Share

BAB 9

HAPPY READING

Tigran memasang earphone ke telinganya, ia mendengar suara sambungan pada telinganya. Ia menunggu hingga sang pemilik ponsel mengangkat panggilannya.

“Selamat pagi pak,” ucap seorang wanita dibalik speakernya.

“Selama pagi juga,” ucap Tigran.

“Ada yang bisa saya bantu pak.”

“Elina, saya datang ke kantor agak telat. Kalau soal meeting nanti, tolong cancel besok pagi saja.”

“Baik pak.”

Tigran lalu mematikan sambungan telfonnya, ia perlu konfirmasi kedatangannya ke kantor, agar jika ada beberapa staff nya datang, maka sekretarisnya itu tidak kebingungan. Ia mengarahkan mobilnya ke TK Cikal yang berada di Cilandak.  Ia tahu betul bahwa TK itu bertaraf Internasional dan telah terakreditasi Internasional Baccaulaureatte (IB).

Beberapa menit berlalu, akhirnya ia tiba di depan bangunan taman kanak-kanak itu. Banyak sekali anak-anak yang status sosialnya di kalangan atas bersekolah di sini. Ia yakin Naomi memang memberikan pendidikan terbaik untuk masa depan putrinya.

Ia melihat security membuka pintu pagar untuknya, ia membuka power window, ia menatap ada beberapa ibu-ibu muda dan personal asisten sedang duduk di kursi tunggu, karena sekolah ini menyediakan tempat untuk menunggu.

Tigran memarkir mobilnya di plataran, ia keluar dari mobil, ada beberapa ibu muda memperhatikannya dari kejauhan. Tigran melangkah mendekati bangunan gedung, ia mencari guru Kayla. Ia mendapati apa yang ia cari, ia tersenyum kepada seorang guru yang berjalan di koridor. Wanita itu menghentikan langkahnya, sepertinya dia tahu bahwa dirinya membutuhkan pertolongan.

“Selama siang ibu,” ucap Tigran.

“Selamat siang juga pak, ada yang bisa saya bantu?”

Tigran mengulurkan tangannya ke arah wanita berseragam orange itu, “Perkenalkan saya Tigran, walinya Kayla.”

Guru itu memperhatikan Tigran dari atas hingga ke bawah, dan lalu tersenyum, “Pasti ayahnya Kayla.”

“Ah, iya,” Tigran menyungging senyum, ketika guru Kayla mengatakan bahwa dirinya ayah Kayla.

“Saya baru melihat bapak di sini, biasa ibu Naomi yang sering jemput Kayla, biasa juga adiknya Lili.”

“Bukannya  ibu Naomi single parent?”

“Iya, benar kebetulan saya ayah dari Kayla. Kita memang sudah lama berpisah. Kemarin saya sudah bertemu Kayla dan ibunya. Kita membagi waktu untuk mengurus Kayla. Kedatangan saya ke sini, ingin membagikan  box biscuit untuk teman-temannya Kayla. Kalau ibu berkenan, bisa bantu saya bagikan box itu kepada teman sekelas Kayla.”

“Iya, bisa pak.”

Tigran, guru Kayla dan security membantu, Tigran membawa kardus berisi box biscuit berupa hampers itu ke depan kelas Kayla. Tadi gurunya mengatakan bahwa kelas berakhir di jam 10.45. Hampers ini memang bukan  acara ulang tahun Kayla, melainkan memang untuk dibagi-bagikan saja.

Tigran memandang ke arah pintu, mencari keberadaan Kayla. Ia menemukan apa yang ia cari, ia menatap Kayla sedang duduk dikursi sambil menyusun puzzle. Beberapa detik kemudian pandangan mereka bertemu. Ia melihat senyum sumringah sang pemilik wajah.

“Papi!” Teriak Kayla dari kejauhan, lalu berlari kearah pintu menghampiri Tigran dengan wajah bahagia.

Pandangan guru, security dan anak-anak lain tertuju pada Tigran dan Kayla. Tigran lalu menyambut Kayla dan memeluk gadis kecil itu.

“Papi, papi jemput Kayla?”

Tigran mengangguk, “Iya sayang. Sekalian papi mau bagii-bagi biscuit untuk temen-temen kamu.”

“Asyik.”

“Ibu, tolong bagi-bagiin ya, sama anak-anak. Kalau ada sisa bagiin ke kelas sebelah,” ucap Tigran.

“Baik pak. Ibu Naomi nya nggak ikutan juga pak?”

“Nanti istri saya nyusul,” ucap Tigran.

Tigran menatap anak-anak bahagia dapat bingkisan darinya. Ia menatap Kayla masih dalam gendongannya.

“Kayla mau pulang sama papi,” rengek Kayla.

Tigran menyungging senyum, “Iya sayang, nanti kita pulang sama-sama.”

“Asyik.”

Suara riuh anak-anak tampak bahagia karena mendapat hampers biscuit darinya. Biscuit itu memang diperuntukan anak-anak. Ibu guru dan security juga berterima kasih kepada Tigran karena mendapat bagian. Beberapa menit berlalu, akhirnya kelas Kayla telah usai.

Tigran dan Kayla melangkah keluar dari ruang kelas. Langkah Tigran terhenti memandang Naomi di sana, wanita itu mengenakan celana kulot putih dan kemeja berwarna biru muda yang lembut. Rambut panjangnya dibiarkan terurai. Ia akui bahwa Naomi sangat cantik mengenakan apapun. Dia sangat elegan.

Jujur sebenarnya ia tidak lancang datang ke sekolah ini, karena kemarin ia memberitahu Naomi dan Kayla bahwa ia akan datang menjemput Kayla.

Naomi tidak percaya bahwa ia bertemu lagi dengan Tigran di sini. Pria itu menggendong putrinya melangkah menuju parkiran. Ia benar-benar tidak mengerti, kenapa Tigran melakukan ini. Sebenarnya dia tidak ada hak atas Kayla, karena dia bukan ayah biologis Kayla.

“Hai, mami.”

“Hai juga sayang,” ucap Naomi, ia mengelus rambut Kayla, sambil menatap Tigran, pria itu mengenakan kemeja abu-abu dan celana hitam, pakaiannya sangat rapi dan rambutnya tertata rapi. Ia dapat mencium aroma citrus yang segar dari tubuh Tigran.

“Kok kamu bisa ada di sini?” Tanya Naomi, jelas ia tidak suka jika ada orang asing menjemput putrinya. Ia sudah mengatakan kepada gurunya, tidak ada boleh ada orang asing yang datang menjemput Kayla kecuali keluarganya. Namun gurunya sepertinya lupa, kalau Tigran itu bukan keluarganya.

“Saya sudah mengatakan kepada kamu, kalau saya akan datang menjemput Kayla,” ucap Tigran dengan nada lembut, ia tidak ingin Naomi menjadi salah paham.

“Mami, Kayla senang, akhirnya papi jemput Kayla. Temen-temen Kayla semuanya di kasih biscuit sama papi.”

“Owh ya!”

“Iya, mami. Akhirnya temen-temen Kayla tahu siapa papi Kayla. Kayla senang sekali, akhirnya papi jemput Kayla di sekolah,” ucap Kayla antusias.

***

Comments (1)
goodnovel comment avatar
verrina
keren banget ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status