akaaak terima kasih sudah membaca ya jangan lupa baca juga buku saya yang berjudul DIBUANG KELUARGA DINIKAHI PEWARIS TERKAYA 🤗😍 dan follow 1nst4gram othor @almiftiafay 😘
"Masuklah lebih dulu ke kamar Neo, nanti biar aku yang antar makanan milik papa," pinta Lara sembari meraih tangan Alex dengan matanya yang sama sekali tak berpaling.Kecemasan melandanya, ia hampir menangis jika tak ingat ada Selim di depan mereka sekarang ini."Iya, baiklah. Terima kasih."Lara mengangguk, menggandeng tangan Alex kemudian menunduk di depan Selim seraya berujar, "Aku pergi dulu."Tidak menunggu pria itu akan menjawabnya ataukah tidak, Lara tidak peduli.Sebenarnya jika boleh pun, sekarang ini Lara lebih memilih untuk mengumpat atau mencakar wajahnya.Tidak akan mungkin Lara lupakan bahwa sekalipun dia terlihat manis dan bersahabat, dialah yang telah menimbulkan kecelakaan itu. Dalang yang harus bertanggung jawab untuk kondisi anak-anaknya. Dan mungkin juga ... atas kondisi Alex sekarang ini.Punggung kecil Lara dan tingginya tubuh Alex bisa disaksikan oleh sepasang mata milik Selim yang belum beranjak satu inchi pun dari tempat ia berdiri.Lambat laun menyaksikan ke
Alex dan Lara bergegas keluar dari kamar rawat Neo bersama dengan Zio yang digandeng olehnya. Mereka berpapasan dengan Rafael yang kedua alisnya terangkat saat bertanya, “Apakah Zio sudah memberi tahu Pak Alex?” “Sudah, Raf. Terima kasih.” Mereka lalu menuju ke ruang ICU kembali. Rasanya sangat bahagia mendengar Shenina bangun. Harapan yag selama beberapa hari terakhir ini mereka langitkan kini telah mendapati kenyataan yang baik. Lewat Zio yang memberi tahu mereka, akhirnya ... Lara dan Alex bisa melihat wajah anak gadis mereka yang sedang membuka mata di dalam ruang ICU. Terlihat beberapa dokter dan perawat memeriksanya di dalam sana. Lara tak bisa menahan air mata harunya. Alex menariknya ke dalam pelukannya. Bahagia mereka telah bisa mereka genggam sekarang. “Shen benar-benar sudah sadar, Alex,” ucap Lara lirih. Setitik air matanya menetes penuh dengan haru. “Syukurlah ... karena memang sudah terlalu lama dia berada di dalam sana, Lara.” Tak berapa lama, dokter keluar dan m
“Bicara apa manusia satu ini!” Lim, bodyguard yang membersamai Neo tentu saja langsung marah mendengar apa yang baru saja disampaikan oleh pria itu. Ia meraih kerah kemeja Selim, menariknya bangkit dan mendorongnya menjauh dari hadapan Neo. “Apa yang kamu bicarakan, hah?!” tanyanya sekali lagi. Sepasang matanya yang terlihat seperti mata elang menerpa Selim dengan penuh amarah. Lim tahu betul siapa Selim, siapa yang menyebut dirinya sebagai ‘Paman’ di depan Neo ini. Lim dan anak buah Alex yang lain ditugaskan untuk mengamankan ruang rawat Neo dan Lara bukan tanpa alasan. Itu karena pria di hadapannya ini! Yang rasanya sudah sangat Lim ingin patahkan rahangnya karena sudah bicara sembarangan di depan Neo. Jika tak ingat ia harus bersikap baik dan seolah tak terjadi apapun, ia bahkan bisa membanting pria ini hingga patah punggungnya sekarng juga. “Yah! Aku hanya mengatakan kebenaran kok,” ujar Selim dengan santainya. Menepis tangan Lim yang masih bertengger di kerah kemeja yang i
Alex benar-benar sangat ingin mengumpat mendengar apa yang dilakukan oleh si Selim itu pada anak lelakinya. Tetapi hal itu ia urungkan.Ia sabarkan dirinya berulang kali. Ia tahan, ia tahu ia tidak boleh melampiaskannya sekarang sebab ada Neo yang melihatnya.Dan bukanlah sebuah hal yang baik membuat pria itu menyadari bahwa Alex sudah mengetahui apa-apa saja yang ia lekukan di belakang layar hingga menimbulkan kecelakaan dan nyaris merenggut nyawa anak-anaknya.Alex tidak ingin rencana yang telah ia susun ini musnah begitu sajaa.Ia menghela napasnya, tersenyum pada Neo seraya mengusap lembut pipi anak lelakinya itu.“Papa tidak mungkin melakukan itu, Sayang,” katanya. “papa tidak akan melakukan apa yang dibilang sama paman Selim itu.”Alex menganggukkan kepalanya beberapa kali, melakukan gerak persuasif agar sekiranya bisa memengaruhi dan membuat Neo percaya bahwa memang inilah yang terjadi.Bahwa memang dia tak akan pernah melihat wanita lain selain Lara. Selain mamanya anak-anak,
Beberapa hari berlalu ....Akhirnya Lara bisa menjumpai Shenina di ruang rawat biasa.Ia telah diperbolehkan keluar dari ICU, dan harus melewati beberapa waktu observasi sebelum nantinya ia diizinkan untuk pulang.Lara sedang menyuapinya makan. Anak gadisnya itu duduk di tepi ranjang, berdampingan dengan Neo. Sementara Neo sibuk menikmati makanan dengan tangannya sendiri, Shenina melahap habis dari piring yang ada di yangan Lara.“Mama, apakah adik Sky baik-baik saja?” tanya Shenina setelah makanannya habis dan ia meneguk minuman dari dalam gelas.Tanya yang rasanya tidak pernah absen disampaikan oleh Shenina adalah adik lelakinya, Sky.“Baik, Sayang. Hari ini Papa akan pulang ke rumah ya? Nanti kamu sama Neo dijagain sama mama dan tante Kalisha yang kebetulan besok libur, bagaimana?”“Iya, Mama.”“Papa harus ketemu sama adik Sky juga. Besok papa yang jaga di sini, lalu ganti Mama yang pulang. kita usahakan untuk membagi waktu buat bisa gantian sama Shenina dan Neo. Okay?”Lara dengan
Bagaimana cara Alex bisa tak sadarkan diri seperti itu? Jawabannya adalah Batara. Saat Alex masuk ke dalam mobilnya yang ada di parkiran rumah sakit untuk pulang, Batara sudah berada di dalam mobil Alex, menyusup, menunggunya masuk. Alex disekap menggunakan obat bius hingga tak sadarkan diri dan mobilnya dikemudikan oleh Batara menuju ke sebuah hotel tempat di mana Vera telah menunggunya. Vera melakukan ini sebagai bentuk kesepakatan yang ia lakukan bersama Selim, bahwa ia akan menjebak Alex untuk tidur dengannya, mendapatkan video tak senonoh mereka yang seolah sedang berselingkuh—atau terlibat cinta satu malam—yang mana video itu nantinya akan menjadi senjata Selim untk merusak rumah tangga Alex dan Lara. Dan ... Vera berpikir ia telah menikmati malam itu bersama dengan Alex. Bukaankah benar begitu? Karena pagi ini .... Saat ia membuka matanya karena silau matahari pagi yang menyelinap masuk dan memaksanya terjaga, ia hanya menjumpai dirinya seorang saja di sana. Tidak ada A
Lara menatap Alex yang tampak bergerak tidak nyaman. Sepasang netranya menerpa Alex dengan perih. “Apa yang dikatakan oleh perempuan itu benar bahwa kamu menghamilinya?” “Mana mungkin, Sayang?” “Dan apakah itu juga benar soal kamu yang mengalami hilang ingatan?” “Aku—“ “Jawab, Alex!” Napas Lara naik turun tak beraturan. Ia tak bisa membendung air matanya sebelum kembali memandang Vera yang tersenyum penuh kemenangan. “Apa kamu punya buktinya?” tanya Lara pada wanita itu. “Sekalipun aku punya buktinya … apakah kamu akan percaya dengan yang aku katakan? Atau kamu akan lebih percaya pada Alex yang lupa dengan apa-apa saja yang dia lakukan? Asal kamu tahu, Lara … amnesia anterograde itu menghapus ingatan seseorang atas hal yang ia lakukan padahal waktunya belum lama terjadi.” “Aku hanya bertanya, apakah kamu punya buktinya?” “Tanya saja pada staf hotel Chandramaya, mereka akan bilang kalau Alex mabuk dan tidur denganku di dalam kamar president suite yang dia sewa.”
*** Sebuah pagi yang tidak biasa untuk Lara. Ia sedang berada di dalam rumah lamanya yang ada di dalam komplek perumahan sebelum dulu ia bertemu lagi dengan Alex. Tinggal di sini membangunkan kenangan akan rasa sakit yang bertahun-tahun lalu ia pikul. Dan ia kembali ke sini dengan keadaan yang hampir sama. Benar, ia tidak menemui titik terang soal kondisi Alex dan juga pertemuannya dengan Vera hingga wanita itu mengaku hamil. Sejarah terulang dengan Lara yang pergi dari rumah sedangkan Alex sibuk dengan wanita lain. Akh, bukankah begitu? Dosakah Lara mengatakan hal seperti ini? Hm .... Sudah sejak semalam ia mengajak anak-anaknya menginap di sini. Termasuk Sky, yang sekarang masih terlelap sedangkan Lara sibuk menyiapkan sarapan untuk Neo dan Shenina yang masih belum bangun dari tidurnya. “Mama,” panggil Shenina beberapa jarak di belakang Lara. Saat Lara menoleh, ia tersenyum melihat pipi menggembung Shenina yang berjalan mendekat padanya dengan masih mengenakan pakaian tidur