Elisa melangkah mendekati keduanya, lalu melipat kedua tangannya santai. "Sudah, nostalgianya?" ucap wanita itu sinis. Pandangannya masih tidak bersahabat pada sosok lelaki yang baru saja kemarin menyatakan cinta padanya.
"Kenapa kalian tidak balikan saja? Kalian cocok kok, yang satu penggoda dan satunya lagi..... PENGHIANAT!"
"El...!"
"Apa!!" Emosi wanita itu sudah memuncak, hingga ia tanpa sadar berteriak dan mengundang perhatian para penghuni tempat itu.
"Apa Kak Roy sengaja, ngajak aku ke sini untuk melihat keromantisan kalian berdua?"
"El, ini tidak seperti apa yang kamu lihat. Percayalah." Roy mendekati Elisa, meraih tangan wanita itu, namun segera di tepisnya dengan kasar.
"Lihat apa? Aku bukan anak kecil, Kak? Jika kalian ingin berbalikan, kenapa mengajakku kemari?" Elisa juga terlihat menangis. Bagaimana ia tidak sakit hati mendengar ungkapan Alina tadi yang menunjukkan betapa dekatnya mereka berdua.
"El, kumohon, berhentilah
"Ayo, Nak? Katanya mau ketemu Mama?" Aditya mengingatkan pada gadis kecil tentang tujuannya datang ke sini, lagi pula pria itu merasa tidak enak sendiri saat menyadari kalau ada wanita cantik di sebelah sana yang sejak tadi terabaikan keberadaannya."Tapi Alya masih pengen sama Ayah Roy," rengek bocah itu manja. Alya benar-benar terlihat enggan melepaskan lelaki itu yang sejak tadi menggendongnya."Sini sama Ayah Adit gantian, kasiah tuh Ayah Roy capek, kan sejak tadi udah gendong Alya."Gadis itu memandang wajah Roy sejenak, lalu segera bergerak turun dari gendongan lelaki itu. "Tapi Ayah janji kan, mau nengokin Mama lagi?"Roy hanya mengangguk setuju menjawab pertanyaan Alya. Sejujurnya ia kasihan dengan gadis kecil itu, tapi mau bagaimana lagi, Alina memang harus di rawat agar bisa segera sembuh.Aditya dan Alya kembali menyusuri lorong menuju kamar di mana tempat rawat untuk Alina. Keduanya sama-sama terlihat sedih melihat seorang yang sangat d
Hari-hari selanjutnya di lalui Elisa dengan sangat manis. Mereka mencoba saling memperbaiki diri dan memulainya kembali dari awal. Pernikahan mereka yang semula hanya status kini benar-benar layaknya pernikahan normal seperti biasa. Keduanya sama-sama menerima apapun kelebihan atau kekurangan dari diri mereka masing-masing."Kak, kapan kita mau jemput Rey?" tanya Elisa suatu pagi. Ini kali ketiganya wanita itu menanyakan, setelah beberapa hari yang lalu selalu Roy abaikan."Iya nanti. Kamu sabar dulu ya? Aku masih ada kerjaan penting yang nggak bisa di tinggalin." Selalu saja jawaban itu yang suaminya berikan. Sabar, sabar. Sampai kapan?"Kalau Kakak memang nggak bisa ninggalin kerjaan, bagaimana kalau aku aja yang jemput Rey sendiri?" Elisa mencoba bernegosiasi. Jika ia harus menjemput putranya sendiri, sebenarnya tidak masalah. Tapi lelaki itu yang selalu menghalanginya."Tunggu aku, El? Nanti kita pergi sama-sama." Lelaki itu terlihat sudah rapi. Di pe
"Jangan lupa Kak, belikan aku somay." Isi pesan dari istrinya, membuat Roy mengernyit heran, sejak kapan Elisa suka dengan makanan itu? Bukankah yang ia tahu Elisa kurang suka dengan makanan apa saja yang berbahan ikan. Lelaki itu tidak membalasnya, tapi ia tetap membelikannya untuk Elisa.Roy memacu mobilnya kembali setelah mendapatkan apa yang di minta istrinya. Lelaki itu tiba di halaman depan dan bergegas mencari di mana keberadaan wanita itu."Bik, di mana Elisa?"Bibik yang sedang berada di dapur langsung berbalik, menatap heran sang majikan yang biasanya masih ada di kantor."Nona ada di taman belakang, Tuan.""Oh ya Bik, tolong pindahkan ini ke piring, lalu antarkan segera ke taman." Roy menyerahkan sebungkus somay yang ia bawa, lalu melangkah menuju taman belakang."Kak, kamu udah sampai?" Elisa terlihat berbinar, di letakkan ponsel yang ia pegang, lalu matanya menyipit ke arah kedua tangan suaminya. "Mana pesananku? Tidak ada kah?"
"jadi, maksud Anda istri saya sedang hamil?" Roy mengulangi pertanyaan untuk yang ke sekian kalinya. Menatap tak percaya pada Elisa yang ada di sebelahnya dengan pandangan sama-sama bingung."Iya, Tuan, istri Anda sedang hamil, dan usia kandungannya baru berumur empat minggu.""Apa, Dok? Saya hamil?" Elisa terlambat merespon, di raihnya hasil USG yang ia sendiri tidak paham dengan apa yang tertulis di dalamnya, "Ini beneran kan, Dokter?""Benar, Nona." Dokter pun meyakinkan sekali lagi, bahwa hasil test itu memang benar adanya."Tapi, kenapa usia kandungannya berjalan empat minggu?" Roy kembali menyahut, seingatnya ia berdamai dengan Elisa dan baru melakukan hubungan badan sekitar tiga minggu yang lalu, tapi....?Roy menatap bingung dengan penjelasan Dokter tadi, sempat ada rasa curiga dari pancaran mata lelaki itu. Bagaimana bisa?"Tidak mungkin Dokter, kami melakukannya baru tiga minggu yang lalu, ini kenapa bisa? Atau jangan-jangan----...
Elisa mematut penampilannya di depan cermin, dengan gaun malam berwarna peach dan sedikit memoles wajahnya agar terlihat segar, gadis itu berjalan mantap ke arah kamar Arya yang berjarak tiga kamar dari tempatnya menginap. Malam ini Elisa akan kembali merayu Arya dan berusaha memisahkan laki-laki itu dari wanita yang sangat ia benci. "Ngapain kamu malam-malam datang ke kamarku!" tanya Arya ketus. Laki-laki itu memasang wajah kesal saat melihat tamu yang tengah berdiri di depan pintu. "Kak Arya, bolehkah aku meminjam changer punyamu? Aku lupa tidak membawanya," kata Elisa basa-basi, dia tidak ingin Arya curiga dan mengetahui rencana sebenarnya. "Maaf Lis, aku juga sedang memakainya!" tolak Arya halus. "Sebentar saja, Kak? Aku ada urusan penting dan harus segera menghubungi Papi." Elisa memberikan alasan yang masuk akal pada Arya. "Maaf Lis, sekali lagi tidak bisa! Aku juga sedang memakainya, dari tadi siang hp ku mati. Aku takut membuat istriku
Pria itu masih terus merutuki kebodohannya karena tidak bisa menahan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa melakukannya dengan Elisa?Anak dari orang yang selama ini berbuat baik dan merawatnya hingga sampai saat ini. Dia sungguh menyesal, kenapa jadi lupa diri seperti ini? Dan bagaimana kalau Tuan Andreas mengetahuinya? Karena sudah merasa buntu, akhirnya ia menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk meminta bukti rekaman CCTV hotel, tempat dia menginap bersama Elisa. "Maaf El, aku sungguh tidak bermaksud ingin lari dari tanggung jawab. Aku hanya tidak ingin kau kecewa, saat mengetahui siapa yang bersama mu malam itu." Dia terpaksa meretas rekaman CCTV hotel dan menghilangkan sebagian potongan video untuk menghilangkan bukti. "Kamu boleh menggunakan uang ini dan pergi lah sejauh mungkin." Pria itu menyerahkan segepok uang pada orang yang menjadi suruhannya. "Terima kasih, Tuan. Saya janji tidak akan mengatakannya pada siapa pun." undu
Tuan Andreas yang mengetahui Elisa pingsan karena apa langsung meradang,Ia segera meraih ponsel dan menghubungi Asistennya Roy,karena ingin menanyakan apa saja kegiatan Elisa selama ini.Tuan Andreas menghitung usia kehamilan putrinya sama persis dengan jadwal kepulangannya dari sana,maka dari itu Ia yakin perbuatan itu terjadi saat Elisa berada di luar kota. Kini hanya Roy yang di anggapnya dapat dipercaya,karena laki-laki itu sudah mengabdi cukup lama pada keluarga Andreas. Selama ini pun Roy tidak pernah mengecewakannya,dan Ia sangat yakin jika Asistennya itu selalu bisa di andalkan. Entah berapa puluh kali panggilan,namun Roy tidak juga mengangkatnya,Tuan Andreas bahkan lupa kalau hari ini ada rapat penting,dan Roy lah yang harus memimpinnya ,dikarenakan Elisa yang tiba-tiba ijin tidak masuk kantor Laki-laki itu mengeram frustasi,segera meraih kunci
Sebenarnya sebagai orang tua,Tuan Andreas sangat mengetahui bahwa Elisa dari dulu memang menyukai Arya. Namun dia tidak menyangka akhirnya akan seperti ini. Tuan Andreas dari dulu hanya mengira rasa suka yang Elisa miliki terhadap Arya,hanya sebatas cinta monyet saja.Mengetahui usia Elisa saat itu masih sangat muda,dan Arya pun belum cukup dikatakan dewasa. Bahkan kepulangan Elisa ke Indonesia yang dia sebut sebagai liburan,tidak bisa membohongi orang tuanya bahwa sebenarnya,itu hanya akal-akalan Elisa saja untuk bisa menemui Arya,yang saat itu lebih dulu kembali ke Tanah Air. Diam-diam Tuan Andreas menyuruh salah satu orang kepercayaannya untuk mengikuti Elisa,dan melaporkan semua kegiatan Elisa. Saat mengetahui Arya tidak sama sekali menyukai putrinya,awalnya Tuan Andreas sangat kesal,apa sih yang kurang dari Elisa,hingga ada seorang Pria