Share

Eighth Story: Di Perkebunan Stroberi

Saat kami akan pulang, Countess Vivicy Lobart mengatakan kepadaku,

"Terima kasih banyak, Lady Viyuranessa! Saya sangat berterima kasih atas bantuannya! Padahal saya sangat hina di waktu itu dan pastinya saya akan dilihat sangat menjijikan! Tetapi hanya anda yang berbeda! Saya sungguh berterima kasih!"

Aku menggelengkan kepala lalu mengatakan, "Saya yang harus berterima kasih, bibi Vivi! Anda mempercayai saya dan juga bersedia bekerja bersama saya!"

Disaat aku dan bibi Vivi sedang berbincang, adikku menghampiri Rean dan mengatakan,

"Sebenarnya, apa yang kamu inginkan dari kakakku?!"

Rean mendengar pertanyaan Celzuru dan mencernanya. Ia sempat berpikir lalu ia tersenyum, "Aku ingin semua darinya, keberatan?!"

"Huh... kamu gila?"

Rean segera berbalik menuju kereta kuda dan diikuti Rennel.

***

Beberapa minggu kemudian, aku sedang mengunjungi perkebunan Stroberi bersama dengan adikku dan juga tunanganku. Aku menahan topi besar yang menutupi kepalaku dengan tangan saat angin mencoba menerbangkan topiku.

"Baru kali ini aku melihat Stroberi sebesar dan secerah ini," ucap adikku, Celzuru dengan wajah yang ceria. "Dibuat susu Stroberi pasti lebih enak!"

"Sepertinya begitu," ucapku yang ikut tersenyum melihat Zu.

"Perkebunan ini milik kerajaan," ucap Rean. "Kakekku seorang petualang hingga ia tidak sengaja menemukan bibit ini."

'Jadi, bukan hasil penelitian,' batinku. "Pasti kakekmu adalah orang yang luar biasa. Apakah dia adalah kakek dari ibumu?" Aku hanya sibuk memperhatikan dan melihat-lihat sekelilingnya. Disamping itu, ekspresi Rean menjadi marah.

"Ya," ucap Rean dengan tatapan tajam ke sosokku. Ia mengepal tangannya untuk menahannya amarahnya.

"Aku mau melihatnya dari dekat!" ucap Celzuru. Lalu, Celzuru segera turun dan melihat-lihat perkebunan itu. Saat ia berpapasan dengan petani, ia segera menyapanya dan berbicara akrab dengan paman itu hingga tertawa.

Aku hanya tersenyum melihat adikku dari kejauhan. Melihat senyuman itu, Rean pun lebih tenang dari amarahnya sebelumnya.

'Apa-apaan itu!?' batin Rean yang sedikit kesal melihat senyumanku. Angin kuat menerjang hingga mengibarkan gaun dan rambut silver kebiruanku. Tanpa sadar, Rean semakin terpanah saat melihatnya.

Karena sibuk memperhatikan sekitar, aku tidak sadar kalau angin sudah menerbangkan topinya.

"Topiku?"

Lalu, mataku bergerak mencari topiku hingga melihat sosok Si Topi yang berada di atas pohon. Aku segera menghampiri pohon itu dan memikirkan bagaimana cara mengambilnya. Seperti biasanya, saat aku berpikir, salah satu jari-jariku akan mengetuk-ngetuk halus bibirku. Rean hanya memperhatikan kelakuanku.

'Panjat saja! Lagipula, pohonnya memiliki banyak percabangan,' pikirku.

Saat aku mulai memanjatnya, Rean menahannya dengan menahan lenganku.

"Jangan katakan kalau kamu mau memanjatnya," ucap Rean.

"Tentu saja karena aku tidak terpikirkan cara lain," ucapku.

"Cobalah untuk mengandalkan orang lain, Yu! Sihir angin lebih mudah mengambilnya." Tatapannya menunjukkan ketulusan padaku. Aku hanya menatap pangeran itu dengan ekspresi datar.

"Aku bisa sendiri!" ucapku.

Lalu, aku menghentakkan kakinya ke bumi hingga tanah naik dan membentuk tangga yang indah.

"Itu tidak masalah, kan?"

Sang Pangeran terkejut, 'Bagaimana ia bisa menggunakan sihir setingkat ini? Dan juga, ia belum belajar di akademi. Bukankah sihirnya bertipe listrik!?'

'Selain itu, bagaimana ia bisa terpikirkan mengontrol sihirnya hingga menjadi seperti ini?'

Aku segera menaiki anak tangga itu dan mengambil topiku. Lalu, tanah itu ku kembalikan hingga seperti semula.

'Semakin menggunakan sihir, maka sihir akan semakin kuat. Status sihirku juga akan semakin meningkat. Seperti peningkatan kekuatan tubuh dengan rutin olahraga!'

"Elemen sihirmu?" ucap Rean.

"Listrik. Tadi, aku menggunakan gaya tarik antar molekul untuk mengatur susunan partikel pasir dan gra-," ucapku.

"Aku belum pernah mendengar tentang itu," ucap Rean dengan tatapan tajam.

'Ah aku kelepasan!' batinku. 'Kebiasaanku menjelaskan segala sesuatu kepada Zu.'

Aku segera mengatakan, "Itu... aku mengetahuinya dari sebuah buku. Tapi, aku lupa buku apa itu." Aku tersenyum kaku. "Dan... Lebih baik kita segera melihat-lihat stroberi itu!"

Aku segera menghampiri saudariku dan Rean terus mengikuti langkahku. Pada saat itu, aku berhenti sejenak dan mengatakan,

"Aku dengar, ada masalah di perbatasan. Ayahanda mengatakan kalau ia tidak bisa pergi ke wilayah itu karena sedang ditutup."

"Tentang itu... Baginda Raja sedang kesulitan menangani kasus penyakit menular di perbatasan di barat. Penyakit ini semakin cepat menyebar sehingga Baginda hanya bisa menutup wilayah itu. Apakah kamu punya pendapat untuk masalah ini, Yu?"

Aku jelas mendengar ucapan Rean. Aku segera berbalik dan menghadapnya.

"Penyakit menular? Apa saja yang kamu ketahui mengenai kondisi disana?"

Rean mengatakan, "Sakit di daerah perut, mual, muntah dan korban sering BAB hingga wilayah itu sudah dipenuhi kotoran manusia. Dan yang paling parah, ada beberapa yang kejang-kejang."

Mataku yang hanya biasanya terbuka setengah itu pun terbuka lebar. Kemudian, aku menggerakkan mataku ke sudut bawah. Tanganku bergerak menyentuh bibir bawahku.

Aku kemudian berpikir, 'Penyakit menular yang mungkin menginfeksi saluran pencernaan. Kemungkinan disebabkan oleh bakteri yang bisa hidup dan berkembang biak dan menyebar melalui kotoran manusia. Tapi perlu tahu dulu juga jenis bakterinya.'

Rean yang menyadari perubahan ekspresiku, segera berdiri di hadapanku. Tubuhnya membungkuk dan wajahnya mendekat dan menatap dekat wajahku.

"Apakah kamu tahu sesuatu?" ucap Rean. Tatapannya beralih turun ke benda merah yang berada di bawah hidungku.

Saat aku menatap lurus ke depan, mataku terbuka sempurna. Mata berwarna merah yang tajam sedang menatapku sangat dekat. Aku tentu kaget dan gugup. Lalu, aku segera mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Un-untuk apa kamu mendekat seperti itu?" Kepalaku menoleh ke samping.

"Aku sedang berpikir dan tidak usah mengganggu konsentrasiku, Rean!"

Rean memegang daguku lalu mengangkatnya. "Caramu berpikir membuatku tergoda, Yu!"

Aku tersentak dan degupan jantungku semakin cepat saat aku tidak punya pilihan lain selain menatap sepasang iris mata Red Diamond itu.

"Bukankah kamu sendiri yang ingin pendapatku? Jadi, aku perlu memikirkannya," ucapku sambil menyipitkan mata.

Aku memegang lengan Rean dan mendorongnya menjauh dari wajahku. 'Ia selalu saja menggodaku. Padahal, ia hanya terpaksa melakukannya untuk membuatku tergila-gila padanya.'

Aku segera melangkah maju dan membiarkan Rean tertinggal.

'Ia hanya akan meninggalkanku dan melukai hatiku demi balas dendam karena... kebenciannya kepada Viyuranessa Roseary. Meski aku tidak mengetahui alasannya membencinya, aku akan mencari tahunya sendiri!'

Aku menyisir rambut perak kebiruanku hingga seolah-olah rambutku terbang di udara. Sepasang kaki yang terus melangkah ke depan, iris berlian biru muda itu bergerak hingga ke sudut matanya untuk menangkap sosok lelaki bersurai hitam. Iris Red Diamond itu menatapku dengan senyuman tajam hingga menampakkan taringnya.

Tiba-tiba, saat itu aku menabrak seseorang yang sedang memperhatikan stroberi yang masih muda.

"Ah, maaf!"

"Tidak usah dipikirkan, Lady Viyuranessa Roseary!" ucap seorang lelaki bersurai hijau dengan iris emas, ia terlihat seumuran denganku.

"Anda mengenal saya?"

"Paras cantik menawan anda dengan rambut perak kebiruan itu dan ornamen mawar biru di pakaian dan perhiasan anda, tentu saja saya akan segera menyadari sosok anda karena anda sangat terkenal di kerajaan ini."

"Oh, apakah aku begitu terkenal?" gumamku sambil berpikir. Saat ia mulai menganggakat tanganku untuk melakukan kebiasaan saat berpikir. Rean segera melingkarkan lengannya di pinggang rampingku dan menariknya. Aku menogak ke atas dan melihat Rean sedang menatapku.

"Karena kamu adalah tunangannya Putra Mahkota, tentu saja membuatmu terkenal hingga ke luar kerajaan, Yu!"

Mata merah Rean bersinar dan bergeser untuk menatap lelaki yang ada di hadapannya dengan tajam.

"Jiwa sekeras berlian, akan berkilau!" Pria itu segera memberi hormat kepada Rean dengan senyuman.

"Nikmati hari anda, Yang Mulia Putra Mahkota! Saya permisi!" sebelum ia berbalik, ia melihatku hingga mata kami bertemu. Pria bersurai hijau itu segera melangkah jauh.

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status