Share

Chapter 4 Kontrak Pernikahan

"Tidak! Aku tidak bisa pergi sekarang! Kau lihat apa yang kau lakukan pada mamaku?" Regina berusaha untuk melepaskan diri dari jerat tangan kekar pria tampan ini.

Henry berteriak dengan penuh kemarahan, "Kau masih menganggap orang itu sebagai Mama setelah apa yang dia lakukan padamu? Nona Regina, aku benar-benar tidak mengerti denganmu, kau menerima begitu saja saat diperlakukan tidak manusiawi seperti itu?"

"Benar, Mama, mereka berdua tidak pantas untuk dianggap keluarga," ucap Kevin ikut mengkritik keluarga Tan. Mata polosnya menunjukkan kekhawatiran melihat Regina.

"Kalian berdua tidak tahu apapun! Lepaskan, aku harus memastikan Mamaku baik-baik saja!" Regina melakukan pemberontakan, mencoba melepaskan diri.

Henry justru menarik tangan Regina dengan lebIh kuat. Dia menoleh ke arah anak laki-laki yang berpenampilan mirip dengannya. "Kevin, kau masuk duluan!"

Kevin tidak banyak bicara dan langsung masuk. Henry mendorong Regina masuk ke dalam lalu mengunci pintu mobilnya. Dia mengenggam erat bahu wanita yang menatapnya dengan penuh kebencian. "Nona Regina, kenapa kau begitu keras kepala? Aku tidak menarik tangan wanita tua itu dengan keras, tidak lagipula, aku juga sudah memberikan kompensasi yang cukup besar untuk itu."

"Kalau begitu kau tarik saja apa yang telah kau berikan!"

"Menariknya? Apa kau pikir Tuan Tan akan menerimanya?" cibir Henry membuat Regina tidak bisa berkata-kata. " Kau pasti yang lebih mengenal pria tua itu. Namun, jika kau memang masih nekat untuk tetap di keluargamu yang tidak bermoral itu, aku tidak akan memaksa, aku memberimu waktu 10 detik."

Regina memikirkannya itu. Dia dapat membayangkan ekspresi apa yang akan dibuat oleh keluarganya dan juga hukuman lain yang akan dia tangung. Cengkeraman tangan Regina semakin erat.

"Waktu habis. Karena kau diam, aku akan menganggapmu setuju. " Henry tersenyum puas. "Cepat masuk!"

"Mama, kau tidak akan menyesal tinggal bersama denganku dan Papa. Pasti kau akan lebih bahagia," ucap Kevin dengan antusias.

"Apanya yang bahagia tinggal dengan dua pemaksa." Regina mengatakan dengan begitu pelan, seperti hanya sebuah gumaman untuk dirinya sendiri.

"Apa yang kau katakan?"

"Apa yang mama katakan?"

Ayah dan anak laki-laki dengan kompak bertanya.

"Tidak ada. Aku sedang tidak ingin bicara dengan kalian berdua!" ucap Regina.

Henry justru mencubit pipi Regina. "Kau ternyata bisa juga merajuk dan membuat ekspresi imut ini? Aku kira kau hanya bisa menunjukkan wajah seperti Harimau betina yang siap menerkam semua orang. "

"Lepaskan tanganmu, itu tidak lucu!" ucap Regina menepis tangan Henry.

"Mama, apa aku perlu mencubit pipi Papa untukmu?" ucap Kevin tiba-tiba .

Regina menoleh ke arah anak laki-laki itu. "Baiklah, cubit pipinya dengan keras!"

Regina memindahkan tubuh mungil itu ke tengah agar dekat dengan Henry.

"Oh, kau ingin mencubit pipiku? Lihat, lebih cepat aku atau kau yang melakukannya!" Henry menganggap ini sebagai tantangan.

"Ok!" Tangan kecil itu dengan lincah dapat mencubit Henry begitu juga dengan Henry.

"Papa tidak bisa mengalah pada anak kecil?" ucap Kevin dengan nada menegur.

"Ini adalah pertarungan, tidak ada yang namanya kalah mengalahkan. Semua harus imbang."

Regina hanya menjadi penonton dan menyaksikan pria dewasa dan seorang anak kecil yang sama-sama tidak mau mengalah walau kedua pipi mereka sudah merah.

Regina tiba-tiba tertawa melihat wajah merah mereka. Tawa renyah yang lepas kendali membuat Kevin dan Henry menoleh.

"Nona Regina , apa kau baru saja tertawa?" tanya Henry seolah menanyakan sesuatu fenomena langka terjadi.

Regina dengan cepat berhenti tertawa. "Tidak. Kau salah lihat. Lebih baik kalian berhenti bertengkar dan bersikaplah tenang." Regina mengalihkan pandangan ke arah lain dan kembali menunjukkan topeng ekspresi datar yang biasanya dia gunakan.

***

Mereka sampai di rumah. Kevin keluar dan masuk ke dalam rumah dengan santai.

Para pelayan menyapa mereka.

"Paman, kau benar-benar tidak banyak berubah ya. Tidak, kau tidak lagi memiliki keriput," ucap Kevin pada kepala pelayan.

Kepala Pelayan menatapnya dengan kebingungan. Tidak hanya dia yang bingung, tapi Henry juga.

"Papa, aku ke kamar dulu ya. " Kevin langsung pergi begitu saja dan berjalan menuju tangga.

"Hei, tunggu! Biarkan pelayan mengantarmu ke kamarmu."

"Tidak perlu. Aku bukan anak umur 3 tahun yang tidak bisa mengenali kamarku." Kevin menaiki tangga dengan cepat.

"Ikuti dia, siapa tahu dia nanti salah masuk kamar," ucap Henry.

Salah satu pelayan wanita dengan cepat keluar dari barisan dan mengejar anak laki-laki itu.

"Kepala Pelayan, apa kau akrab dengan anak itu dan membawakan ke rumah?" tanya Henry menatap kepala pelayan dengan curiga.

"Tidak, Tuan. Saya tidak mungkin berani membawa orang masuk. Anak itu, siapa dia? Dia kelihatan mirip dengan Tuan Muda."

"Aku akan memberitahu lain kali, untuk sekarang perlakuan dia dengan baik!"

"Baiklah, Tuan. Namun, kenapa Nona Tan juga ada di sini malam-malam begini?" tanya Kepada pelayan heran.

"Dia akan tinggal di sini untuk waktu yang lama." Henry menarik tangan Regina. "Ayo, ikut denganku ke ruanganku."

Para pelayan menatap kedua orang itu dengan heran karena dua orang musuh justru bersama.

***

Di dalam ruang kerja milik Henry, sudah ada Asistennya di sana. "Apa kau sudah menyiapkan kontrak yang aku minta?" tanya Henry.

Asistennya menyerahkan dokumen itu. "Saya juga sudah mengirim sampel ke lab dan hasil tes DNA bisa diakses online setidaknya 1 Minggu."

"Minta mereka percepat!"

"Ya, Tuan Muda."

"Regina, duduklah. Kita akan mulai membuat kontrak pernikahan. Periksalah dan katakan hal yang membuatmu keberatan dalam kontrak ini." Henry memberikannya pada Regina.

"CEO Jian, bukankah anak itu masih belum dipastikan anakku juga? Kita tidak harus menikah!" ucap Regina.

"Tidak perlu menikah kau bilang? Aku sudah memberikan tanah di kota B untukmu, tapi kau justru menolaknya? Apa kau ingin tetap dalam kendali orang tua jahat itu?" Henry menujukkan wajah ketidakpuasan.

"Bagaimana jika aku membukanya dengan tanah yang lain atau set apartemen di--"

"Apa kau yakin bisa melakukannya? Bukankah semua itu masih di kendalikan oleh Tuan Tan?"

"Apapun itu, aku akan membayarnya asalkan kita tidak menikah. Lagipula kita berdua tidak cocok satu sama lain dan hanya ada kebencian sekaligus persaingan di antara kita. Melanjutkan juga akan berujung pada kehancuran. " Regina dengan teguh menolak.

"Nona Regina, lebih baik kau baca dulu kontraknya. Lagipula, kita berdua pasti akan mengalami pernikahan demi keuntungan bisnis. Daripada kita mendapatkan orang asing, kenapa kita tidak bekerja sama? Hanya 2 tahun menjadi pasangan, setelah itu kita akan bercerai!" Henry memberikan penawaran.

Regina belum sempat menjawab ketika suara keras terdengar.

Brak

Pintu tiba-tiba saja di buka dengan kasar. "Bercerai? Tidak! Tidak boleh ada perpisahan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status