidak sadar banyak pasang mata yang sedang melihat interaksi mereka, walaupun tidak ada yang tahu apa yang sedang mereka bahas saat ini.“Taruhan apa yang kau maksud?!” tanya Dipta setelah Hansa menarik wajahnya dan sedikit menjauh dari Dipta.“Kau bilang, kalau kau percaya dengan kemampuan Pandya bukan? Kau harus melawan Pandya, tanpa memberitahu taruhan kita pada siapapun!” jawab Hansa dengan santai.“Maksudnya, aku harus menyerang Pangeran Pandya? Bukankah itu jelas, aku yang akan tewas?!” tanya Dipta yang masih bingung dengan jawaban Hansa.“Itulah taruhan yang aku maksud! Pandya akan melawan hingga kau tewas, atau mengalah agar kau selamat!” jelas Hansa dengan penuh semangat.Dipta meletakkan kitab yang dibawanya tadi, kemudian meletakkannya di bawah dengan masih beralaskan sebuah potongan kain. Dia menatap tajam ke arah Hansa, untuk mencoba mencari tahu hal apa yang seben
‘Kau bisa lakukan apapun yang kau mau! Lagipula, kau sudah sangat lama tersegel dan hanya berada di sampingku setelahnya, kau berhak untuk menikmati kebebasannya!’ ucap Pandya dengan yakin.Sakra terdiam, dia tidak menyangka jika Pandya sangat memikirkannya. Padahal, dia kira memang sudah kewajibannya untuk melindungi Pandya, tanpa bisa berharap timbal balik sedikitpun. Tapi, pada akhirnya dia bisa mendapatkan kebebasan yang belum pernah dia rasakan.'Bukan berarti aku tidak berat untuk melepasmu. Tapi, aku juga tidak ingin menahanmu hanya karena keegoisanku. Aku sudah sangat bersyukur kau sudah selalu melindungiku hingga saat ini!’ lanjut Pandya bersungguh-sungguh karena tidak mendapat respon dari Sakra.'Aku tahu kau tidak akan mudah melepaskan ku!’ sahut Sakra percaya diri. ‘Tapi, kau tetap mau membebaskan aku. Aku tidak tahu harus berkata apa!’Suara Sakra mulai bergetar. Mungkin jika Sakra adalah manusia, saat ini dirinya sudah menangis karena terharu. Tapi, mengingat gengsinya y
DRAAP! DRAAP! DRAAP!Suara langkah kaki Pandya dan para pengikutnya yang berlari sepanjang lorong, terdengar menggema dengan cukup lantang. Mereka tidak menggunakan jurus meringankan tubuh, untuk menghemat tenaga dalam yang sebelumnya sudah cukup terkuras.Tidak jauh mereka berlari, langkah mereka langsung terhenti saat di depan mereka sudah terlihat lorong yang bercabang seperti yang diucapkan oleh Hansa. Dan Hansa pun sudah bersemedi di depan lorong-lorong itu karena datang terlebih dahulu. Dirinya yang tidak perlu menghemat tenaga, langsung menggunakan jurus meringankan tubuh tanpa merasa sungkan sedikitpun.“Kenapa kalian lama sekali?! Aku sudah bosan sejak tadi menunggu kalian!” kesal Hansa sambil berdiri dari posisi semedinya.“Bukankah kamu sendiri yang ingin menunggu?! Jadi, jangan mengoceh kan hal yang kamu lakukan atas keinginanmu sendiri!” jawab Pandya langsung membuat Hansa terdiam.Pandya mulai meraba tanah di sekitarnya, untuk merasakan energi dari setiap lorong itu. Tot
“Apa maksudmu berkata seperti itu?!” tanya Pandya yang merasa curiga ada hal yang disembunyikan oleh Hansa.“Kau tidak mengira hanya informasi itu saja yang akan aku berikan, bukan? Aku yakin kau tidak akan menerima tawaranku jika hanya informasi itu yang kau dapatkan!” jawab Hansa sambil tersenyum miring.Pandya menggertakkan gigi untuk menahan rasa kesalnya. Dia merasa seperti sedang dipermainkan oleh Hansa sejak awal, dan itu membuatnya merasa malas meladeni setiap ucapan Hansa.Rasa penasarannya sudah tidak seperti awal tadi, dan membuat logikanya berjalan.“Informasi apa lagi yang akan kau berikan?! Ini akan menjadi penentu untuk kesepakatan kita!” sahut Pandya dengan tatapan memicing.“Huh, kau tidak seru sama sekali!” dengus Hansa. “Aku mendengar sebelum ini, Dipta telah mempelajari ilmu sihir tingkat tinggi dan berhasil mengembangkannya. Aku tahu kemampuanmu kini sudah jauh berkembang, tapi apa kau yakin bisa melindungi seluruh pengikutmu dari serangannya?!” jelas Hansa dengan
“Apa yang kau rencanakan?! Kami tidak ada urusan denganmu!” sahut Pandya dengan tegas.Sosok yang tidak lain adalah Hansa yang sudah berhasil menyusul mereka, membuat Pandya dan para pengikutnya tidak senang. Apalagi, ada yang mengganjal dari kedatangannya yang seorang diri, karena Pandya yakin tidak ada orang lain lagi setelah dia mencoba merasakan keadaan sekitar.“Hahaha…, aku sudah menduga sikapmu akan seperti ini! Apa kau terkejut dengan kehadiranku?” tawa Hansa menggema di seluruh ruangan itu.“Kau tidak diterima disini! Jadi, kalau tidak ada hal penting, lebih baik kau lanjutkan saja perjalanan tanpa mengusik kami!” jawab Pandya dengan nada kasar.Hansa tidak menjawab, dan malah berjalan berkeliling mengamati keadaan di dalam ruangan itu. Dia bersikap seakan tidak pernah mendengar apapun yang Pandya katakan.Pandya bangun dari posisinya, diikuti oleh semua pengikut dan bersikap waspada. Mereka benar-benar tidak tahu, apa rencana Hansa mendatangi mereka seorang diri dan bersikap
Suasana hening, membuat ruangan istirahat di salah satu lorong itu menjadi sedikit mencekam. Padahal, cukup banyak orang didalamnya, namun tidak ada yang bersuara sejak beberapa saat tadi. Pandya yang menjadi pusat perhatian dari seluruh pengikutnya yang menunggu penjelasan, hanya termenung memikirkan bagaimana dan darimana dia harus menceritakan hal yang harus dia katakan.Tidak ada yang berani menginterupsi, karena mereka semua tahu jika hal yang ingin disampaikan oleh pemimpin mereka itu merupakan sesuatu yang rumit. Jika tidak, Pandya pasti sudah mengatakannya sejak tadi dan dengan lantang.“Sebenarnya aku ingin memberitahu tentang adanya berita baik dan buruk kepada kalian, tapi aku belum menemukan kata-kata yang tepat agar kalian bisa memahaminya dengan mudah….,” Pandya menggantungkan ucapannya, namun tetap tidak ada yang berani menyela.“Aku akan mengatakan berita baiknya dulu, agar kalian bisa menangkapnya dengan lebih baik…,” Pandya kembali menjeda ucapannya. “Saat ini ada ca
Pandya bersimpuh dihadapan Rajendra yang sudah sadarkan diri, sambil menepuk-nepuk pundaknya dengan pelan namun kuat. Itu bentuk peluapan emosinya yang cukup bercampur aduk, namun lebih banyak perasaan lega dan bahagia.“Bagaimana kondisimu saat ini?” tanya Pandya untuk memastikan keadaan Rajendra.“Saya merasa badan saya lebih segar dibanding sebelumnya, Pangeran. Terima kasih karena sudah menolong saya, dan tidak meninggalkan saya!” jawab Rajendra sambil merubah posisinya ikut bersimpuh kemudian berlutut menghadap Pandya.“Itu memang sudah kewajibanku. Kau hanya perlu menjaga tubuhmu lebih baik lagi!” sahut Pandya sambil memegang pundak Rajendra dan memintanya untuk bangun.Mata Rajendra berkaca-kaca, setelah mendengar jawaban dari Sang Pangeran. Dia sangat bersyukur karena tidak salah memilih pemimpin, dan juga memiliki teman yang tidak jauh berbeda dari seorang saudara.“Ma-maafkan saya yang sudah membuat kelompok kita kerepotan, Pangeran!” teriak Rajendra yang mulai menangis sese
'Ingatan apa? Apa kau yakin dengan ingatanmu itu?’ tanya Pandya tidak yakin.Dari tatapannya terlihat sangat penasaran dengan ingatan yang dimaksud Sakra, tapi dia berusaha menekannya agar tidak kembali kecewa setelah berharap. Sebenarnya alasan utama Pandya ingin segera menyelesaikan ujian ini, hanya karena dia melihat para pengikutnya mulai memaksakan keterbatasan mereka. Apalagi, hingga sekarang dia belum menemukan cara lain membawa Rajendra tanpa membebankan tenaga dalam dan tanggung jawabnya pada para pengikutnya itu.'Aku ingat, waktu itu keadaan sangat kacau. Hampir seluruh pendekar tingkat akhir, bersengkongkol untuk mencoba mengalahkan Tuan Catra. Kami selalu terpojok di setiap jalan manapun yang kami pilih, walaupun ingatanku samar tapi suasana itu benar-benar membekas untukku. Sepertinya tanpa aku rincikan, kau pasti tau seberapa dahsyat efek yang ditimbulkan!’ cerita Sakra dengan suara rendahnya.Pandya hanya mengangguk-anggukkan kepala untuk menjawab ucapan Sakra. Dia bah
TAP TAP TAPSuara langkah kaki dengan kecepatan yang cukup cepat dari puluhan orang, menggema di sepanjang lorong. Di tengah gerombolan itu, ada Pandya yang sedang fokus mengontrol tenaga dalamnya sambil menggunakan jurus meringankan tubuh seperti yang lainnya.Setelah mereka berlari cukup lama, Pandya beserta kelompoknya belum mendapatkan rintangan yang berarti. Hanya beberapa jebakan, yang cukup mudah diatasi oleh para pengikutnya.Gerakan yang mereka lakukan, bahkan terasa satu irama. Walaupun, mereka secara bergantian menyalurkan tenaga dalam mereka pada Pandya.“Apa kalian masih baik-baik saja?!” tanya Pandya di sela-sela perhatiannya untuk mengontrol kekuatan.“Sepertinya beberapa anggota sudah mulai kehabisan tenaga dalamnya, bagaimana ini Pangeran?” jawab Dipta mewakili.Pandya melihat sekitar, sambil mengamati keadaan masih memungkinkan untuk mereka singgah atau tidak. Namun, baru saja Pandya akan memutuskan untuk singgah, di depan mereka terlihat sebuah pintu masuk ke dalam
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.