Share

Seventh Story: Nyawa yang Berharga

"Bagaimana kalau bibi bekerja denganku saja?!"

Mendengar penawaran ku, ia menyilang kan tangannya di depan dadanya. "Bekerja dengan mu?! Dunia orang dewasa bukan taman bermain, anak kecil!"

Aku segera membuka tudung jubah yang ku kenakan sehingga ia bisa melihat warna dan iris mataku. Ia tersentak, kemudian tersenyum jahat. Bibi gemuk itu mengaktifkan sihirnya hingga tanah dibawahku naik dan menyelimuti tubuhku. Aku terperangkap oleh gundukan tanah padat tersebut.

'Bodohkah dia!?' Rean tersenyum kaku. Ia berniat melangkah maju namun ia terhenti disaat melihat ekspresiku yang masih tenang.

"Menjadikan dirimu sandera, tentunya aku bisa dapat uang yang sangat banyak. Bukankah begitu, putri Duke Roseary!?" Ucap bibi itu.

"Yang aku tawarkan ratusan kali lipat dari harga yang anda pikirkan untuk menyandera ku! Dan aku akan membiayai perobatan suami anda dan jikalau suami anda sulit disembuhkan oleh dokter aku akan mencari cara untuk menyelamatkan suami anda, bibi!"

"Apa yang bisa dilakukan anak kecil sepertimu?! Jangan bercanda!" Bibi itu mengetatkan tumbukan tanah yang memperangkap tubuhku.

"Aku tidak bercanda!" Tatapanku menjadi tajam. Saat itu, aku mengaktifkan sihir listrikku hingga ikatan antar molekul pada tanah tersebut merenggang hingga menjadi partikel pasir yang bertaburan di sekitar tubuhku.

Bibi gemuk itu dan Rean tercengang.

Rean masih diam disana dan kemudian auranya yang bersemangat terpancarkan di sekitar tubuhnya. "Hee..." Rean menyeringai.

Aku menyadari keberadaan Rean dan iris blue diamond milikku bergerak meliriknya. Pandanganku kembali lurus kedepan, aku berpikir, 'Kenapa ia masih disini!?'

"Bibi masih berpikir kalau anak kecil itu tidak berguna, Countess Vivicy Lobart?!" Ucapku.

Saat itu, Countess melayangkan bongkahan batu ke arahku. Namun, saat bongkahan tersebut akan mengenaliku, bongkahan batu tersebut menjadi partikel pasir.

'Seharusnya aku mengajak Zu! Bibi itu malah menganggap ku adalah ancaman. Dan sepertinya aku hanya perlu tersenyum, 'aku menghembus nafas panjang. "Pokoknya, Bibi Countess! Percayakan saja padaku!" Aku meminta berjabat tangan dan tersenyum dengan tulus.

Countess pun menyerah, kami pun berjabat tangan. "Apa untungnya untuk mu jika kamu memintaku bekerja dengan mu? Lagipula, aku sudah mempermalukan diri sendiri di muka publik."

"Kita bicarakan nanti, bibi Vivi! Untuk suami bibi, aku akan berkunjung besok! Bolehkah?"

Countess tersebut mengangguk sambil tersenyum. Tidak lama setelah itu, Countess Vivicy meninggalkan tempat itu dan kembali pulang dengan pelayannya.

Rean segera menghampiriku, "Kamu tidak segera pulang, Yu? Bukankah sekarang ini sudah larut untukmu?"

"Kamu sendiri! Kenapa kamu bisa ada disini!? Kamu itu putra mahkota dan tidak seharusnya berkeliaran sendirian," aku segera mulai melangkah.

"Oi, Yu! Itu seharusnya kata-kataku!" Ia mengikutiku dan menyamakan langkah kami.

"Apalagi kamu itu perempuan. Tadi saja bibi penuh lemak itu ingin menyandera mu! Bagaimana kalau kamu tiba-tiba diculik saat penculik tahu identitas mu?! Mungkin saja mereka akan mengembalikan mu dengan tubuh yang tidak utuh lagi!"

"Aku tidak peduli dengan itu. Kamu adalah putra mahkota yang akan memimpin kerajaan ini, sudah seharusnya kamu lebih memperhatikan nyawamu sendiri. Meskipun tidak ingin, diriku tidak sebeharga itu dan aku tidak peduli jika mereka ingin segera memutuskan nyawaku."

Mendengar hal itu, Rean segera menyentuh kedua bahuku dan kemudian membentak ku, "Apa kamu anggap nyawamu tidak berharga?!"

Rean menghempas tubuhku ke dinding dengan sihir anginnya, "Kenapa tidak mati saja sekarang?!"

Aku merasakan punggungku terbentur dengan dinding. Hentakan kuat itu membuat ku meringgis menahan rasa sakit. Ia berdiri di hadapanku dan meninju bagian dinding di samping wajahku dengan kuat hingga dinding tersebut retak.

Aku tersentak disaat melihat ekspresi wajahnya yang penuh dengan kebencian dan kemarahannya. Tubuhku tiba-tiba bergetar, aku tidak tahu apa yang sedang ku rasakan. Apakah itu takut, senang, sedih, ataukah marah, aku tidak mengerti. Hanya saja, air mataku mulai turun mengalir di pipi.

Melihat aliran air mata tersebut, Rean pun tercengang. Lalu, ia segera mundur, berbalik, merunduk dan mengucapkan,

"Maaf!"

Aku mengelap air mataku dengan tangan, "Kamu tidak perlu minta maaf. Aku juga tidak mengerti, kenapa aku menangis. Mungkin saja ada debu yang masuk ke mataku!"

"Apaan itu!? ..." Ia terdiam hingga suasana terasa canggung.

Aku masih merasakan suasana resah darinya belum berubah. Aku pun hanya menunggu disana, berdiam diri dan terbenam dipikiranku yang tentunya aku masih mengingat hal tadi. Tidak lama kemudian, ia pun memperhatikanku yang terus diam tanpa melirik ke sosoknya.

"Aku akan mengantarmu pulang!" Ia mencoba meraih lenganku.

Aku segera mundur hingga ia tidak bisa meraih lenganku, "Tidak perlu, lagipula aku tadi pergi sendiri! Kediaman ku jauh dari sini, jadi kamu tidak usah repot-repot!"

"Justru karena jauh, aku harus mengantarmu!" Ia segera kembali mencoba meraih tanganku.

"Aku bisa pulang sendiri! Sampai jumpa!" Aku segera berbalik dan berlari masuk ke keramaian. Saat itu, aku segera berlari secepat kilat hingga tidak ada yang bisa melihat sosokku.

Rean segera berlari mencari ku di sekitar, namun ia tidak dapat menemukanku.

'Apa aku terlalu berlebihan?' pikirnya sambil memandangi tangannya sendiri.

***

Keesokan harinya, Rean datang ke kediaman kami disaat aku dan adikku akan berangkat ke kediaman Countess Vivicy.

"Kenapa dia ada disini, kak Yu!?" Celzuru menunjuk ke sosok Rean yang sedang menghampiri kami.

"Entahlah, dia tidak bilang akan ikut juga. Hanya saja ia ada disana saat ku bicara dengan Bibi Vivi."

Adikku berbisik kepadaku, "Oh ya, kak! Waktu kakak diam-diam keluar, Klea mengatakan kalau kakak sering melakukannya dan juga ia juga mengatakan kalau kakak sendiri yang menyuruhnya untuk tidak melaporkannya ke ayah."

"Tapi, kemarin pertama kali aku keluar diam-diam. Di ingatan Viyuranessa juga tidak ada ingatannya keluar mansion diam-diam. Hanya saja... suasana di tengah kota terasa tidak asing. Mungkin saja masih ada beberapa ingatannya yang belum muncul."

Setelah persiapan kami sudah selesai, kami pun segera berangkat ke kediaman Count Lobart. Aku meminta ayah menyewa dokter untuk Count Lobart dan ayah menerimanya. Meskipun Duke Roseary sangat ditakuti orang-orang karena ketegasannya, ia tidak segan menolong orang lain yang kesusahan. Karena itu, ia sangat diakui oleh para penduduk.

Saat kami sudah tiba di kediaman Count Lobart, Countess menyambut kedatangan kami dan menyediakan jamuan. Ia sangat tersentak saat melihat Rean yang ikut bersama kami. Rean hanya menunjukkan ekspresi sadisnya kepada Countess.

'Kenapa anak-anak zaman sekarang sangat menakutkan?!' batin bibi Vivi.

Kami berserta dokter sedang berada di kamar Count yang mana Count Lobart sedang terbaring disana. Dokter sedang memeriksa kondisi Count dan mempertanyakan gejala yang dialami nya. Dan aku berdiri di belakang dokter memperhatikan tubuh Count yang pucat.

"Kurang darah...?" gumamku.

"Ya, sepertinya begitu, Lady!" Ucap Dokter tersebut setelah mendengar ucapanku. "Dan sepertinya ada masalah di salah satu organnya karena ia merasakan nyerih di sini."

"Di ginjal?"

"Hahaha! Anda pintar, Lady! Mungkin anda bisa jadi dokter!"

Aku bergeleng, "Nggak! Terlalu melelahkan! Bukan, nanti aku akan bosan karena aku cepat bosan!"

"Hahaha, pastinya perlu minat dulu untuk jadi dokter."

"Ya, aku kurang suka profesi itu." Aku menunjuk sosok Count, "Jadi... ini harus dibedah ya, dok?"

"Pastinya, sihir penyembuhan hanya dapat menyembuhkan bagian yang dilihat."

"Owh, seperti itu cara kerjanya! Untuk dibayangkan juga tidak bisa karena struktur organ tiap orang itu berbeda!"

"Jadi, anda sudah mengerti tentang genetik?"

"Aku pernah membacanya." Aku berpikir, 'Tenyata disini juga sama penamaannya. Tapi disini enak sekali, tidak perlu diganti ginjalnya.'

Setelah Dokter memeriksa Count Lobart, dokter tersebut segera memberikan beberapa obat-obatan kepada Countess dan operasinya akan dilakukan beberapa hari kedepan.

_____

See U...

- This is My Story -

by: yukimA15

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status