Ciuman mereka masih berlanjut, Aksa tidak melepaskan ciumannya dan membawa Karina ke kamar mereka. Aksa juga mengangkat tubuh Karina dan mendudukkannya di buffet yang tidak terlalu tinggi agar dia bisa dengan leluasa mencium Karina. Tangan Karina memeluk leher Aksa, jari-jari tangannya meremas rambut Aksa. Menahan gejolak gairah yang di dapatkan dari ciuman panas nan basah dengan bercampurnya air liur mereka. Tangan Aksa yang tadinya mengelus punggung Karina, berpindah mengelus paha Karina yang terekpos merasakan sentuhan yang membuat tubuhnya menggelinjang sampai membuat perutnya geli. Karina refleks menjauhkan kepalanya membuat ciuman mereka terlepas. Keduanya saling mengambil napas dengan terengah. Mata keduanya bertemu. Aksa masih mengelus paha Karina, sentuhannya semakin masuk kedalam kimono yang di kenakan Karina. Handuk Kimono itu terbuka memperlihatkan belahan dada Karina walaupun tidak sepenuhnya terbuka. Karina merasakan tubuhnya berkeringat dan kepanasan. Aksa yang melihat
Di rumah mewah nan megah, seorang gadis sedang asik menatap dirinya di cermin. Ini hari istimewa untuknya, dengan gaun pengantin putih gadis itu tersenyum sinis menatap dirinya. Helaan nafas yang ia keluarkan begitu berat, sampai ia merasakan sesak di dadanya. Ia tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Semuanya terjadi karena perjodohan bodoh itu.“Karina, cepatlah bersiap. Kita akan ke tempat pernikahanmu,” sahabatnya bernama Sena membuka pintu, berjalan masuk ke dalam kamar mendekat kearah gadis yang mematung di depan cermin. Sena tersenyum pada gadis yang bernama Karina. Karina hanya terdiam mematung menatap sahabat baiknya dari cermin.“Haruskah aku menikah?” pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Karina.“Apa yang kamu bicarakan, bukankah kamu sangat bahagia atas pernikahan ini,” sahut Sena menatapnya heran.Karina tersenyum miris, “bahagia. Tentu saja,” padahal dalam hatinya ia tidak pernah men
“Kak, kita harus mencarinya kemana lagi?” tanya Sena putus asa, mereka sudah berkeliling mencari. Tapi Karina belum juga ditemukan. Nando menghembuskan napas lelah, ia juga sudah lelah mencari dan ini sudah hampir malam. “Apa Karina punya teman lagi selain kamu, telphone beberapa temannya. Mungkin saja dia mendatangi temannya itu,” kata Nando, ia menoleh sekilas ke arah Sena. “Sudah aku telphone semua teman yang mungkin Karina datangi, mereka tidak tahu di mana Karina berada,” sahut Sena. “Ah bagaimana ini, kalau sampai anak buah Tn.Rama lebih dulu menemukan Karina. Karina bisa mati,” Sena tampak cemas, ia memang sudah tahu sifat dari ayah sahabatnya itu. Tidak mudah bagi Karina untuk bisa lolos dari hukuman yang akan dia dapat setelah ia ditemukan. Apalagi kesalahan Kar
Di dalam mobil, Aksa merasakan perasaan yang aneh, kenapa hatinya ingin kembali ke tempat itu. Seperti ada seseorang yang meminta bantuannya. Beberapa kali Aksa menghela napas. Ini membuatnya gila, kenapa ia tiba-tiba teringat pada Karina. Aksa menghentikan mobilnya dan terdiam sejenak di dalam mobil. Aksa mengacak rambutnya kasar dan juga mengusap wajahnya dengan pelan. Ia kembali melajukan mobilnya dengan membalikkan arah kembali ke tempat di mana mungkin Karina berada.“Kenapa aku harus peduli padanya,” gumam Aksa merasa heran akan perasaannya. Apalagi saat mengingat wajah sedih Karina saat mereka berpisah tadi. “Sebenarnya aku sedang apa?!” keluhnya dan terus melajukan kembali kendaraannya. Sepanjang perjalanan ia terlihat mencari sosok Karina. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Karina disepanjang jalan yang dilalui Aksa. Setelah lama, saat ia melalui sebuah pasar yang cukup ramai. Dari kejauhan ia melihat seorang gadis sedang berlari dan di belakang
Karina termenung di dalam mobil Aksa yang menghadap ke arah pantai, angin semilir berhembus pelan menerpa wajahnya. Terasa begitu sejuk, sebuah senyum menghiasi bibir mungilnya. Dengan pelan ia menutup kedua matanya merasakan udara yang menyejukkan hati Karina. “Sedang apa kamu, jangan tidur...” tegur Aksa membuat Karina membuka kembali kedua matanya. Karina menoleh dan menatap ke arah Aksa sambil merenggut kesal. “Kenapa kamu selalu saja menghancurkan kesenanganku,” kata Karina, ia menunduk kesal. Seketika kembali ia palingkan wajahnya ke samping dan bergumam tidak jelas. Aksa menghembuskan nafas pelan menatap kearah Karina, “kamu tetap mau ikut denganku?
Karina dengan gelisah menggigiti kukunya, tangan satunya memegang gagang telphone. Dari raut wajahnya gadis itu kini tengah sedang cemas, sesekali ia melirik kearah belakang dimana kelima orang itu memandangnya dengan tatapan tidak biasa. Karina harus menghela napas panjang kala melihat tatapan dari mereka. Terlebih lagi tatapan dari Aksa, setelah berita itu. Anita menanyakan masalah itu padanya, jelas saja ia bingung harus menjawab apa. ia merasa tidak pernah menikah dengan pria yang bernama Ferro, tapi kenapa pria itu dengan beraninya mengatakan hal itu di media. Karina dengan tidak sabar menunggu seseorang mengangkat telphonenya. “Hallo...” sapa seseorang di sebrang sana. “Sena, apa maksud semua ini? Kenapa pria itu mengaku sebagai suamiku, sebenarnya apa yang ayahku lakukan. Apakah ini salah satu rencana ayah untuk
Tn. Anggara memandang tajam ke arah dua wanita yang duduk didepannya. Mereka hanya bisa menghela nafas. Tn. Anggara mendesah. “Apa yang akan kalian jelaskan padaku? Setelah anak itu lari dari acara pertunangan dan aku mendapatkan kabar yang tidak mengenakkan. Bagaimana bisa dia bersama dengan putri dari Rama Handoko...” “Ayah... sepertinya mungkin itu hanya kesalahpahaman.” Renita mencoba menenangkan ayahnya. “Kesalahpahaman seperti apa?” “Sayang, tenang lah. Aksa tidak mungkin melakukan hal itu?” “Melakukan apa?” Tn. Anggara memandang istrinya lekat.&n
Di hotel mewah. Tepatnya di Aula lantai bawah Candy’s Hotel. Tengah diadakan acara pertunangan, di mana para tamu undangan yang menghadari acara itu sebagian besar dihadiri artis dan aktor ternama, juga beberapa tamu penting lainnya yang menghadiri acara besar itu. Seorang gadis yang mengenakan gaun panjang berwarna crem keemasan, dengan rambut di sanggul kecil. Punggung putih dan mulusnya terekpose. Riasan wajahnya juga cukup baik, tampak sangat cantik untuk seorang model terkenal. Ia menyapa semua tamu dengan tersenyum ramah. Ini adalah acara pertunangannya sebelum melangkah ke pelaminan bulan depan. Hanya beberapa tamu yang diundang, tidak terlalu banyak. Wartawan juga tidak banyak yang diundang hanya beberapa. Tunangannya juga menyapa beberapa teman lama, musik slow mengalun memenuhi ruangan. Acara pun dimulai, setelah panyambutan, tukar cincin, menuangkan minuman pada gelas-gelas yang disusun rapi diatas meja. Para tamu bisa menikmati makanan yang tersaji.“A