"Aku sudah reservasi di dalam maupun di luar resto. Kamu pilih kita makan dimana?" Alena tidak bergeming. Matanya masih menatap area sekitar restoran yang dipilihkan Sanjaya untuk acara makan siang mereka dengan pandangan tertawan. Binar mata Alena tidak bisa berbohong jika dirinya menyukai tempat itu. "Lena?" panggil Sanjaya sekali lagi."Tempatnya keren banget, Mas."Sanjaya tersenyum mendengar tanggapan Alena yang terasa seperti sebuah pujian atas pilihannya yang tepat. Bahkan bisa sampai membuat Alena mengabaikan pertanyaannya. "Di luar kita bisa makan dengan pemandangan laut lepas, tapi mungkin bakalan agak panas meski ya tetap sejuk karena anginnya lumayan kencang. Kalau di dalam pasti lebih teduh dan ada live musiknya. Kamu pilih yang mana? Dua-duanya sudah aku reservasi." "Di luar dulu ya, Mas. Kalau ternyata panasnya makin menyengat, baru pindah ke dalam." Sanjaya mengangguk setuju dan mereka menuju meja yang sudah dipesan sebelumnya. Buku menu memanjakan mata Alena. Mem
Kepulangan Alena dan Sanjaya disambut dengan tumpukan barang yang familiar di depan kamar kos Alena. Sanjaya tidak tahan untuk tidak segera berkomentar. "Koper dan barang-barang kamu kenapa ada di luar kamar, Len?" Sanjaya bertanya pada Alena yang masih membuka mulut dengan bola mata terbelalak karena sama terkejutnya. Belum sampai menjawab apapun, suara lantang dari belakang mereka menjelaskan dengan sangat gamblang. "Barang-barang kamu sudah saya bereskan. Segera angkat kaki dari sini karena kamar itu sudah saya sewakan buat orang lain yang lebih mampu bayar sewa kamar tepat waktu." Alena menggeser tubuhnya meraih tangan ibu kos yang berdiri tegak. Wajahnya kaku dan dingin. Berbanding terbalik dengan ekspresinya ketika mereka bertemu pertama kali, saat Alena hendak menyewa kamar kos tersebut. "Bu, maaf banget aku telat bayar sisa DP-nya. Tapi begitu aku gajian, pasti aku lunasi kok sekaligus bulan berikutnya. Tolong banget ya, Bu. Jangan usir aku malam-malam begini," pinta Alen
'Jadi istri kedua Mas Jaya? Seandainya beneran bisa.' Pertanyaan singkat Sanjaya untuk menjadikan Alena sebagai istri kedua terus terngiang-ngiang di gendang telinganya. Ludahnya seakan mengeras hingga sulit sekali ditelan untuk melewati tenggorokannya. Situasi akibat plan B yang digagas Zahera berakhir sesuai rencana. Bahkan Alena merespon kejadian demi kejadian dengan sangat natural. Dia merasakan syok dan kesedihan yang nyata. Tidak heran jika Sanjaya juga terperangkap dengan mudah.Alena memang tahu pengusiran dari kosnya itu sudah direncanakan oleh Zahera. Tapi detail rencananya tidak dijelaskan sehingga Alena tetap syok saat mendapati pengusiran yang tegas dari pemilik tempat tinggalnya tersebut. Alena sampai sempat berpikir ibu kos tersebut sungguhan mengusirnya atau akting seperti yang sudah direncanakan oleh Zahera. Jika hanya akting, maka ibu kos mungkin harus diberi penghargaan karena sangat meyakinkan. Sampai-sampai Alena ingin menangis sungguhan dibuatnya.'Gitu kali y
"Kak, kenapa kamu biarin si Alena tinggal satu rumah sama Mas Jaya? Bukankah itu terlalu beresiko ya?" cecar Alvino, yang dari awal memang sudah tidak suka dengan rencana balas dendam Zahera dan Alena pada Sanjaya.Zahera sendiri tidak heran saat adik laki-lakinya menyerang dengan pertanyaan tersebut. Sejak melihat Alvino meneror dengan melakukan panggilan suara di ponselnya, Zahera sudah menduga akan diberikan pertanyaan seperti ini darinya. Membuat Zahera sangat enggan untuk menerima panggilannya. Sayangnya Alvino tidak gentar untuk terus melakukan panggilan kepada Zahera hingga akhirnya terjawab seperti saat ini. Kemudian dengan berani langsung memojokkan Zahera atas rencananya yang tidak disukai Alvino.Ck. Zahera berdecak kesal.Jika boleh jujur, Zahera sendiri tidak menyangka jika rencananya kali ini sampai harus membuat Alena tinggal di kontrakan Sanjaya. Dia pikir, Sanjaya hanya akan menyewakan tempat baru untuk Alena. Tapi ternyata, suaminya bertindak lebih dari yang dibayan
Alvino menguap dengan wajah kuyu. Semalaman Alvino tidak tidur hanya untuk memperhatikan layar komputernya yang menampilkan gambar situasi di kamar Sanjaya. Rasanya tidak rela membiarkan Alena tidur sekamar dengan kakak iparnya tersebut. Ingin sekali rasanya Alvino mencari penerbangan tercepat menuju Balikpapan. Tapi tidak mungkin dilakukan karena kesibukannya tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Pekerjaan sampingannya juga menumpuk untuk dikerjakan. Tanggung jawabnya masih banyak di sana.Terlebih dari tempat tinggalnya saat ini, Alvino tidak bisa langsung terbang ke Balikpapan. Dia harus transit di Ibu Kota Jakarta dulu sebelum kemudian terbang kembali ke Balikpapan. Akan memakan waktu setengah hari sendiri hanya untuk menunggu waktu transit.Sampai pagi ini, Alvino masih tidak beranjak dari tempatnya duduk melihat aktivitas pagi di kamar Sanjaya. Alvino menyalakan audio dari alat sadap suara yang terpasang di rumah Sanjaya, untuk mengetahui apa yang mereka katakan, karena kamera C
'Ternyata kamu tetap telepon ke rumah di jam yang sama seperti biasanya. Aku kira kamu bakalan melewatkannya karena sudah ada Alena di sana,' batin Zahera menatap layar ponselnya yang berdering dengan menampilkan nama dan foto suaminya. Zahera menarik napas dalam-dalam sebelum menerima panggilan tersebut. Menyiapkan diri sebaik-baiknya supaya tidak terlihat mencurigakan. Jika Sanjaya bisa berakting di depannya selama ini, maka Zahera pun pasti bisa menyamainya. "Halo, Pa," sapa Zahera dengan ramah seperti biasanya. "Halo, Mama sayang. Kamu lagi apa, Ma?"'Masih bisa ya, Mas. Kamu panggil aku sayang-sayang, setelah apa yang kamu lakukan di belakang aku,' batinnya lagi. Zahera semakin yakin jika selama ini dia terlalu bodoh karena meyakini ketulusan suaminya sampai tidak tahu sedang dicurangi di belakangnya."Lagi siapin sarapan buat Abi, Pa. Kamu sendiri lagi apa, Pa?""Jalan pagi sekalian cari sarapan juga, Ma. Kamu masak apa? Abi sudah bangun kan, Ma?" "Abi udah bangun kok, Pa.
"Maaf, kamu udah nunggu lama ya?"Sanjaya baru pulang dari luar dengan membawa dua bungkus nasi uduk untuk sarapan bersama Alena. Padahal saat di warung makan tadi, Sanjaya sudah makan di tempat karena Zahera yang memintanya, dengan alasan ingin makan bersama Sanjaya meski hanya tersambung melalui video call saja. Karena tidak mungkin video call sambil sarapan di rumah saat ada Alena, maka Sanjaya menurut untuk makan di tempat sambil video call dengan anak istrinya. "Ayo sarapan dulu," ajak Sanjaya pada Alena. "Makasih banyak ya, Mas. Aku jadi keenakan dong. Udah numpang tidur, masih dikasih sarapan juga," ucap Alena sambil memamerkan deretan gigi rapinya."Jangan dipikirin. Katanya mau jadi sugar baby aku? Masa dikasih sarapan nasi uduk aja mau sungkan?" godanya lebih berani dari biasanya. Alena tersipu sampai wajahnya memerah. 'Ah, sepertinya benar. Perangai aslinya mulai kelihatan begitu ada kenaikan level status hubungan seperti ini,' batin Alena dalam diam. 'Tapi kenapa bawa
"Beruntung tadi di jalan macet, jadi sampe sini udah gelap. Makin bagus pemandangannya.""Baru ini aku dengar orang habis kena macet tapi malah bilang beruntung," kekeh Sanjaya menanggapi ucapan Alena. "Setiap hal baik maupun hal buruk yang kita alami, pasti ada hikmah yang bisa disyukuri, Mas. Sekecil apapun itu," jelas Alena. Sanjaya mengangguk tanda setuju. Diam-diam menyukai cara berpikir Alena yang sangat bijak. Alena dan Sanjaya baru saja sampai di Sky Bar. Restoran yang terletak di lantai paling atas tepatnya lantai 8 dari Hotel Gran Senyiur, Balikpapan. Alena dan Sanjaya disambut ramah oleh pelayan restoran. Seperti biasanya, Sanjaya sudah bersiap dengan melakukan reservasi untuk mereka berdua. Sky Bar memiliki tempat yang strategis di tengah kota. Selain itu juga menarik karena berada di ketinggian. Dari tempat ini mereka bisa menikmati pemandangan malam Kota Balikpapan yang indah. Tempatnya juga nyaman dan menyenangkan. Penataan furniturnya sangat baik dan tertata rapi.