Thomas terkejut bukan main, tubuh itu sudah ambruk ke lantai, dengan darah mengalir sampai ke ujung sepatu pria itu. Merry ... Merry-nya yang penurut, kenapa melakukan semua ini? Kenapa wanita itu melindungi bocah sialan itu?!
Pistol itu terjatuh dari genggamannya, lututnya gemetar, sehingga ketika melangkah ia tak sanggup lagi menahan beban tubuhnya hingga terjatuh tepat di hadapan Merry yang sudah tak bernapas lagi.
"Apa yang kau lakukan?!" bisiknya marah. "Apa yang kau lakukan?! Bangun perempuan sialan?!" bentaknya.
"B
Hari ini Mama Alona tiba di Las Vegas bersama Irene dan Rena, kakak perempuan Alona. Kedatangan mereka disambut tangis haru dari wanita itu, bisa melihat wajah mama dan kakaknya lagi adalah sebuah impian yang sangat didamba Alona saat masih menjadi tawanan Thomas dulu.Wickley membiarkan mereka saling melepas rindu, ia berniat memberi waktu bagi mereka, tapi saat hendak meninggalkan ruangan itu, matanya tak sengaja menemukan bayi kecil dalam gendongan Rena. Tak ada yang salah pada perempuan itu, hanya saja jantung Wickley tiba-tiba
Pagi-pagi sekali Alona dibangunkan dengan suara rengekan kecil khas bayi mungil di sebelahnya, mata wanita itu terbuka, lantas menoleh ke asal suara. Alona terpaku melihat seorang pria dengan wajah khawatir sedang mengusap lembut kulit Daisy, berusaha menenangkan bayi itu."Dia haus," ucap Alona serak.Pria itu tersentak, tadinya ia tak sadar Alona sudah terjaga. "Apa suaranya membangunkanmu?" tanya Wickley cemas.Alona mengerutkan dahi bingung. "Maksudmu?""Aku sudah berusaha menenangkan Daisy, tapi tidak bisa," lirihnya.Seketika senyum Alona mengembang
Wanita itu menatap sekali lagi cermin di hadapannya.Rambut? ceklis.Wajah? ceklis.Lipstik? ceklis.Dress? ceklis.Wangi? ceklis.Okay, cantik dan sexy.Alona Erisca, gadis berumur dua puluh empat tahun itu sengaja berdandan mencolok malam ini. Jika biasanya dia terlihat natural dengan make up tipis, maka lain untuk kali ini. Wajahnya kini dipoles tebal bedak padat, ada pula perona pipi yang membuat auranya semakin berwarna, serta tak lupa riasan mata indah , dan terakhir bibir tipisnya dipoles lipstik merah menggoda.Gadis itu menyambar clutch beserta kunci mobil dan bergegas untuk menjalankan misinya. Hingar bingar suara dentuman musik begitu kental di ruangan penuh gemerlap ini. Yeah, club malam adalah surga dunia bagi penikmat kebebasan. Namun, tidak bagi Alona, gadis itu bahkan baru kali ini memasuki tempat yang disebut-sebut sebagai rajanya hiburan ini.Alona mengedarkan pandangan untuk beradaptasi dengan tempat ini, terny
Alona bersenandung kecil seraya menyusun beberapa barang ke dalam koper besar yang sudah terisi setengah. Tangannya dengan cekatan memilah-milah mana barang yang akan dibawa dan mana yang akan ia tinggalkan.Senyumnya mengembang saat tak sengaja matanya tertuju pada benda pipih yang menyerupai stik tergeletak di atas nakas, dan semakin sumringah ketika mengamati dua garis merah terpampang di sana.Yeah, positif. Setelah sebulan lalu dirinya berjuang untuk mewujudkan impian, akhirnya kini kerja kerasnya hampir membuahkan hasil. Sedikit lagi, hanya tinggal menunggu waktu kurang lebih sembilan bulan lamanya maka semua akan sempurna.One night stand, hamil, bersalin, lalu hidup berbahagia dengan anaknya yang lucu tanpa perlu bersusah payah menjalani ikatan pernikahan. Semudah itukah bagi Alona?----Entah sudah berapa kali sudut bibir itu terangkat saat mengamati layar persegi yang ada di genggaman. Hatinya tidak pernah sehangat ini ke
Pagi pertama di kota Las Vegas, Alona sudah berdiri seraya menatap bimbang gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di depannya. Bangunan dengan lambang hurup W yang sangat besar diukir sedemikian rupa dan berlapiskan emas, begitu mengkilap ketika diterpa cahaya matahari. Namun, bukan itu yang membuat Alona mengernyit bingung, melainkan apa yang tertulis di layar smartphone wanita itu tentang promo sewa apartemen yang menurutnya tak masuk akal.Mengabaikan kebingungannya, Alona melangkah masuk menuju petugas informasi."Selamat datang, ada yang bisa kami bantu, Nona?"Wanita itu menunjukkan ponselnya sambil berkata, "Apa nominal yang tertera di sini benar?" tanyanya.Wanita berseragam rapi itu terdiam sejenak, memandang aneh Alona. Namun, sedetik kemudian ia tersenyum kaku. "Iya, benar, Nona."Alona meneliti sekitarnya, tidak ramai orang seperti di Jakarta jika ada diskon besar-besaran, atau memang dirinya sudah ketinggalan."Jika anda bermina
"Apple, apa yang kau lakukan di sini?"Alona mendongak, merasa familiar dengan wajah ganteng bertampang playboy itu. Ia nyaris terjungkal karena mengetahui kebenaran bahwa pria di club malam itu sedang ada di sini. Masih ingatkan dua pria yang digelanyuti gadis menggiurkan malam itu? Nah, dia ini salah satunya."Ap … apa ...." Alona merasa lidahnya tiba-tiba saja kelu."Berikan aku satu yang seperti dia," ucap pria itu memerintah.Alona mendengus tidak suka dengan sikap pria ini yang tidak sopan.“Oh, serta sebotol vodka,” imbuh pria itu lagi."Ini kedai mie, bukannya bar seperti tempat tongkronganmu," tukas Alona sewot, "pergi sana ke klub kalau ingin mabuk-mabuk!" usir Alona.Bukannya marah atau tersinggung, pria itu malah tertawa senang. "Aku lupa mengatakan padamu, Apple, selamat datang di kiblatnya hiburan malam, yang bahkan kedai terkecil sekalipun menyimpan minuman beralkohol.""Tapi, di sin
Hidup di Amerika memang butuh kerja keras. Biaya hidup yang tinggi mengharuskan orang tersebut lebih giat lagi dalam bekerja. Itulah yang Alona rasakan saat ini, niatnya ingin bersantai di sini harus terkubur dalam-dalam karena sisa saldo yang tertulis di buku tabungannya membuat Alona mulai merasa was-was.Wanita itu memang sudah memperkirakan biaya hidup yang tinggi di kota ini, tapi tidak menyangka akan secepat ini tabungannya menipis, sebelum dirinya menjadi gelandangan, dia harus mulai berpikir cara berburu dolar mulai hari ini.Alona melirik jendela kamar yang tertutup tirai tebal berwarna gold itu. Sejak kejadian minggu lalu, wanita itu memang sering mengawasi tirai itu tanpa sengaja. Perasaan cemas seringkali ia rasakan, sehingga Alona jarang membuka kain penutup itu dan membuat kamarnya jadi minim cahaya.Belakangan ini juga Alona seringkali merasa diikuti, tapi mungkin hanya perasaannya saja, karena beberapa kali ia mencoba mengintai si penguntit, tapi ha
"Wickley ... sebut namaku seperti itu, Sayang." Bisikan sensual itu bagaikan mantra yang menggerakkan bibir wanita itu terus menjeritkan nama sang pria."Yeah, begitu jeritkan terus, terus ...."Alona memukul keras kepalanya, membawa tubuhnya beguling-guling di bawah selimut. Pemikiran macam apa itu tadi? Kenapa harus di ingat-ingat. Ia menyumbulkan sedikit wajahnya dari balik selimut, mengawasi keadaan kanan dan kiri, setelahnya kembali beguling-guling sambil menahan jeritan kecilnya, dia persis seperti orang gila saat ini.Beberapa menit kemudian, dirinya mendengar suara bel. Meski merasa heran, Alona tetap berjalan keluar untuk membuka pintu. Seorang petugas apartemen berdiri lengkap dengan seragamnya."Permisi, Nona, seorang petugas rumah sakit menitipkan ini untuk anda,” ucapnya sopan."Apa ini?" Alona menautkan alis bingung seraya membolak balik box kecil berlogo rumah sakit Las Vegas di tangannya.Alona akan mengatakan bahwa kiriman i