Kehidupan terus berjalan seiring dengan perputaran sang waktu, hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulanpun berganti tahun, tanpa terasa kehidupan diatas jagat raya terus berjalan seperti biasanya. Sementara itu keadaan diatas jagat raya ini tengah menganut sebuah hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang berkuasa, tepatnya masa itu disebut sebagai masa dunia persilatan.
Para pendekar dari seluruh sentero jagat terus memperdalam ilmu kesaktian yang mereka miliki untuk menjadi yang nomor 1 dan yang terkuat dijagat raya ini, golongan putih dan golongan hitam terus saling berlomba-lomba untuk mencapai tingkatan tersebut, tak perduli berapa nyawa yang harus melayang karena tujuan itu, nama dan kedudukan menjadi pendekar yang tak terkalahkan telah membutakan mata setiap orang yang haus akan besarnya sebuah nama untuk ditakuti dan disegani baik oleh lawan maupun kawan.
Dan hal itu pulalah yang saat ini terjadi disebuah pulau yang terkenal akan kekayaan buminya yang subur, gemah ripah loh jinawi, pulau yang dikenal sebagai tanah jawa, pulau yang telah menciptakan banyak pendekar yang namanya begitu terkenal hingga keberbagai belahan penjuru angin.
Seperti dibelahan bumi lainnya, ditanah jawapun terdapat dua golongan pendekar, golongan hitam maupun golongan putih, tidak seperti golongan hitam yang berjuang secara sendiri-sendiri, golongan putih justru saat ini mempersatukan diri untuk memerangi pendekar-pendekar dari golongan hitam, dan sebagai pucuk pimpinan aliran putih, ditunjukkan tiga orang datuk yang terkenal dengan sebutan tiga datuk.
Ketiga datuk inilah yang kini menjadi pucuk pimpinan tokoh-tokoh aliran putih dalam menentukan langkah dalam menghadapi tokoh-tokoh aliran hitam, adapun nama ketiga datuk yang tergabung dalam sebutan tiga datuk itu adalah Datuk Api, Datuk Angin dan yang paling tertua diantara mereka Datuk Langit.
Ketiganya begitu amat dihormati dan disegani keberadaannya didunia persilatan, bukan saja karena ketinggian ilmu yang mereka miliki, tapi juga karena kesantunan dan kemuliaan sikap yang dimiliki ketiganya, konon sudah begitu banyak tokoh-tokoh aliran hitam yang tewas ditangan ketiganya, hingga namanya ketiganya sebagai tiga datuk begitu amat disegani baik oleh lawan dan menjadi momok menakutkan bagi tokoh-tokoh aliran hitam.
Dan kali ini kita akan singgah disebuah tempat yang bernama Lembah Obat, dimana ditempat itu tinggal seorang tokoh dunia persilatan dari aliran putih yang namanya begitu amat dikenal didunia persilatan hingga keberbagai belahan penjuru angin dialam jagat raya ini, tapi kebesaran dan kemasyuran namanya bukan karena ketinggian dan kesaktian ilmu kanuragan yang dimilikinya, melainkan karena kehebatannya dalam meramalkan sebuah kejadian, hingga tokoh-tokoh rimba persilatan memberikan gelar sebagai Peramal 5 Benua padanya, tapi bagi sebagian tokoh lainnya memberikan gelar sebagai Dewa Obat. Karena selain kehebatan dalam meramal sesuatu, Peramal 5 Benua juga seorang tabib sakti yang dalam hal pengobatan tidak perlu diragukan lagi.
Malam itu di Lembah Obat, tepatnya diatas sebuah batu yang cukup besar yang berada didepan sebuah gubuk tua, tampak sesosok tubuh kurus renta dengan pakaian yang begitu sederhana tengah duduk tenggelam dialam semedinya, disebelahnya tampak pula tertancap sebuah tongkat usang yang sudah begitu tua, dikepalanya tampak sebuah batok kelapa kering yang entah sudah seberapa lama berada diatas kepalanya, wajahnya tampak begitu lusuh, rambutnya sudah terlihat memutih semua, dialah si Dewa Obat atau yang lebih dikenal sebagai Peramal 5 Benua.
Entah sudah seberapa lama sosok Peramal 5 Benua melakukan tapa brata diatas batu besar itu, yang jelas terlihat batu yang telah didudukinya itu telah berlumut dan ditumbuh akar-akaran yang merayap menutupi tubuhnya.
Sementara itu dilangit, rembulan tampak bersinar dengan terangnya, taburan Bintang-Bintang menghiasi cakrawala langit semakin menghiasi keindahan alam jagat raya ini.
Tapi tiba-tiba saja kedua mata Peramal 5 Benua yang sejak tadi tertutup terbuka, anehnya, wajahnya terlihat langsung menatap kearah angkasa, sekilas terlihat keningnya berkerut, seperti ada sesuatu yang menjadi pemikirannya, dan tiba-tiba saja Peramal 5 Benua terlihat mulai mengitung jari jemarinya, hal ini biasa dilakukannya bila dia akan meramalkan segala sesuatu.
“Tidak salah, menurut wangsit yang kuterima, malam ini hal itu akan terjadi.......”. ucap Peramal 5 Benua, aneh, seakan-akan dia berkata pada dirinya sendiri.
“Tapi kenapa tidak ada tanda-tanda sedikitpun, ataukah wangsit yang kuterima itu hanyalah angan-anganku belaka......”. Sesaat terlihat Peramal 5 Benua kembali menatap kearah langit.
“Titisan Putra Bintang.......ah, tidak mungkin salah, aku jelas-jelas mendengar nama itu dalam tapa brataku selama beberapa bulan ini....... tapi kenapa malam ini sepertinya biasa-biasa saja......”. batin Peramal 5 Benua lagi. Setelah beberapa saat akhirnya terlihat Peramal 5 Benua menarik napas panjang.
“Ah mungkin apa yang kudengar itu hanyalah berita kosong belaka.....”. ucap Peramal 5 Benua lagi memutuskan untuk mengakhiri tapa bratanya, dan betapa terkejutnya Peramal 5 Benua saat menyadari keadaan dirinya yang sudah mulai ditutupi oleh akar-akaran pepohonannya.
“Kurang asem......”. dengan menggerutu kesal dia membersihkan tubuhnya yang sudah mulai kotor dan lusuh.
“Ggggrrrrrzzzgggghhhhh............”. tapi belum lagi Peramal 5 Benua membersihkan seluruh tubuhnya, tiba-tiba saja bumi terasa bergetar hebat dan terus bergetar.
“Ggg....gempa bumi.....”. ucap Peramal 5 Benua dengan cepat menguasai keadaan dirinya yang hampir saja terjatuh, getaran hebat itu terus menggila dan terus menggila.
“Kiamat.....kiamat....oh Gusti Hiang agung, hamba belum ingin mati, hamba belum ingin mati.......”. ucap Peramal 5 Benua terlihat panik dengan langsung memeluk batu besar yang ada dihadapannya, Peramal 5 Benua tak kuasa untuk tidak menutup matanya karena kerasnya getaran yang terjadi, baru kali ini Peramal 5 Benua terlihat ketakutan seperti itu. Cukup lama hal itu terjadi hingga akhirnya keadaan kembali tenang.
Setelah merasakan tidak adanya getaran lagi, Peramal 5 Benua baru berani membuka matanya kembali.
“Oh Gusti, syukurlah dunia belum kiamat......”. ucap Peramal 5 Benua mengucap syukur, tapi tiba-tiba saja gerakan Peramal 5 Benua terhenti.
“Astaga, kenapa aku begitu bodoh sekali, jangan-jangan gempa hebat yang terjadi barusan tadi merupakan tanda-tanda seperti yang dimaksudkan dalam kelahiran Titisan Putra Bintang yang kudengar itu..... astaga, jangan-jangan hal itu benar......”. ucap Peramal 5 Benua lagi tak habis pikir. Sejenak peramal 5 Benua kembali menatap kearah langit.
“Tidak mungkin salah, alam begini tenang, kenapa tiba-tiba sampai terjadi gempa hebat seperti itu.......”. ucap Peramal 5 Benua tak habis pikir.
***
Gempa hebat yang terjadi semalam, ternyata tidak saja terjadi di Lembah Obat, tapi hampir terjadi diseluruh alam jagat raya ini, hingga keesokan harinya terjadi kegegeran dan kegemparan diseluruh alam jagat raya ini karena terjadinya gempa bumi yang sama sekali tidak diduga dan tidak diraba kedatangannya. Seketika saja berita tentang gempa bumi hebat itu menjadi bahan pembicaraan dimana-mana, berbagai persepsi diutarakan oleh setiap orang, tapi yang mana yang benar, tidak ada seorangpun yang dapat menjamin kebenaran akan hal itu. Tapi sebagian tokoh-tokoh yang sudah mumpuni, gempa hebat yang terjadi semalam bukanlah gempa biasa, melainkan suatu pertanda besar yang akan terjadi di alam jagat raya ini. Tapi merekapun masih tetap bertanya-tanya tentang hal itu. Tidak ada seorangpun yang dapat merabanya secara pasti. Bagi beberapa yang tahupun hanya menyimpannya menjadi rahasia dirinya sendiri. Oleh karena pristiwa besar yang mengundang seribu macam pertanyaan dan
Cukup lama, tidak ada yang membuka suara mengenai hal itu, hingga akhirnya ketiga datuk terlihat menarik napas panjang, akankah pertemuan kali ini tidak akan menghasilkan apapun. “Tunggu.....!!”. tiba-tiba saja sebuah suara terdengar diiringinya dengan berkelebatnya satu sosok bayangan melesat dan turun tepat ditengah-tengah mereka. Semua mata kini langsung tertuju kearah sosok yang kini telah berada ditengah-tengah mereka, rupanya sosok tersebut adalah sosok seorang kakek yang berpakaian putih, tapi bukan hal itu yang aneh pada sosok kakek yang satu ini, wajahnya terlihat begitu memerah, sementara ditangannya tampak sebuah bumbung tuak yang sesekali dituangkannya kedalam mulutnya, dapat dipastikan kalau merahnya wajah sikakek tentu karena minuman tuak yang ada ditangannya, rambutnya terlihat memutih, padahal wajahnya masih belum begitu tua, kedua matanya terlihat seperti orang yang tengah mengantuk, bahkan gaya berdirinya saja seperti orang yang mau jatuh. A
Matahari masih bersinar dengan teriknya siang itu, sinarnya yang panas menyengat seakan ingin membakar semua apa yang ada diatas permukaan bumi ini, hingga tak heran banyak orang lebih memilih untuk tetap berada didalam rumah mereka karena mereka tak tahan akan panasnya sinar matahari pada siang itu. Diantara teriknya terpaan sinar sang surya, sebuah lembah terlihat berdiri dengan suburnya, sejauh mata memandang, pohon-pohon berbagai jenis dan ragam tumbuh dengan suburnya dilembah tersebut, dari jenis yang mudah ditemui hingga sampai jenis yang amat langka sekalipun ada dilembah itu, hingga tak heran orang-orang dunia persilatan memberikan nama Lembah Obat kepada lembah tersebut, tapi keberadaan Lembah Obat ini hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya. Sehingga bisa terbilang sangat jarang ada orang yang dapat mencapai tempat itu. Siang itu, dua sosok tubuh tampak berjalan menaiki Lembah Obat, keduanya adalah dua sosok kakek-kakek yang mengenakan serba putih, g
“Benua, kedatanganku kemari bersama Datuk Langit adalah karena......”. “Aku sudah tahu maksud kedatangan kalian semua, kalian pasti ingin menanyakan tentang pertanda gempa besar yang terjadi beberapa waktu yang lalu.......” “Benar, kedatangan kami memang ingin menanyakan tentang hal itu Peramal 5 Benua......”. ucap Datuk Langit lagi “Ah, jangan terlalu berbasa basi seperti itu datuk, panggil saja namaku seperti yang lainnya.......” “Weleh....weleh, kau memang hebat Benua, tak heran namamu sebagai Peramal 5 Benua tidak diragukan lagi......”. “Bujul buneng, sudah-sudah, sekarang katakan pada kami Benua, apa sebenarnya arti pertanda dari gempa besar itu, aku sudah tidak sabar untuk mendengarnya......”. “Memang gempa besar yang terjadi beberapa waktu yang lalu bukan kejadian biasa, tapi nanti saja aku akan menjelaskannya pada kalian, karena kita masih akan kedatangan seorang tamu lagi.....”. ucap Benua lagi hingga membuat semua yang ada di
“Mengejutkan apa !! cepat katakan Benua, jangan membuatku penasaran.......”. ucap Sigila Tuak lagi cepat dengan tidak sabar. “Dia mengatakan tentang sesuatu yang mungkin sebagian dari kita pernah mendengarnya, tapi kita menganggap hal itu hanyalah sebuah cerita kosong belaka, bahkan aku sendiri pernah mengaggap kalau cerita itu juga hanyalah isapan jempol belaka, tapi ucapannya membuatku tersadar kalau apa yang selama ini kudengar itu bukanlah omong kosong.......”. ucap Benua lagi. “Bujul buneng, kau semakin membuat kami bingung Benua, cepat jangan berbelit-belit......”. ucap si Raja Cebol lagi cepat. Peramal 5 Benua hanya tampak menarik napas panjang seraya memandangi raut-raut wajah yang ada dihadapannya yang sepertinya sudah tidak sabar untuk mendengar ceritanya. “Legenda tentang kelahiran Raja Dunia Kegelapan, Pangeran Iblis........”. ucap Benua lagi. Ucapan itu cukup membuat semua tokoh-tokoh persilatan yang ada ditempat itu menjadi saling pandang satu s
Hari demi hari terus berjalan, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan tanpa terasa waktu terus bergulir tanpa ada yang mampu mencegahnya. Kehidupan diatas muka bumi terus berjalan sebagaimana biasanya. Masing-masing orang bergelut dengan kegiatan dan aktivitasnya masing-masing, seakan-akan ingin berlomba-lomba dengan kecepatan sang waktu. Pulau Jawa adalah sebuah pulau yang terkenal akan kesuburan tanahnya, kemakmuran kehidupan rakyatnya, hingga tak heran pulau ini menjadi begitu banyak incaran kaum-keum penjajah dimasa yang akan datang. Pada masa itu ada banyak kerajaan besar dan kerajaan kecil yang berdiri ditanah jawa, bahkan tidak jarang kerajaan-kerajaan kecil menjadi incaran dan jajahan kerajaan-kerajaan besar, tapi begitulah keadaan yang terjadi saat itu, siapa yang kuat dialah yang berkuasa. Salah satu kerajaan yang saat ini tengah berkembang dengan pesat, bukan saja karena kemakmuran dan kekayaan alamnya, tapi juga karena kekuatan angkatan perang ya
Lima Tahun berlalu tanpa terasa, kehidupan terus berjalan seperti biasanya. Sementara itu kerajaan Karang Sewu semakin tumbuh dan berkembang menjadi sebuah kerajaan yang kuat dan sangat dihormati oleh kerajaan-kerajaan lainnya. Dan hari ini merupakan hari yang paling membahagiakan bagi orang-orang kerajaan Karang Sewu, karena tepat pada hari ini merupakan hari lahirnya kerajaan Karang Sewu ditanah jawa, sehingga tak heran pada hari ini Gusti Prabu Karang Sewu memerintahkan untuk merayakan hari itu dengan pesta yang meriah. Perayaan seperti ini memang telah biasa dilakukan oleh Gusti Prabu Karang Sewu setiap tahunnya dalam rangka memperingati kelahiran kerajaan Karang Sewu ditanah jawa hingga besar seperti saat ini. Sebagaimana pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun inipun dalam rangka perayaan tersebut akan diadakan pertandingan adu ilmu kanuragan bagi para putra-putra petinggi kerajaan Karang Sewu. Dan dalam adu pertandingan ilmu kanuragan inipun boleh disaksikan o
“Hidup Raden Bintang.....hidup.....!!”. tiba-tiba saja riuh suara penonton mendukung Bintang untuk menerima tantangan Raden Santang, Bintang mengedarkan pandangannya kearah para penonton yang terus memberikan dukungan padanya. Sesaat Bintang kembali mengalihkan pandangannya kearah Raden Santang yang masih berdiri angkuh diatas panggung arena, dukungan para penonton kepada Bintang tentu saja semakin membuat panas hati Raden Santang. Memang selama ini Raden Santang sangat dikenal keangkuhan dan kesombongannya terhadap para penduduk kota raja, berbeda sekali dengan Raden Bintang putra Gusti Patih Setyo Pinangan yang selalu tidak pandang derajat dalam berteman. Keriuhan para penonton kian terdengar saat melihat Bintang akhirnya menaiki panggung arena tersebut, ditempatnya Raden Santang terlihat tersenyum sinis. “Akan kupermalukan kau dihadapan Gusti Prabu hari ini Bintang.......”. batin Raden Santang lagi. Akhirnya keriuhan tersebut berubah hening, saat k