Part 4Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulutku, Mas Reno mengernyitkan dahinya."Maksud Mama?" tanyanya bingung."Jangan pura-pura, Pa. Di rumah ini cuma ada Papa dan Andre. Sementara kita sama-sama tahu, Ning nggak pernah keluar rumah kecuali ke supermarket atau ke mall, itu pun nggak lama. Ning juga nggak pernah menunjukkan gelagat atau pernah bercerita kalau dia memiliki kekasih. Lalu siapa yang punya kesempatan untuk berhubungan sama dia kalau bukan Papa atau ... Andre! Tapi aku nggak percaya kalau anak kita akan berani melakukan hal itu pada Ning. Jadi kesimpulan mama ... kesimpulan mama ... Papa pasti ada hubungannya dengan kehamilan Ning. Iya 'kan? Ngaku aja, Pa. Biar Papa nggak dihantui arwah Ning lagi seperti subuh tadi. Kalau Papa nggak punya hubungan apa-apa sama Ning, kenapa dari sebanyak ini orang, cuma Papa yang didatangi?" tanyaku seru.Saking sudah dikuasai oleh rasa curiga, aku sampai tak bisa lagi menahan diri hingga mengucapkan begitu saja apa yang terlintas d
Part 5"Iya sih. Tapi tumben ya, sudah lama teman-teman Andre nggak pada main ke sini? Biasanya kan ngumpul terus di sini. Apalagi kita sedang ada musibah begini, harusnya mereka empati. Bukan Andre yang ke sana cari teman buat nenangin diri, tapi mereka yang ke sini untuk menghibur Andre, karena bagaimana mereka pasti tahu, bagi kita Ning bukan lagi orang lain.""Iya, Ma. Tapi Papa curiga, jangan-jangan ... .""Jangan-jangan apa, Pa?" Aku menatap Mas Reno dengan kening berkerut. Menunggu kelanjutan ucapan suamiku itu.Melihatku menatapnya tajam, Mas Reno terlihat kikuk. "Ehm, bukan maksud Papa suudzon, tapi ... bisa saja kan di antara teman-teman Andre itu ada yang ... memiliki perasaan spesial pada Ning dan melakukan perbuatan terkutuk itu ...?"Gludak! Prang!Belum selesai Mas Reno berucap, tiba-tiba terdengar bunyi benda jatuh dari atas lemari tepat di depan kami.Entah tersebab apa, lampu cas yang kuletakkan di atas lemari kamar tiba-tiba jatuh menimpa lantai dengan sendirinya h
Part 6"Mbak Ning, Ma ... Mbak Ning marah dan melotot di situ. Aku takut ... takut, Ma ... ." ucap Andre dengan suara tersendat-sendat.Dengan tubuh yang masih basah, putraku itu menghambur ke dalam pelukanku dan menenggelamkan kepalanya di dadaku, meminta perlindungan.Sementara, mendengar penuturannya itu aku hanya bisa beristighfar dalam hati dan bertanya-tanya, apa sebenarnya yang telah terjadi hingga Ning harus menghantui seisi rumah ini?Usai menemaninya mandi dan berpakaian, aku langsung membawa Andre keluar kamar dan berkumpul bersama Mas Reno di ruang tengah sementara Bapak dan Ibu Ning kami minta istirahat dulu di kamarnya karena kami hendak bicara bertiga saja. Dan tampak nya mereka pun memaklumi.Sepeninggal suami istri itu, aku langsung mengemukakan hal yang mengganjal pikiranku saat ini."Pa, apa sebenarnya yang sudah terjadi hingga ... arwah Ning mengganggu kita? Papa dan juga Andre khususnya?" tanyaku sembari menatap Mas Reno tajam.Mendengar pertanyaanku, Mas Reno bal
Part 7Aku sedang membersihkan teras setelah beberapa hari kehilangan mood untuk bersih-bersih saat dari luar pagar terdengar suara motor berhenti dan sosok yang telah cukup lama tidak kulihat, muncul di sana.Sosok Ferdy. Satu dari beberapa orang teman Andre yang dulu sering mampir ke rumah ini.Sayang, akhir-akhir ini kulihat hubungan pertemanannya dengan Andre tak lagi seakrab dulu. Entah apa sebabnya."Assalamualaikum, Tante. Andre-nya ada?" sapa Ferdy sambil menyunggingkan senyum, meskipun terkesan dipaksakan dan menganggukkan kepala."Oh, Andre. Ada. Ayo, silahkan masuk, Fer. Sudah lama ya kamu nggak ke sini, ke mana saja?" tanyaku mencoba beramah tamah pada teman putraku itu."Lagi sibuk kegiatan kampus aja sih, Tan. Andre juga sibuk persiapan ujian kemarin, jadi kita sepakat nggak kumpul-kumpul dulu, biar bisa lulus mata kuliah dengan baik dan nggak perlu perbaikan nilai lagi, Tan,' sahut Andre sambil kembali tersenyum tipis.Aku pun balas tersenyum, membuka pintu pagar lalu m
Part 8Tetapi lagi-lagi, Andre tidak mengindahkannya hingga akhirnya lelaki bersorban putih di depan kami itu membacakan ayat-ayat suci dan tubuh Andre akhirnya menegang serta dari mulutnya terdengar jerit kesakitan yang memilukan."Cepat katakan kamu siapa?" Ustadz Yusuf bertanya lebih tegas sembari mulut beliau tak putus-putusnya merapal doa dan berbarengan dengan itu, dari bibir Andre pun keluar jerit kesakitan yang tak henti-henti."Ampun ... ampun ...! Panas ...! Panas ...! Jangan teruskan lagi. Tolong ...," ratap Andre dengan suara mengiba."Kalau kamu mau saya berhenti menyakitimu, cepat katakan kamu siapa dan apa tujuanmu masuk ke tubuh cucuku ini? Jawab yang jujur?" Ustad Yusuf menghentikan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'annya dan memberikan kesempatan pada mahluk gaib di dalam tubuh Andre untuk bicara."Saya ... Ning. Saya sengaja masuk ke tubuh ini untuk balas dendam. Saya sudah disakiti, sudah dihina, dilecehkan dan direndahkan begitu saja! Dan saya tidak terima semua itu!
Part 9Ya, aku perhatikan akhir-akhir ini putraku itu memang suka sekali melamun sendirian. Entah apa yang dia pikirkan tapi setiap kali ditanya, ia hanya menggelengkan kepalanya dan menghindariku dengan berbagai macam cara."Andre, benar kata ustadz Yusuf, akhir-akhir ini kamu mama perhatikan memang suka melamun. Ada apa, Ndre? Ayo, cerita sama mama. Jangan ada yang disembunyikan dan ditutup-tutupi?" ujarku pada Andre yang duduk sembari sesekali menatap ujung kaki dengan ekspresi tak tenang seperti biasanya.Sebenarnya apa yang sedang disembunyikan putraku itu hingga gelagatnya jadi mencurigakan seperti ini ya?"Nggak ada apa-apa, Ma. Andre cuma kepikiran ujian semester aja. Pengen semester ini lulus semua dengan baik biar nggak perlu perbaikan nilai lagi. Cuma mikirin itu aja kok, Ma," sahut Andre. Sama seperti biasanya tiap kali kutanya mengapa sikapnya tak lagi ceria seperti dulu.Tanpa menunggu reaksiku atas jawaban klise nya itu, anak lelakiku itu tiba-tiba bangkit bersamaan d
Part 10Pagi ini, setelah semalam ustad Yusuf mengatakan bahwa jin yang sengaja menyerupai sosok Ning, insyaallah tak akan datang lagi menganggu asalkan aku rajin menjaga amalan yang diperintahkan bagi seorang muslim untuk diamalkan sehari-hari.agar terhindar dari godaan jin dan syaitan, maka aku pun mulai memberanikan diri masuk ke dalam kamar Ning untuk bersih-bersih.Sudah hampir dua minggu memang kamar itu kubiarkan kotor begitu saja. Sebab jangankan masuk ke sana, bahkan berada di dalam rumah sendiri saja, perasaanku selalu dicekam ketakutan.Namun, sejak ustadz Yusuf datang dan membantu kami mengusir jin yang selama ini mengaku telah bersemayam di tubuh Ning, situasi di dalam rumah ini pun mulai berangsur-angsur pulih kembali hingga aku pun mulai merasa nyaman dan tenang serta berani beres-beres masuk ke dalam kamar-kamar yang selama dua minggu ini nyaris tak pernah aku bersihkan.Apalagi kamar Ning yang notabene menjadi tempat meninggalnya gadis itu kemarin. Suasana horor dan
Part 11"Andre Herlambang Putra. Itu nama yang tertulis di sini, Bu," ucap petugas perempuan itu sambil berpaling menatapku.Degg!!!Mendengar nama itu, sontak aku memegangi dada yang tiba-tiba berdebar kencang. Tubuhku bergetar hebat dan nyaris limbung jika tidak buru-buru berpegangan pada tepi meja.Apa? Jadi putraku sendiri pelakunya? Lelaki yang sudah tega menghamili Ning dan membiarkannya sendirian menanggung beban itu hingga akhirnya gadis itu memutuskan bunuh diri?Itu juga sebabnya, Ning tak mau jujur berterus terang mengenai keadaannya yang sedang berbadan dua karena tentu saja ia takut padaku dan juga pada Mas Reno?Ya, Tuhan. Bagaimana bisa Andre berbohong dan mengatakan tidak tahu menahu soal Ning yang sedang berbadan juga jika sebenarnya dia lah yang sudah merenggut kehormatan Ning dan menanamkan benih di rahimnya? Benar. Bukti seprai yang robek di sana sini itu sudah lebih dari cukup untuk mengarahkan semua tuduhan itu pada putraku sendiri. Putra yang tega berbohong pad