Share

PAGI PERTAMA

Dengan perlahan, tapi pasti... Reyhan mulai menyentuh wajah istrinya, ia mengusap lembut kedua pipi Aleeza, dan mendaratkan kecupan yang sangat dalam pada dahi istrinya.

Lalu, ciuman itu semakin turun ke arah pipi, hidung, dan mulut. Hingga akhirnya... Mereka berdua melakukan sebuah kenikmatan dunia yang sudah halal bagi mereka. Malam itu terasa sangat panjang dan mengesankan, karena ini adalah pengalaman pertama bagi kedua nya.

" Makasih sayang.... " Ucap Reyhan saat mereka selesai melakukan hubungan suami istri .

" Sama-sama mas" Jawab Aleeza.

Setelah itu, mereka berdua pun bebersih, lalu tertidur karena kecapek an.

***********

POV. Aleeza

" Nduk..... Ibuk sama Abah keluar dulu ya... " Pamit ibunya mas Reyhan yang sekarang menjadi ibu ku juga.

" Iya buk... " Jawab ku.

Hari ini, adalah hari pertama aku tinggal di rumah mertua ku. Ibuk dan Abah memperlakukan ku sangat baik, bahkan semenjak bangun dari tidur, rumah yang bisa di bilang sangat luas ini sudah selesai di sapu, ibu mertua juga sudah menyiapkan dua gelas kopi untuk ku dan mas Reyhan.

Rumah mertua ku ini terletak di sebuah desa yang masih sangat asri. Banyak sawah dan pepohonan yang memenuhi hampir di setiap gang rumah. Sungguh sangat berbeda dengan ku yang dulu nya tinggal di rumah yang padat penduduk.

Setelah mengantar kepergian mereka hingga depan rumah, aku pun kembali masuk kamar Untuk membangunkan mas Reyhan yang tidur lagi usai melaksanakan sholat shubuh.

" Bangun mas Rey, sudah pagi... " Ucap ku sambil menepuk-nepuk pipi nya.

Hoaammm.....

Mas Reyhan yang mendengar ucapan ku pun menggeliat dan mulai membuka mata nya.

Tiba-tiba....

Cup!!!

Mas Reyhan meraih kedua pipi ku dan mencium nya. Aku merasa malu sendiri dengan kelakuan seseorang yang telah bergelar suami ku itu.

" Alhamdulillah ya Alloh... Bangun tidur di depan mata udah ada bidadari " Ucap mas Reyhan yang lagi lagi membuat pipi ku bersemu.

" Mari bangun mas, ibuk sudah menyiapkan kopi dan sarapan buat kita" Ucap ku lembut.

Mas Reyhan pun terbangun dan menuju ke kamar mandi. Kebetulan, kamar mandi di rumah ini tidak ada yang berada dalam kamar tidur. Kamar mandi nya hanya ada di samping dapur.

Usai mencuci muka dan berwudhu, mas Reyhan menuju ke arah ku, ia pun duduk di samping ku sambil menyesap pelan kopi hitam milik nya.

" Dek, mas minta kamu luaskan rasa sabar nya ya, jika tinggal disini " Ucap mas Reyhan.

" Emang kenapa mas?? " Tanya ku penasaran.

" Nanti kamu akan tahu sendiri, yang penting luaskan rasa sabar nya" Jawab mas Reyhan sambil tersenyum.

Aku pun ikut tersenyum ke arah nya. Mas Reyhan itu pribadi yang sangat sabar, itu menurut penilaian ku saat ini. Entahlah... Bagaimana dengan satu tahun ke depan.

Saat ini, matahari mulai naik dan menyinari alam semesta. Beberapa burung juga tampak berkicauan meramaikan suasana. Dan sepagi ini, di rumah mertua ku sudah datang beberapa tetangga yang akan membantu membereskan semua sisa acara kemarin.

Aku yang tak terbiasa hanya berdiam diri saat orang lain sibuk pun mendekati seorang ibu ibu berdaster lusuh yang sedang memotongi sayuran.

" Ini di potong semua bu? " Tanya ku.

" Iya nduk... " Jawab nya judhes.

Bushetttt...... Ni orang apa setan ya?? Cuma di tanya gitu aja jawaban nya nggak ikhlas banget.. Pikir ku.

Karena tak tahan dengan lirikan mata nya yang mengintimidasi dan kata kata judhes yang keluar dari mulutnya, aku pun segera beranjak pergi, mengurungkan niat ku untuk membantu nya.

Aku pun kembali melihat lihat sekitar area dapur. Sebenarnya, aku pun ingin ikut membantu, namun aku tak ingin berurusan dengan orang-orang yang judes. Akhirnya, aku memutuskan untuk bergabung dengan mas Reyhan dan abah yang tengah bersantai.

" Duduk saja nduk, jangan hiraukan tatapan sinis ataupun perkataan menyakitkan dari mereka. Ngga usah di fikir, nggak ada gunanya. Mereka semua terbiasa seperti itu" Dawuh Abah.

Deg!!!  Bagaimana Abah bisa tahu??

" Tidak Abah, Aleeza tidak apa apa kok. tadi hanya ingin berkenalan aja dengan mereka " Jawab ku sambil tersenyum.

" Rey, ajak istri mu sarapan sana. Di ruang makan aja " Titah Abah.

" Iya bah" Jawab mas Reyhan.

" Dek, yuk sarapan dulu " Ajak mas Reyhan. Lantas, ia berdiri dan menggandeng tangan ku menuju ruang makan.

Di meja makan panjang itu, sudah tersedia nasi, buah buah an, rendang, rawon, oseng oseng, dan capjay. Mungkin, semua makanan itu adalah sisa hajatan kemarin.

Aku pun menarik kan kursi untuk mas Reyhan. Lalu, mengambilkan piring dan mengisinya dengan nasi beserta lauk pauk nya.

" Mas, mau yang mana lagi?? " Tanya ku usai mengambilkan beberapa potong daging rendang untuk nya.

" Capjay itu aja dek, kayaknya enak " Jawab mas Rey.

Dengan segera, ku layani permintaan laki-laki yang telah menjadi suami ku itu dengan penuh suka cita.

" Terima kasih sayang " Ucap mas Rey.

Dan lagi lagi, ucapan itu mampu membuat pipi ku memerah seperti tomat.

Setelah melayani suami ku, aku pun ikut mengambil piring dan mengisinya dengan makanan yang ku inginkan.

" Makan yang banyak sayang, jangan takut gendut. Kamu tetap cantik kok" Goda nya lagi.

" Sudah mas, ini sudah banyak kok. Mas mau lagi? " Tanya ku.

" Engga dek, ini sudah cukup" Jawab nya.

Sepuluh menit kemudian, kita berdua pun selesai makan. Aku berniat untuk mencuci piring bekas kita makan, namun mas Reyhan mencegah ku.

" Biar disini saja. Biarkan mereka yang mencuci piring nya" Titah mas Reyhan sambil menujuk ke arah gerombolan ibu ibu yang tengah bersih bersih.

Aku pun mengangguk paham, dan mengikuti langkah kaki nya menuju kamar kami.

" Nduk.... Aleeza...!!! " Panggil ibu mertua.

" Iya bu... " Jawab ku.

" Sini bentar, " Pangil beliau.

Mendengar panggilan itu, aku bergegas menemui beliau.

Setelah kedatangan ku, ibu mertua menyerahkan sepiring besar penuh buah buah han pada ku. Saat itu juga, aku mendengar kasak kusuk tetangga yang membicarakan ku.

" Iya lo, mentang-mentang pengantin baru, diam di kamar aja, nggak mau bantuin kita" Ucap Ibu ibu berdaster kuning.

" Tau tuh , seharusnya dia itu mendekati kita agar cepat kenal dan akrab" Sahut emak emak berjilbab merah.

" Sekarang aja sok sok an sopan banget, nada bicara nya lembut banget, lihat aja... Satu bulan kemudian pasti udah kayak mak Lampir " Ucap Ibu ibu yang dandan nya paling menor di antara mereka semua.

Astagfirullah ya Alloh.....

Mereka melihat ke arah ku, dan aku menatap mereka dengan ramah, ku angguk kan kepala ku dan ku berikan senyuman yang paling manis. Lalu, aku pun berbalik arah menuju kamar ku, dan aku masih bisa mendengar dengan jelas, ucapan terakhir mereka.

" Gitu aja sok belagu!! " Tukas mereka.

Ah, biarlah... Terserah mereka mau berkata apa. Dari ini aku pun tahu, bahwa kedepan nya, aku harus ekstra hati-hati, karena para tetangga ku adalah lampir. Hahaha....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status