Dua orang pria yang penting bagi Madeline, Darren dan Sean, sekarang sedang bertengkar. Sean melakukan perlawanan dengan menuntut orang tuanya agar perjodohan Darren dipercepat.Sean berpikir bahwa jika pernikahan itu dilakukan dengan cepat, Darren akan sibuk dan tidak akan memiliki waktu untuk mencari Madeline. Darren mungkin tidak menyukai Cressida dan pria itu sudah tahu tentang keburukan perempuan itu, perjodohan mereka tidak bisa dibatalkan.Sean akan memastikan pernikahan mereka akan segera berlangsung apa pun yang terjadi. Dengan begitu, dia akan merasakan penderitaan karena pernikahannya. Ini adalah balas dendam yang paling bagus.Sean juga tidak akan membiarkan Darren ikut campur lagi dalam mencari Madeline.Meski, dia juga menemukan kegagalan, tidak akan Sean membiarkan Darren ikut campur lagi.Lagi-lagi orang yang harus diganggu karena sikap Madeline ini adalah Gini.“Ayolah, Gini!” Sean yang menemui Gini di kafe. “Mady pasti bilang denganmu di mana dia sekarang.”Gini me
Enam tahun kemudian .... "Kau sudah menghabiskan makan malammu?" Madeline bertanya pada bocah kecil yang baru saja menelan suapan terakhir telur dadar buatannya. "Sudah." Segera dia menunjukkan piring kosong pada sang ibu. Ya ... dia adalah Dylan, putra Madeline yang selama enam tahun ini setia menemani perempuan itu. Sepuluh bulan Madeline mengandungnya, melahirkan seorang diri, dan juga membesarkannya. Dia tidak bekerja dan hanya mengandalkan uang royalty penjualan bukunya. Gini selalu mengirimkan uang dalam jumlah besar. Madeline tidak tahu seberapa banyak penjualan bukunya sampai dia selalu menerima uang dalam jumlah besar. "Mom, apa aku boleh ke rumah Jhony?" tanya Dylan. Madeline menautkan alis. "Ini sudah malam, kenapa mau main ke rumah Jhony?" "Jhony bilang kalau dia membeli set lego Star Wars, aku mau ikut bermain." Madeline berkacak pinggang. "Momy bilang malam ini kita akan berkemas supaya besok tidak kesiangan untuk berangkat." "Mom, kita akan pindah?" Dylan protes
Madeline termenung sejenak saat Dylan menanyakan tentang ayahnya. Jika anaknya itu tahu bahwa dia punya ayah yang hebat, dia pasti bangga. Namun, jika dia tahu kalau ibunya ini hanyalah perempuan murahan yang tega menjatuhkan harga dirinya, itu sangat memalukan.“Kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang dady?” Madeline mengalihkan pembicaraan. “Bukankah kau punya banyak superhero untuk membantumu? Dan … ada momy yang siap melindungimu?”Dylan memanyunkan bibir. “Mom, semua anak di dunia ini pasti punya ayah.”Madeline mengiyakan itu, tetapi dia tidak mau menjawab omongan putranya.Madeline pikir sebaiknya dia menata ulang apartemennya ini. Setelah enam tahun ditinggalkan pasti banyak hal yang perlu diperbaiki dan diperbarui. Dia berdiri dan berjalan mengelilingi apartemen yang sekaligus menjadi saksi bisu kehidupan mereka berdua.Dia melihat ke arah kamar Dylan, mungkin nanti bisa membuat desain ulang yang lebih bagus supaya anaknya betah. Lalu dia melihat ke arah ruang tamunya, sofa dan
“Michael, ada apa?” Nyonya Sinclair sudah mendekati cucunya.Michael melihat ke arah perginya Madeline dan juga Dylan. Alisnya berkerut dan dia kelihatan sangat kesal.“Grandma, ada anak yang sangat nakal denganku!” Michael mengadu.“Ada yang nakal denganmu?” Nyonya Sinclair menanggapi cucunya. “Katakan padaku siapa yang berani bersikap begitu padamu!”Michael melihat lurus ke arah Dylan pergi. “Aku tidak tahu siapa dia, Grandma. Tapi, ibunya tadi menyebut namanya Dylan.”Nyonya Sinclair menggumam menyebut nama itu. Lalu, dia berkata, “Sabar saja, Sayang Grandma akan mengurus ini untukmu. Nanti akan aku katakan pada pihak sekolah supaya jangan sampai ada anak nakal yang berani mengganggumu.”Michael mengukir senyum. “Kau harus melakukannya, Grandma! Aku tidak suka dengan anak nakal itu!”Nyonya Sinclair mengangguk, mengelus kepala Michael dengan penuh kasih sayang. "Jangan khawatir, Michael. Grandma akan membicarakannya dengan kepala sekolah. Kita tidak bisa membiarkan anak-anak nakal
“Anak siapa ini?” Gini memperhatikan wajah Dylan lekat. Beberapa saat kemudian dia menyadari wajah anak kecil yang saat ini berada di dekat Madeline mirip dengan ….“Dia anakku!” Madeline menjawab cepat memotong lamunan Gini.Gini terkejut mendengar jawaban Madeline. Dia tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Dia menggelengkan kepala dengan tidak percaya."Tidak mungkin! Aku yakin kamu hanya bercanda," ucap Gini dengan nada ragu.Madeline merasa canggung dan menelan ludah. Dia mencoba meyakinkan Gini dengan memberikan bukti."Benar, Gini. Dia anakku. Dylan, kasih salam pada Tante Gini," kata Madeline sambil meminta Dylan untuk memberikan salam.Dylan menyimpan es krimnya sejenak dan menoleh ke arah Gini dengan wajah polos yang penuh kegembiraan. Dia mengangkat tangannya ke udara dan memberikan salam pada Gini.“Hai, Tante Gini!" ucap Dylan dengan riang.Gini tersenyum dan melambaikan tangannya balik kepada Dylan. Dia merasa hangat melihat keceriaan dan kepolosan Dylan.
"Daren?" Madeline hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin Gini selama ini tidak pernah mengkonfirmasi padanya kalau mereka telah diakuisisi dalam perusahaan Darren? "Mady aku tahu kau kecewa karena ini, tapi dengarkan aku dulu."Madeline menggelengkan kepala dengan cepat. "Tidak ada yang perlu aku dengarkan. Sepertinya kerja sama kita berakhir saja di sini.""Mady, please, dengarkan dulu!" Gini melarang perempuan itu untuk gegabah dalam mengambil keputusan. "Pikirkan di zaman sekarang ini, tidak mudah untuk menjual sebuah buku. Tidak peduli seberapa bagus tulisanmu, jika kau bukan orang yang populer, tidak akan mudah menjual karya-karyamu," ujarnya. "Apa maksudmu dengan mengatakan demikian?" tanya Madeline sampai mengurutkan alis. Gini menghela napas panjang. "Selama ini kau terima royalti cukup besar, bukan? Aku rasa itu tidak lepas dari campur tangan Darren.""Jadi maksudmu, selama ini uang yang aku terima adalah uang cuma-cuma dari Darre
Cressida mendengar perkataan Darren, merasa hatinya seperti ditusuk. Namun, dia tidak bisa menunjukkan perdebatannya di depan Michael."Michael, sudah waktunya tidur," ucap Cressida tidak mau membuang waktunya lebih lama lagi. "Kita bisa bicara tentang anak nakal itu besok.”Michael, meski sedikit kecewa karena orang tuanya tampak tidak peduli dengan apa yang dia ceritakan."Mom, bisakah kamu membacakan dongeng sebelum tidur?" pinta Michael dengan mata yang berharap. Namun, Cressida merasa terlalu lelah dan frustrasi. Selain itu, rasa sakit hati yang disebabkan oleh sikap cuek Darren membuatnya sulit untuk mempertahankan kesabaran."Michael, sudah kubilang, kau harus tidur sekarang!" bentak Cressida, suaranya lebih keras dari yang dia inginkan. "Kau sudah cukup besar, jangan manja!"Michael terkejut, matanya membelalak. Dia tidak menyangka ibunya akan semarah ini. Dia berdiri di sana, diam hanya menatap ibunya."Dengar, Michael," kata Cressida, mencoba mengendalikan suaranya. "Kau ha
Darren melewati malam dengan over thinking. Ada banyak hal yang mengganggu pikirannya. Entah itu soal Cressida atau Michael. Bahkan, dia masih merindukan Madeline.Paginya, ketika dia berada di kantor, Gisela sang sekretaris memberitahukan padanya kalau ada orang yang ingin bertemu. Ketika dikonfirmasi siapa dia, ternyata itu adalah Carlos. Anak buahnya yang ditugaskan untuk mencari tahu soal Madeline.Darren segera menyuruhnya segera ke ruangan."Pagi Pak Darren!" Carlos memyapa ketika dia sudah tiba di ruangan Darren."Masuklah!" Darren mempersilakannya.Carlos duduk di depan Darren. "Maaf mengganggu, Pak, aku datang ke sini untuk mengatakan kabar penting soal Madeline."Hanya alis Darren yang bertaut."Wanita yang Anda cari itu telah kembali," ujar Carlos.Dalam sekejap, semua kenangan tentang Madeline membanjiri pikirannya. "Di mana dia sekarang?" tanya Darren,"Aku rasa dia masih tinngal di apartemen lama, Pak. Aku sudah memperhatikannya selama beberapa hari ini."Darren memikirk