Share

5. Standar Bahagia

Apa??” Lionel terkejut dengan permintaan ayahnya.

Iya, Tuan. Menikah dengan wanita yang fotonya ada di dalam amplop ini, atau sisa warisan ayah anda akan

disumbangkan kepada yayasan yang sudah dipilih. Waktu yang diberikan ayah anda adalah satu tahun sejak anda menerima foto tersebut. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Saya permisi,” pamit pengacara itu

setelah menyerahkan amplop tersebut.

Lionel masih termenung dan tidak bergerak dari posisinya. Saat Jeff menghampirinya, baru dia berdiri dan

menyimpan amplop itu di laci kedua ruang kerja ayahnya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang

dijadikan syarat oleh ayahnya.

Maaf, Tuan, mengganggu istirahat anda, tetapi ini laporan yang harus anda periksa dan tanda tangani

untuk kerja sama dengan Soft Game Inc karena sudah tertahan selama tiga hari kemarin.” Jeff

meletakkan dokumen tersebut di meja kerja. Dia meninggalkan tuannya sendirian karena dia masih

berkabung.

"Baiklah, terima kasih, Jeff. Untuk sementara, kamu gantikan aku berada di kantor. Mungkin besok baru aku akan

masuk kantor," ujar Lionel sebelum Jeff pergi.

***

Sementara itu di kediaman Joanna, wanita

itu tengah memberikan kejutan untuk kedua putranya pagi ini. Kemarin dia

sengaja pulang terlambat dan membeli sebuah kue untuk mereka.

Selamat ulang tahun kalian, Galen dan Galaxy,” ucap Joanna ketika kedua putranya muncul di ruang makan.

Mommy, makasih,” ucap keduanya bersamaan. Lalu mereka menghambur ke pelukan Joanna.

Sekarang keduanya sudah genap berusia 7 tahun dan beberapa bulan lalu mereka mulai masuk sekolah.

Inilah salah satu alasan yang membuatnya bertahan bekerja di satu perusahaan dengan Lionel. Dia tidak

ingin merusak kehidupan kedua putranya hanya karena kehadiran pria itu.

Joanna memandang kedua putranya yang sedang ribut menyantap kue yang dia beli untuk mereka. Dia

bahagia melihat senyuman yang tergambar di kedua wajah yang mengingatkannya akan seseorang. Setelah

itu, wanita cantik itu menyuruh anak kembarnya untuk mandi karena dia harus mengantarkan mereka ke sekolah

sebelum berangkat ke kantor.

Beberapa hari kemudian, Lionel mulai masuk kantor setelah kehilangan sang ayah kemarin. Joanna

memaklumi hal itu bagaimana kehilangan seseorang secara mendadak. Wanita itu mengikuti sosok tersebut

menghilang masuk ke dalam ruangannya.

Nona Anna, saya minta laporan kemarin yang sudah anda buat untuk tuan Lionel,” pinta Jeff yang berdiri di

pintu dan membuatnya kaget.

Baik, Tuan. Akan saya cetak dulu,” timpal Joanna cepat.

Lionel yang berada di ruangannya masih terpikirkan dengan syarat dari ayahnya. Jika kejadiannya seperti ini,

dia menyesal karena merasa bersalah saat ayahnya meninggal. Kebencian yang sebelumnya dia hilangkan

bertambah sedikit sebab ayahnya memberikan syarat yang tidak mungkin akan dipenuhinya karena pria itu tidak

ingin menikah.

Amplop tersebut belum dia buka karena dia masih meyakinkan diri sendiri. Tiga tahun berlalu ketika dia

memiliki keinginan itu, malah kekasihnya tidak disetujui oleh ayahnya sehingga mereka berpisah. Sejak saat itu

pula, Lionel tidak pernah berpacaran dengan yang wanita lain.

Tuan, ini laporan yang dibuat Joanna tentang materi perusahaan agar anda mengetahui harus mengambil tindakan apa terhadap perusahaan.” Jeff memberikan lima tumpuk laporan yang selesai dikerjakan oleh

Joanna.

Pria itu membuang napas. “Tolong, panggil Anna kemari,” suruh Lionel.

Joanna masuk dengan perasaan was-was karena Jeff meninggalkan mereka sehingga dia hanya berdua

dengan pria itu. Sungguh, jika Joanna masih dirinya di masa lalu, maka dia akan sangat senang berada di

ruangan berdua dengan pria itu. Namun, sekarang dia takut.

Ada apa, Tuan?” tanya Joanna sedikit gugup.

Jika hanya berdua denganku, panggil saja aku Lionel. Kita berteman, bukan?” Lionel menatap wajah wanita

itu, tidak percaya jika wanita cantik ini telah menikah dan memiliki seorang putra.

Apakah itu penyebabnya, dia menjadi lebih berisi dan tubuhnya lebih seksi?’ gumam Lionel bertanya-tanya.

Ehem, aku ingin bertanya tentang apa saja yang kamu ketahui tentang perusahaan selama kamu bekerja di

sini,” ujar Lionel.

Joanna terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba itu, karena dia masih memikirkan saat terakhir mereka bertemu. Beruntung

dia bisa menjawab berkat laporan yang dia susun kemarin. Dia menjelaskan terkait riset yang sudah dia

kerjakan.

Namun, tak lama dia hentikan penjelasan itu karena melihat atasannya tidak memperhatikan. Bosnya terlihat sibuk

dengan pemikiran sendiri.

Maaf, Tuan Lionel. Anda tidak memperhatikan apa yang saya katakan.” Joanna protes terhadap sikap

Lionel.

Ah, bukan begitu. Ada satu hal ingin kutanyakan padamu, Jo,” ucap Lionel menyebut nama panggilan lama

itu. “Kamu sudah menikah dan memiliki anak? Bagaimana rasanya?”

Ekspresi Joanna menjadi dingin, menatap datar kepada atasannya karena sungguh heran bagaimana dia bisa

membahas masalah pribadi saat bekerja seperti ini.

Ya, rasanya bahagia, karena apa yang saya impikan terkabul. Memiliki keluarga yang membutuhkan saya,”

jawab Joanna ketus. Meski dia merasa bahwa dia menjadi tidak profesional, tetapi pertanyaan tadi juga

tidak profesional.

Namun, hal itu membuatnya mengenang bagaimana perjuangannya yang hampir saja melepaskan kedua

putranya untuk diadopsi oleh orang lain setelah melahirkan mereka. Di usianya yang baru 23 tahun, Joanna sudah memiliki

tidak hanya satu orang putra untuk dihidupi, tetapi dua sekaligus. Saat itu, dia sungguh putus asa, tetapi ada saat

hatinya tidak tega melihat keduanya menangis.

Rasa sesal dan bersalah itu masih kerap datang saat melihat wajah kedua putranya yang sekarang sangat dia

sayangi. Dia berjanji untuk tidak akan meninggalkan mereka berdua.

Jadi, menikah itu bahagia?” tanya Lionel lagi. Raut wajahnya yang terlihat bingung membuat Joanna tidak

bisa menebak apa yang sedang dipikirkan pria itu.

Bisa jadi, tergantung orang yang kita nikahi. Jika memang sudah menemukan orang yang ideal seperti yang kita

mau, pasti bahagia, meski pernikahan isinya bukan hanya bahagia, tetapi ada sedih, menyenangkan, seru,

kesal. Semua jadi satu, Tuan.”

Lionel mengangguk. “Baiklah, kamu bisa keluar. Terima kasih atas penjelasannya sehingga aku bisa tahu apa yang harus

kulakukan untuk perusahaan. Tolong katakan kepada Jeff untuk tidak masuk ruanganku hingga satu jam ke

depan.” Lionel menitipkan pesan kepada Joanna.

Joanna meninggalkan ruangan dan menghampiri ruangan Jeff untuk menyampaikan pesan dari atasan

mereka. Lalu, dia kembali ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya. Wanita itu menatap potret kedua

putranya yang berada di sana sebagai penyemangat dalam bekerja.

Hampir jam pulang kantor, sudah satu jam lebih Joanna menganggur tidak ada pekerjaan yang berarti, karena selama ini dia selalu sibuk mengerjakan pekerjaan administrasi lain sehingga dia bosan dan

memutuskan untuk keluar membuat kopi di pantry.

Jo, mau ke mana?” panggil Lionel mengejutkan Joanna karena hanya kepala laki-laki itu yang tampak

menyembul dari pintu.

Mau buat kopi,” balas Joanna yang langkahnya terhenti.

Aku minta dibuatkan juga, terima kasih.” Lionel menutup pintu ruangannya.

Tak lama, Joanna masuk kembali ke ruangan atasannya untuk memberikan kopi yang dipesan dan dia

cepat-cepat keluar sebelum diajak berbicara lagi. Wanita itu masih mencari cara untuk mengurangi interaksi

mereka. Lionel yang heran karena Joanna terburu-buru keluar hanya berpikir bahwa wanita itu mungkin

ingin menikmati kopi yang menunggu di mejanya karena tadi hanya membawa satu cangkir untuknya.

Jam pulang tiba, Joanna segera mengemasi barang-barangnya dan turun terburu-buru karena dia meminta

Elise untuk menunggunya. Wanita itu sedang tidak ingin naik taksi mengingat dia harus menabung untuk

membayar biaya mobilnya pada Lionel. Tanpa berpamitan dia langsung pulang.

Lionel yang berada di ruangan bersama Jeff pun memutuskan untuk pulang juga. Dia melihat meja Joanna

sudah kosong dan rapi. Pria itu melihat sebuah pigura di sana dan tampak sebuah foto Joanna dengan

kedua putranya dan mereka tersenyum bahagia.

Oh, jadi dia memiliki dua orang putra, tetapi kenapa foto sang suami tidak ada?” gumam Lionel

bertanya-tanya.

Tuan, kita langsung pulang atau mampir ke hotel karena tadi saya mendapat kabar bahwa ada beberapa

barang yang tertinggal.” Jeff datang dan merusak fokus Lionel sehingga mereka pun meninggalkan meja

Joanna.

Begitu memasuki kursi belakang mobil, Lionel lupa dengan potret kedua anak Joanna, tetapi ingatan itu

masih tersimpan di bawah sadarnya.

Setibanya di rumah, dia memutuskan untuk membuka amplop dari wasiat ayahnya, setelah dia menyelesaikan

mandi dan makan malamnya. Amplop coklat tersebut sudah Lionel sobek dan keluarkan isinya. Hanya

beberapa lembar foto dan selembar surat.

Pria itu menatap foto dua anak laki-laki sedang bermain di sebuah taman. Lionel memutuskan untuk

membaca surat tersebut dengan tenang, tetapi isi surat itu mengguncangkan jiwanya, sampai ia berseru dengan suara keras, “Apa-apaan ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status