Harusnya hari minggu adalah momen yang sangat membahagiakan untuk Bernard, karena dirinya akan menikah dengan Kristin. Itu semuanya tinggal kenangan dan rencana indah itu tak akan pernah terjadi.Cinta yang dulu ia puja kini berubah jadi rasa benci pada gadis itu.Semuanya gagal dan hancur setelah gadis itu ketahuan berkhianat dengan sahabat Bernard sendiri.Semua rencana telah ia batalkan dengan denda yang tak sedikit. Akan tetapi bagi pria itu lebih baik merugi dari pada menikah dengan wanita culas dan penuh tipu daya.Selama ini dia sangat percaya pada Kristin, apa pun itu, tapi setelah tahu wanita itu berkhianat, cinta itu berubah benci yang sangat dalam bahkan jijik dan tak ingin melihatnya lagi.Dengan langkah goyah, pria itu pulang ke rumah mewah miliknya yang diperuntukkan untuk sang istri tercinta saat mereka telah menikah, tapi itu dulu sebelum tahu wanitanya berkhianat.Dua keluarga telah menunggunya dan ingin tahu kenapa Bernard membatalkan acara pernikahan yang seharusn
Semalaman Bella tidak bisa tidur, meski tubuhnya sangat lelah, akibat sehari semalam menemani pria yang telah membayarnya, sekaligus jadi mangsa si tuan tampan, akan tetapi dia ingin menjaga putrinya yang sesekali bangun dan menangis.Gadis itu selalu sigap dalam menjaga putrinya yang malang.Tidak ada dalam kamus hidupnya untuk menjual diri pada pria asing jika bukan karena ingin putrinya sembuh.Takdir tidak selalu indah, tapi Bella berusaha tetap tegar dalam menghadapi kejamnya dunia.Berada di strata ekonomi paling bawah, memang sangat berat baginya, apa lagi selama tinggal dengan kedua orang tuanya seorang Bella adalah gadis yang sangat dimanja, segalanya selalu tersedia.Tiba-tiba saja ponsel jadul nya bergetar dan Bella langsung melihat siapa pengirim pesan itu, dan ternyata si tuan tampan, yang sangat rumit untuk mengucapkan namanya.Pria yang dingin dan jutek, sekaligus tampan. dan membuat Bella tak bisa melupakan sosok pria itu. Kenangan di pagi hari yang panas, dan rasa
Setelah tiga hari pasca operasi, Adella akhirnya diperbolehkan pulang, karena kondisi kesehatannya sudah membaik, akan tetapi tiap seminggu sekali harus tetap kontrol ke rumah sakit.Meski sudah dinyatakan sembuh, tetap kondisi gadis kecil itu harus tetap dipantau pihak medis."Bella, sebaiknya setelah Adella berada di kontrakan, harus ada yang jaga, kalau aku bukan tidak mau, tapi tahu sendiri pekerjaanku seperti apa," sahut Rini, setelah mereka berada di ruang tunggu pengambilan obat."Seperti biasa, Bi Titin, yang akan aku percaya untuk jaga Adella, selain sabar dia juga janda yang usianya sudah lumayan."Bella memang sudah meminta Bi Titin untuk membantunya menjaga Adella."Mbak, jangan lupa, nanti Adiknya harus rutin cek up, biar kesehatannya selalu terpantau," ucap Dokter Bima, saat menghampiri Bella yang sedang menggendong putrinya.Pria itu memang sengaja ingin menyapa Bella, dan semakin suka akan sikap dan wajahnya yang teduh.Menurutnya Bella adalah singgel mam yang tangguh
"Ah, ganggu saja!" decak Bella seraya melirik ke arah ponselnya yang bergetar di atas meja.Gadis itu kembali bermain dengan balon sutera, tanpa berniat mengangkat panggilan dari telepon selulernya."Bella, hentikan kelakuan kamu, lihat sekeliling, mata mereka melihat ke sini," bisik Rini seraya menangkap bola itu, lalu menaruhnya di atas meja sebelah."Ini unik balonnya, kecil, panjang, dan bening," jawab gadis itu dengan wajah polos tanpa dosa."Angkat itu teleponnya, siapa tahu penting," tunjuk Rini yang merasa terganggu akan getaran dari ponsel sahabatnya, yang sedari tadi terus saja bergetar."Biarkan saja!" Bella masih fokus memainkan balon, sambil sesekali melirik ke arah ponselnya yang masih saja bergetar."Dari siapa sih, Bell?" Jiwa kepo Rini, meronta, karena tak biasanya sahabatnya itu abai dan cuek. Mulut yang penuh dengan makanan gadis itu berusaha mengambil ponsel milik Bella."Stop! ga boleh di angkat, biarkan saja, nanti juga capek sendiri." Bella menahan tangan Ri
"A--apa maksud, Tuan?" tanya Bella gugup.Terlebih wajah pria itu semakin dekat dan keduanya semakin mengikis jarak."Sstt, jangan berisik, saya sangat kesal dan itu karena kamu.Bernard menatap Bella sangat intens, bibir keduanya kembali bertemu dengan mudah.Panas dan manis juga wangi stroberi. Dan pria itu semakin menekan bibirnya ke bibir milik sang gadis.Bela sendiri mengunci bibirnya dengan rapat, tidak mau mengulang kembali apa yang pria itu lakukan padanya. Yang bisa dia lakukan adalah dengan memejamkan mata. Bertahan meski ada rasa lain yang menjalar di tubuhnya, seperti sengatan listrik berkekuatan ribuan voltase. Seketika jiwanya gundah, takut pria itu akan mengambil kembali uangnya jika dirinya menolak, dan melakukan hal yang tidak ia inginkan."Serba salah jadi jika aku menerima dia pasti meminta lebih, jika tidak? aku tahu pria itu sangat perhitungan," batin Bella berisik, antara menerima perlakuan pria tampan itu atau menolaknya.Sementara Bernard sendiri hanya terse
"Saya tidak mau memakainya," tolak Bella, lalu menyimpan kembali pakaian itu pada tempatnya."Kalau begitu kamu harus sering melihat saya tanpa busana, dan itu sudah pilihan kamu!"Di hadapan Bella, pria itu melepaskan jas dan dasi, perlahan membuka kancing kemejanya satu per satu, tanpa sisa dan melemparkan begitu saja ke sembarang arah.Lalu pria itu juga melepaskan celana kain, sehingga hanya menyisakan boxer warna abu tua aja yang melekat di tubuhnya.Bella melihat Bernard bertelanjang dada tanpa berkedip, ia berusaha menenangkan otak dan pikiran mesumnya yang melayang ke mana-mana.Siapa pun tidak ada yang tak akan tergoda atas tubuh pria itu yang mirip roti sobek, seksi dan menggairahkan. Penuh sensasi panas tentunya."Duh Bel, nasibmu ini, sungguh menegangkan, pemandangan yang tampak nyata sayang kalau dianggur," batin Bella berkecamuk.Sementara Bernard tampak santai menikmati hawa sejuk menyentuh kulitnya yang putih bersih. Sedikit bulu da da dan itu menambah seksi di mata Be
Noda HitamBab 15"Lepas! aku tidak sudi kamu sentuh!" sentak Ben, seraya menghindar meski sesaat bibir keduanya bertemu dan Kristin seolah sedang haus dan lapar saat melihat mantan kekasihnya.Pria itu sangat marah dan merasa bibirnya ternoda atas perbuatan mantan calon istrinya, seraya berusaha membersihkan dengan mengusapnya menggunakan tangan sebelah kiri.Sementara tangan kanan Ben refleks mendorong tubuh Kristin dengan sangat kencang, sehingga wanita itu terpental dan bokongnya jatuh menghantam lantai dengan sangat menyakitkan ."Aaauuuww!" pekik Kristin yang terhenyak dan terduduk di atas lantai yang keras. Marah, kesal dan sekaligus benci karena pria yang dulu sangat penurut dan mencintainya sangat besar kini bak pria asing dan kasar."Ben, setidaknya kamu mau menggantikan temanmu jadi ayah anakku sampai melahirkan," ucap Kristin, seraya memohon.Kristin dinyatakan hamil empat minggu oleh dokter saat dirinya sakit, dan wanita itu bingung harus meminta pertanggungjawaban kepa
Pada kenyataannya setelah meminum kopi rasa air laut, Bella tetap saja di kurung dalam kamar dan tidak bisa keluar sampai pagi.Semalaman Bella tidak bisa tidur pikiran kotor dan logikanya berperang saling sikut menyikut, bertahan dalam kesadaran juga hasrat, karena pria yang membuat jantungnya tidak aman memeluknya semalaman.sebelumnya setelah mengambil air mineral, Bella tetap berdiri dan tidak mau mendekat pada Ben yang menatapnya nakal.Keduanya saling tatap dan setelah itu Bella menunduk tidak mau melihat pria itu menatapnya dengan mesum.Ben juga berpikir kenapa Bella jadi pendiam dan seperti takut padanya, sangat lucu dan bibir gadis itu seolah melambai ke arahnya minta disentuh. Sangat mesum sekali."Apakah jantungku aman, dia sangat mesum dan senyumnya itu, ah sangat nakal sekali," batin Bella seraya mengusap da-da beberapa kali.Ben segera beranjak dari bibir tempat tidurnya dan segera mendekat pada Bella yang diam dan seolah sedang mengumpat."Ah, pria ini mau apa coba men