Share

PUREBLOODS

"Katakan yang sejujurnya. Siapa yang telah mengubahmu menjadi seorang Hybrid, Archie?" tuntut Ash.

Archie menggaruk ujung alisnya, ia benar-benar sudah ketahuan. "Ah. Itu... Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti siapa yang melakukannya saat itu. Karena-"

Archie terperangah. Ia belum benar-benar menyelesaikan kalimatnya, namun Ash dengan begitu tenang menyela ucapannya.

"Apa sang Purebloods itu ada di dalam sana?" tanya Ash seraya mengulurkan telunjuk kanannya ke bangunan megah Mitchell mansion yang terpampang jelas di hadapan mereka.

Ini bahaya. Ash tak melepaskan tatapan tajamnya barang sedetik pun dari bangunan megah itu. Ia berusaha memindai, mencari pelaku yang telah mengubah sahabatnya itu.

Meski tatapan dan nada bicaranya begitu tenang, hal itu justru membahayakan. Ash tengah mengumpulkan seluruh kekuatannya dan siap menyerang buruannya.

"P- pu- purebloods? Ma- maksudmu apa, Ash?" tanya Archie gelagapan.

Entah sedang berpura-pura, atau memang ia tidak mengetahui faktanya. Namun pertanyaannya itu berhasil mengalihkan atensi Ash dari bangunan megah di depan mereka.

Dengan salah satu alisnya yang terangkat ia melangkahkan kakinya, lalu berdiri di hadapan Archie. Memindai seluruh bagian tubuh Archie dengan netra elangnya.

"Hanya para Purebloods yang bisa mengubah seseorang menjadi seorang hybrid." jelas Ash. "Aku rasa kau tahu soal itu, Archie." sambung Ash dengan penuh penekanan.

GLEK!

Archie menelan salivanya dengan gugup. Keringat dingin mulai bercucuran, membasahi keningnya. Siapa yang tidak akan merasa gugup ketika seorang Alpha menatapmu dengan netra elangnya namun berbicara dengan nada bicara yang sangat tenang. Terlalu tenang untuk ukuran orang yang tengah menahan amarahnya.

Ash tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya saat netranya menangkap kebingungan yang terpancar jelas dari netra amber menyala milik Archie.

"Katakan padaku! Apakah ia ada di dalam sana?" cecar Ash saat netranya menangkap sosok perempuan dengan kulit pucat dan surai panjang sebahu tengah membuka pagar depan rumah itu.

Archie hendak membuka katup mulutnya, namun Ash yang sudah tidak sabaran itu tak bisa dicegah lagi. Dengan berani Ash berlari dan mendatangi perempuan itu, berusaha menyerangnya tanpa basa-basi.

Sadar akan datangnya sebuah ancaman, perempuan itu mengaktifkan kekuatannya. Shield atau perisai pelindung, kekuatan itulah yang dimiliki perempuan itu. Ia membuat perisai yang dapat melindungi dirinya juga seluruh area tempat tinggalnya.

Baik Ash atau pun Archie, mereka tak bisa melakukan apapun karena pelindung yang sedang diaktifkan perempuan itu terasa benar-benar kuat.

Perempuan itu adalah Leona Argent. Ia menatap keduanya dengan tatapan nyalangnya. Sepasang manik merahnya mulai menyala saat bertemu pandang dengan netra amber milik Ash.

Namun tiba-tiba seseorang datang menginterupsi ketegangan yang meliputi Leona juga Ash.

"Sepertinya ada kesalah pahaman." tegas Loui.

Leona menoleh dan menatap kakak juga adiknya yang entah sejak kapan berdiri di belakangnya persis.

Loui mengendikkan dagunya pada Ash lalu berkata, "Kau tenangkan dirimu." ucapannya lebih terdengar seperti perintah yang tak boleh dibantah.

Archie mengusap lengan Ash tanpa ragu. "Ash. Jangan memulai sesuatu yang sangat sulit untuk diakhiri." imbuh Archie.

Kalimat itu berhasil menenangkan Ash dalam sekejap. Archie memang selalu punya cara tersendiri untuk menjinakkan sahabatnya itu. Ash mengusap wajahnya seraya mengatur kembali napasnya.

Luca memindai kedua orang yang berdiri di sebrangnya dengan manik merah menyalanya, seperti Leona. "Werewolf... And... A hy-"

Loui segera mengunci rapat katup mulutnya saat mengenali sosok asli Archie. "Bagaimana bisa?" gumam Luca.

Ia benar-benar heran melihat Archie yang merupakan seorang hybrid. Gabungan antara werewolf juga vampire. Berbeda dengan ibunya yang merupakan gabungan antara vampire dan manusia.

"Ikut aku!" titah Loui sembari menatap satu persatu orang yang ada di hadapannya saat itu.

Tanpa menunggu, Loui segera membawa tungkainya memasuki bangunan megah tempat tinggalnya, di ikuti Leona dan Luca, serta Ash dan Archie di belakangnya.

Semua kalimat yang Loui ucapkan sejak tadi benar-benar tak terbantahkan. Bagaimana tidak, kemampuan yang dimiliki Loui adalah pengontrol emosi.

Jika diperhatikan, Leona dan Ash dapat meredam emosinya dalam waktu singkat. Tepat setelah Loui meminta mereka untuk segera melakukannya, saat itu juga.

Loui membawa mereka ke ruang tamu. Tanpa diduga semua anggota Keluarga Argent tengah berkumpul di sana, menyambut kedatangan kedua tamu tak diundang itu.

"Duduklah." Loui menunjuk satu-satunya sofa kosong yang tersisa di ruangan itu.

Stefan mengulas senyum simpul saat netranya menangkap raut waspada yang terpancar dari sorot elang milik Ash.

"Kau mencurigai kami, hm?" Stefan membuka suara sesaat setelah Ash dan Archie duduk di sebrangnya.

"Aku, putriku juga ayahku memang seorang Purebloods. Namun, kami baru tiba di kota ini beberapa hari lalu." imbuh Stefan dengan senyum dan tatapan hangat yang ditujukan pada Ash dan Archie.

"Dia ingin menyerangku, Ayah!" sergah Leona.

Ia melemparkan tatapan nyalang dengan manik merahnya pada Ash. Jelas Leona merasa marah, sebab tanpa alasan jelas Ash berlari ke arahnya dengan tubuh werewolvesnya sesaat setelah Leona berhasil membuka pagar besar rumah mereka.

Archie yang sejak tadi bungkam akhirnya buka suara. "Bukan mereka yang telah mengubahku, Ash." ucap Archie pada Ash. "Minta maaflah pada mereka. Kita harus segera kembali." lanjut Archie seraya menepuk bahu Ash.

"Sebentar anak muda." Satu-satunya pria berambut panjang sebahu itu menginterupsi.

Ia adalah Charles Argent. Satu-satunya vampire purebloods 10th Century dari garis keturunan Keluarga Argent yang masih tersisa.

Charles mendatangi Archie sambil lalu mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Archie. "Let me see." pinta Charles dengan sopan.

Archie pun menyambut uluran tangan Charles tanpa ragu. Namun dengan sigap Ash menarik tangan Archie yang hampir berhasil menggenggam uluran tangan Charles.

Charles terkekeh pelan seraya menggelengkan kepalanya saat sepasang netra ambernya menangkap kewaspadaan yang terpancar jelas dari sorot elang milik Ash.

"Kau ingin tahu siapa yang telah mengubahnya menjadi seorang hybrid, 'kan?" Charles berusaha memancing rasa ingin tahu Ash.

Satu pertanyaan itu berhasil membuat Ash melunak. Ia memindai Charles dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Aku hanya berusaha membantu menghilangkan rasa penasaranmu, anak muda." imbuh Charles.

Tanpa menunggu persetujuan Ash, Archie kembali menyambut uluran tangan Charles.

Charles pun menutup rapat matanya sesaat setelah telapak tangannya bersentuhan dengan milik Archie. Dadanya nampak naik turun selama beberapa saat. Ia membuka kembali matanya dalam sekali sentakan, menarik Archie mendekat padanya, lalu membisikan sesuatu.

"Ada apa?" Ash menginterupsi ketegangan menyeruak diruangan itu.

Ash bukanlah tipe orang yang suka ikut campur dengan urusan orang, namun Archie dan keluarganya adalah pengecualian.

Baginya, Archie adalah sahabatnya yang sangat berharga. Semua masalah Archie adalah masalahnya juga. Itu sebabnya Ash benar-benar tersulut emosi saat tahu sahabatnya itu telah berubah menjadi seorang hybrid.

"Ini semua tidak ada hubungannya dengan mereka, Ash. Kita sudah salah paham." Archie segera menariknya berdiri dan memaksanya membungkuk seraya mengucapkan maaf pada seluruh anggota Keluarga Argent.

Setelah meminta maaf Ash dan Archie meninggalkan kediaman Keluarga Argent dengan rasa kecewa.

"Apa yang ia bisikan padamu, Archie?" Ash masih gigih dengan rasa ingin tahunya.

Archie memberikan gelengan samar. Dengan gamang ia memandangi sepasang kakinya yang menapaki jalan setapak menuju kediaman Keluarga Cooper.

"Ia bilang... Vampire yang telah mengubahku menjadi seperti sekarang ini adalah vampire berbahaya," ujar Archie lirih.

"Siapa vampire yang ia maksud itu?" Ash masih belum menyerah.

Dengan sigap ia berdiri di hadapan Archie, melemparkan tatapan elangnya pada sang sahabat. Berharap Archie akan menceritakan semua hal yang telah Charles katakan padanya.

"Hey...! Ini sudah terlalu larut untuk membicarakan banyak hal ditempat umum seperti ini. Lagi pula, apa kau lupa kalau ini hari ulang tahunmu dan Gabe?" Archie berusaha keras mengubah topik pembicaraan mereka.

Ash menepuk dahinya saat mendengar nama sang kembaran disebutkan. Benar, ia memang lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun mereka.

"Habislah aku! Ibu pasti sudah menungguku selama berjam-jam." batin Ash.

Tanpa basa-basi, ia segera berlari menuju satu-satunya rumah bercat abu-abu yang ada di ujung jalan sana.

Archie bernapas lega karena telah berhasil mengalihkan topik pembicaran. "Syukurlah. Aku tak perlu mengatakan kebohongan lainnya." gumam Archie sembari menggelengkan kepalanya –melihat Ash yang berlarian di ujung sana.

***To be continue***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Leona X Ash = War
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status