Gaska membatalkan meeting dengan para petinggi di bawah kepemimpinannya agar bisa mengantar Isvara ke rumah sakit pasalnya pagi ini sang istri muntah-muntah tidak terkendali. Wajah Isvara sampai pucat dan tubuhnya tampak lemas. Meysha tidak berhenti menangis meratapi keadaan sang bunda yang menu
“Bunaaaaaa.” Adalah panggilan untuk Isvara yang pertama kali Meysha sebut saat bu guru menyatakan murid-murid TK itu boleh pulang setelah latihan usai. Gadis kecil lucu yang rambutnya dikuncir dua berlari memburu Isvara yang kemudian membungkuk memeluknya. Cindya yang berdiri di samping Isvara h
“Sayaaaang ….” Isvara mencari suaminya yang tengah merajuk di ruang tamu. Semenjak sampai di rumah, Gaska duduk di sana sampai tidak makan malam karena ingin menunggu Meysha yang tengah pergi bersama Cindya pulang. Gaska tidak menyahut, raut wajahnya dia buat sedatar mungkin agar Isvara tidak
“Aku enggak suka sebenarnya Cindya deket sama Caca … nanti Caca malah enggak mau lagi sama aku.” Gaska menggerutu saat merangkak naik ke atas ranjang. “Enggak mungkin,” tukas Isvara sangat yakin. “Cindya ngasih Caca banyak mainan, beliin apa yang dia mau sedangkan aku lagi ngedidik dia agar engg
“Cin … kamu tahu enggak alasan kenapa Gaska dan aku enggak jadi menikah?” Isvara membuka topik pembicaraan di pertemuan makan siang mereka kali ini. Sehari sebelum Meysha pentas, Isvara mengajak Cindya bertemu untuk makan siang dan sebuah Caffe dekat dengan kantor menjadi pilihan mereka untuk bert
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore ketika Aruna mengganti papan open di pintu kaca butik menjadi close. Sepeninggalan suaminya, Aruna yang tadinya ibu rumah tangga kini harus bekerja untuk menafkahi diri sendiri. Aruna bekerja di butik Bridal yang terletak di kawasan Dago Bandung dan ia adalah
“Saya minta maaf untuk kerusakannya mobilnya, pak Malik sedang menjawab panggilan telepon jadi fokusnya teralihkan.” “Oh ….” Hanya itu yang bisa Aruna ucapkan lantas menoleh pada ekor mobilnya untuk menghindari tatapan pria yang kalau tidak salah dengar bernama Adrian. Tatapannya begitu dalam mema
“Non Ara belum makan malam, Pak.” Seorang wanita paruh baya menggunakan seragam Nanny memberitau. “Ara mau makannya disuapin Mami.” Isvara memeluk leher Aruna, seakan tidak ingin lepas dari gendongannya. “Ara, jangan gitu donk … tantenya nanti cap—“ “Tante … tante … bukan tante … ini mami, Piii