Share

5

oyan nasional Indonesia, "Bhinneka Tunggal Ika" (Berbeda-beda namun tetap satu), bermakna keberagaman sosial-budaya yang membentuk satu kesatuan/negara. Selain memiliki populasi penduduk yang padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

Indonesia adalah anggota dari Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) dan satu-satunya anggota yang pernah keluar dari PBB, yaitu pada tanggal 7 Januari 1965, dan bergabung kembali pada tanggal 28 September 1966. Indonesia tetap dinyatakan sebagai anggota yang ke-60, keanggotaan yang sama sejak bergabungnya Indonesia pada tanggal 28 September 1950. Selain PBB, Indonesia juga negara anggota dari organisasi ASEAN, KAA, APEC, OKI, G-20, dan sebentar lagi akan menjadi anggota OECD.

Etimologi

Kata "Indonesia" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang merujuk kepada sungai Indus di India dan nesos yang berarti "pulau".[24] Jadi, kata Indonesia berarti wilayah "kepulauan India", atau kepulauan yang berada di wilayah Hindia; ini merujuk kepada persamaan antara dua bangsa tersebut (India dan Indonesia).[25] Pada tahun 1850, George Windsor Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu".[26] Murid Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India.[27][28] Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859) yang ditulis oleh Multatuli mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).[16]

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik.[16] Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.[25]

Sejarah

 

Bagian ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.

Cari sumber: "Indonesia" – berita · surat kabar · buku · cendekiawan · JSTOR
 (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk menghapus pesan templat ini)

Sejarah Indonesia terdiri dari banyak tahapan/periode. Secara garis besar, sejarah Indonesia terdiri dari periode prasejarah, periode kuno/klasik, periode pertengahan, periode kolonialisme, periode awal kemerdekaan, dan periode modern.

Periode prasejarah

Fosil-fosil manusia purba seperti Homo erectus, yang oleh antropolog juga dijuluki "Manusia Jawa", menimbulkan dugaan bahwa kepulauan Indonesia telah mulai berpenghuni pada antara dua juta sampai 500.000 tahun yang lalu. Namun kebenaran tentang hal ini banyak diperdebatkan.[29]

Hingga tahun 75000 Sebelum Masehi, daratan Nusantara bagian barat (kira-kira kepulauan sebelah barat termasuk Sumatra, Jawa, dan Kalimantan sekarang) masih menyatu dengan daratan utama Asia. Pada abad ini pula terjadi erupsi Gunung Toba, yang disebut-sebut sebagai salah satu letusan gunung api terbesar sepanjang sejarah yang menyebabkan perubahan iklim yang dikatakan hampir memusnahkan populasi manusia modern saat itu. Umat manusia sendiri sebenarnya belum sampai ke Sumatra, gelombang migrasi dari Afrika ikut terhenti untuk sementara akibat erupsi ini. Gunung Toba kemudian tenggelam dan kalderanya membentuk sebuah danau besar dengan nama yang sama.[butuh rujukan]

Sekitar 25000 SM, gelombang migrasi pertama manusia modern sampai di dataran Nusantara. Peradaban awal dan kebudayaan awal mulai terbentuk saat zaman Holosen (10.000 tahun Sebelum Masehi) menandai berakhirnya zaman es dan dataran ini mulai terpisah dari daratan utama Asia lalu terpecah hingga membentuk kepulauan Nusantara seperti sekarang. Sejak saat itu, bangsa Melanesia yang merupakan bangsa manusia modern pertama di Nusantara membentuk kebudayaan-kebudayaan awal.[butuh rujukan]

Kedatangan bangsa Austronesia dari daratan Taiwan yang mulai tiba di Nusantara sekitar 2000 tahun SM menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan, meskipun ada sebagian yang berasimilasi/akulturasi dengan pendatang tersebut.[30] Dengan kondisi tanah vulkanis yang subur, melimpahnya keanekaragaman hayati, ditambah dengan kemampuan bercocok tanam yang dimiliki manusia saat itu menyebabkan kegiatan pertanian dan pemukiman mulai terbentuk dan berkembang pesat.[31] Peradaban-peradaban maju seperti Proto-Melayu dan Deutro-Melayu mulai berkembang pada abad ini.[butuh rujukan]

Periode klasik

Kerajaan-kerajaan kecil mulai bermunculan sejak awal abad Masehi. Kerajaan Kandis diduga adalah kerajaan tertua yang berada di pulau Sumatra, kira-kira di daerah Riau sekarang. Namun, keberadaan kerajaan Kandis tidak meninggalkan bukti artefak, dan belum dikorfirmasikan oleh para ahli sejarah. Di Pulau Jawa, berdiri kerajaan Salakanegara, kerajaan Hindu pertama di Nusantara yang terletak di daerah sekitar Cianjur, Jawa Barat, yang diduga mulai berdiri pada tahun 130 Masehi, kemudian berkembang menjadi kerajaan Tarumanegara pada tahun 358 Masehi. Keberadaan kerajaan Salakanegara juga masih diperdebatkan di kalangan ahli.[butuh rujukan]

Sesuai bukti-bukti yang telah diakui para ahli, dua kerajaan tertua adalah Kerajaan Kutai dan kerajaan Tarumanegara pada abad ke-4 Masehi. Kutai berdiri di Kalimantan Timur, diikuti berdirinya dua kerajaan lain di Kalimantan Selatan, yaitu kerajaan Tanjungpuri dan kerajaan Nan Sarunai pada tahun 525 M. Tarumanegara berdiri di wilayah Barat pulau Jawa.[butuh rujukan]

Kerajaan-kerajaan penting lainnya di Sumatra adalah kerajaan Melayu Kuno atau kerajaan Jambi Kuno. Di Sulawesi juga berdiri kerajaan-kerajaan kecil, di antaranya kerajaan Luwu di Sulawesi Tengah pada tahun 900 Masehi. Kerajaan-kerajaan awal lainnya adalah kerajaan Siang di Sulawesi Selatan dan kerajaan Suwawa di daerah Gorontalo.[butuh rujukan]

Pada abad ke-7 Masehi, berdiri Kerajaan Hindu-Buddha Sriwijaya di Sumatra Selatan yang kemudian berkembang menjadi kemaharajaan terbesar dengan masa berdiri terlama di Asia Tenggara hingga awal abad ke-11. Kerajaan ini menguasai sebagian besar Sumatra, Semenanjung Malaya, Jawa, hingga pantai barat dan barat daya Kalimantan.[32] Kerajaan ini juga mengendalikan aktivitas pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan maritim utama antara India dengan Tiongkok. Selat Malaka merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia. Sejak saat itu, sejarah Indonesia juga banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa lain hingga masa-masa berikutnya.[but

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status