Iring-iringan mobil mewah membelah jalanan Souland. Tampak semua mobil yang ada didepan iring-iringan tersebut lebih memilih menyingkir. Mereka sadar jika menghalangi mobil-mobil mewah itu urusannya bisa panjang.
Jesica didalam mobil tidak bisa berkata-kata. Ia benar-benar gugup, di perlakukan bagaikan ratu malam ini."Apa kamu menyukainya sayang?" tanya Martin lembut.Jesica mengangguk lirih, wanita itu tidak bicara, ia masih merasa bersalah dengan Martin. Karena sempat memiliki pikiran untuk menceriakan suaminya itu.Martin menggenggam tangan Istrinya lalu mengecupnya. "Maafkan aku, karena selama ini telah membuat kamu menderita."Jesica menatap suaminya itu yang tampak berbeda dari biasanya. Malam ini ia terlihat sangat tampan dan berkarisma, tidak seperti penampilannya dulu."Martin, apa kau boleh bertanya?"Martin mengangguk lirih. "Silahkan.""Sebenarnya kamu ini siapa? Dan kenapa tiba-tiba kamu berubah drastis seperti ini?"Begitu banyak pertanyaan yang ingin di lontarkan dari bibir wanita tersebut. Ia ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi, kenapa suaminya bisa berubah sedrastis itu?.Martin tersenyum. "Ada banyak hal yang tidak perlu kamu tahu dulu, suatu saat nanti kamu pasti tahu. Siapa suami kamu ini, tapi untuk sekarang kamu tidak perlu tahu siapa aku, yang pasti mulai sekarang aku akan membahagiakanmu," jawabnya lembut.Jesica menghela napas. "Baiklah kalau itu mau kamu, aku tidak akan bertanya lagi," ucapnya sambil memalingkan wajahnya.Martin meraih dagu Jesica agar wanita itu menghadapnya, tiba-tiba ia mengecup bibir Jesica, hingga wanita yang sudah menjadi Istrinya itu membelalakkan mata lebar."Jangan banyak berpikir, yang penting sekarang. Aku bukanlah orang yang mudah diremehkan seperti dulu," ucapnya lembut sambil mengusap bibir istrinya itu.Tampak Jesica tersipu, wajahnya merah merona bagaikan tomat yang sudah matang saja.Martin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul, ia begitu gemas dengan Istrinya yang terlampau polos itu.Jesica buru-buru membuang mukanya, ia benar-benar dibuat luluh oleh Martin. Pria yang selama ini tidak berani menyentuhnya, kini malah terlihat sangat berani padanya. Namun, anehnya Jesica tidak menolak sama sekali."Apa yang aku lakukan? Kenapa aku malah senang diperlukan Martin seperti ini? Apakah mungkin aku benar-benar jatuh cinta dengannya?"Dalam hati Jesica mencoba mencerna apa yang sebenarnya ia rasakan. Sementara Martin tampak biasa saja, baginya perlakuannya pada Jesica merupakan hal yang lumrah.****Iring-iringan mobil sampai didepan gerbang kediaman keluarga Vlar.Sontak saja membuat semua tamu yang baru datang melihat ke arah mobil tersebut, mereka semua tentunya sangat penasaran. Keluarga mana yang datang dengan iring-iringan mobil mewah itu?.Mata semua orang tertuju ke sebuah mobil, dimana ada dua orang pelayan yang membuka pintu mobil tersebut.Martin dan Jesica turun dari mobil. Para wanita langsung tercengang ketika melihat Martin yang penampilannya malam itu begitu berbeda. Mereka tidak menyadari kalau orang yang mereka kagumi merupakan orang yang selalu terhina di keluarga Blody.Para pria juga sama saja, kecantikan Jesica malam itu begitu memancar. Apalagi yang meriasnya orang profesional, membuat wanita itu begitu teihat memukau."Astaga, apakah mereka pasangan Dewa, Dewi?""Aku setuju, mereka pasangan yang serasi.""Andai saja aku bisa ada diposisi mereka."Martin memberikan tangannya ke Jessica, agar wanita itu merangkul dirinya. Awalnya Jesica ragu, tapi setelah Martin tersenyum kepadanya, wanita itu reflek langsung merangkul lengannya.Mereka berdua masuk kedalam kediaman keluarga Vlar, dengan Ivan dan Adrian yang mengekori dari belakang."Jesica, Kamu Jesica bukan?" tiba-tiba terdengar suara wanita yang menegur Jesica.Reflek Martin dan Jesica menoleh. Jesica membelalakan mata lebar ketika melihat sahabatnya yang ternyata datang menegurnya."Sela, Kamu juga datang?" seru Jesica senang."Astaga, kamu sangat cantik malam ini Jes," puji Sela kepada sahabatnya itu."Kamu juga cantik Sel," balasnya.Sela menatap Pria yang sedang dirangkul Jesica, ia melihatnya dari atas sampai bawah. Sela merasa tidak asing dengan pria tersebut, tapi ia tidak tahu pernah bertemu dimana."Jes, kamu bawa pria lain? Mana suami kamu?" tanya Sela berbisik.Jesica mengerutkan keningnya lalu menjawab. "Kamu bercanda? Dia suamiku."Sela terkejut, sekali lagi ia menatap Martin dengan seksama. Sela menutup mulutnya tidak percaya, pantas saja ia merasa seperti pernah melihat pria yang bersama sahabatnya itu.Martin tersenyum simpul. "Selamat malam Nona, saya Martin Luther," sapanya ramah."Eh, saya Sela Amanda, maaf saya tidak mengenali anda," jawab wanita itu merasa bersalah."Tidak apa, aku sudah biasa tidak dianggap," ucap Martin masih sambil tersenyum.Jesica mencubit pinggang Martin, sehingga pria itu reflek menoleh kearah Istrinya. Tampak wajah Jesica yang cemberut.Martin tersenyum getir, ia tahu kalau istrinya pasti merasa bersalah jika sedikit mengungkit masa lalu suram yang telah di laluinya."Sel, kamu datang sama siapa?" tanya Jesica sambil mencari orang yang bersama Sela."Aku datang sendiri, nanti aku kenalkan kamu dengan kekasihku, ayo masuk dulu!" ajak Sela ramah.Jesica mengangguk. Mereka bertiga masuk kedalam kediaman keluarga Vlar.Martin memberikan kode pada kedua bawahannya itu agar menyiapkan apa yang ia sudah perintahkan sebelumnya.Adrian mengangguk mengerti, ia bergegas masuk kedalam untuk memberitahu keluarga Vlar kalau tuannya sudah datang.***Didalam aula mansion keluarga Vlar. Acara sudah akan dimulai, pembawa acara mulai naik keatas panggung untuk memanggil para pengisi acara satu persatu.Ketika acara baru mau dimulai, Pak tua Vlar tiba-tiba naik keatas panggung dengan wajah begitu sumringah. Ia juga meminta microfon yang dipegang pembawa acara."Selamat malam semuanya! Maaf karena aku harus menunda acaranya terlebih dahulu, karena malam ini sangat bahagia buatku, bukan hanya bertambahnya usiaku saja, tapi Tuan Luther juga hadir di sini!"Seketika semua orang terkejut, tentu mereka semua tahu marga Luther. Mereka mengira kalau orang tersebut dari Newland, mengingat keluarga Luther sekarang hanya ada di Newland.Pak tua Vlar berbicara lagi. "Tuan Luther, terimakasih banyak karena sudah mau datang ke acara saya," ucapnya sangat sopan.Semua orang mencari sosok Tuan Luther yang dibicarakan Pak tua Vlar. Mereka semua tidak menyadari kalau orang yang dimaksud pak tua Vlar adalah menantu terhina keluarga Blody.Ivan membukakan jalan untuk Martin, semua orang tentu saja terkejut ketika melihat Martin dan Jesica."Astaga, bukankah itu Jesica?""Kamu benar itu Jesica, tapi dia bersama siapa?""Ya ampun, ternyata Jesica benar-benar membuang suami tidak bergunanya dan mencari pria lain? Aku benar-benar tidak menyangka."Gosip mulai tercipta, Jesica juga mendengar hal tersebut. Membuat dirinya merasa tidak nyaman sama sekali.Martin menyadari kalau Istrinya merasa tidak nyaman karena dibicarakan yang tidak-tidak oleh mereka semua. Belum ada yang menyadari kalau orang yang bersama Jesica merupakan Martin. Orang yang selama ini selalu menjadi bahan olok-olokkan semua orang di kota Bros.Martin tahu Istrinya mulai merasa tidak enak, pria itu mengusap lembut lengan sang Istri sembari tersenyum simpul.Jesica menatapnya tidak berdaya, pasalnya wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela sang suami. Namun, Martin tetap mengajak Jesica naik ke panggung tidak perduli dengan perkataan orang yang hadir di sana."Tidak apa, ini sudah biasa bagiku, bukankah kamu tahu itu?" bisik Martin lembut.Jesica menatap suaminya, terlihat tatapan Martin yang penuh kepercayaan diri membuat wanita itu sedikit tertegun.Selama dua tahun menikah, baru kali ini ia melihat Martin yang tampak percaya diri dihadapan banyak orang.Martin menganggukkan kepalanya mengajak Jesica naik ke atas panggung. Wanita itu hanya bisa menurut naik ke panggung dengan tatapan sinis dari wanita muda yang hadir di sana, pasalnya Martin tampak lebih tampan daripada biasanya."Tuan Luther, terima kasih sudah mau datang ke acara pria tua ini," sambut Pak tua Vlar bersemangat.Sebelum Martin menjawab, tiba-tiba
Theodore terus mendekat ke arah Jesica, pria tersebut mengulurkan tangannya untuk meraih dagu wanita itu. Namun, tiba-tiba Martin meraih tangan Theodore lalu memelintir tangan yang akan menyentuh istrinya.Argh!Theodore memekik kesakitan saat Martin memelintir tangannya. Pria itu sedikit terkejut dengan tindakan suami Jesica."Berani kau menyentuh Istriku dengan tangan kotor mu, aku pastikan kau tidak bisa menggunakannya lagi!" ujar Martin dingin."Bedebah, kau hanyalah sampah keluarga Bloody tidak usah sok keras!" raung Theodore marah masih tidak mau kalah.Klak!Argh!Suara tulang bahu Theodore terdengar bergeser dari tempatnya, membuat pria itu meraung kesakitan. Semua orang yang melihat hal tersebut sangat terkejut, bahkan Pak tua Vlar yang ada di atas panggung juga tidak menduganya.Jesica menutup mulutnya tidak percaya, ia baru melihat sosok suaminya yang begitu sangat berbeda. Pria yang selalu dirundung kini berubah seratus delapan puluh derajat di hadapannya."Pengawal apa ya
Ramsdale Roosevelt tentu saja terkejut saat mendengar Ivan Jenner bersama dengan orang yang mengaku tuan Luther. Pria itu bergegas menghubungi Danil Luther, Paman Martin yang sekarang memimpin keluarga Luther di Newland.Ramsdale terlihat gugup ketika menelepon Danil, belum apa-apa keringat dingin sudah mengucur deras di dahinya.Bagaimanapun Danil merupakan sosok yang sangat disegani, ia menjadi pemimpin Mafia keluarga Luther setelah Martin menghilang dua tahun lalu.Setelah beberapa saat panggilan Ramsdale dijawab Danil. "Ada apa Ramsdale?" tanya Danil langsung diseberang telepon."T-Tuan besar Luther, saya mendengar tuan Jenner telah mempermalukan anak saya di acara ulang tahun Pak tua Vlar ....""Lalu apa masalahnya denganku? Bukankah sudah wajar kalau anakmu berbuat salah, Ivan tidak mungkin mempermalukan orang sembarangan!" Ramsdale belum selesai bicara Danil memotong sambil memarahinya."B-Bukan itu masalahnya tuan besar Luther, anak saya mengatakan kau ada orang yang mengaku me
Orang yang berada didalam mobil tidak terkejut sama sekali saat bawahan Adrian menghampirinya, dengan wajah malas pria itu turun dari mobil."Ada apa?" tanya pria itu saat keluar dari mobil."Masih bertanya kau ada apa?!" tanya bawahan Adrian sedikit membentak.SwutKlapSebuah pukulan melesat ke arah pria tersebut. Namun, ia dengan mudah menangkap pukulan itu.Duak BruakPria itu menarik tangan bawah Adrian memukul tengkuknya lalu membenturkannya ke mobil, membuatnya jatuh tidak sadarkan diri seketika.Bawahan Adrian yang satunya menggertakkan gigi ketika melihat rekannya jatuh pingsan. Ia menyerang pria itu tanpa aba-aba.SwutDuakBruakBukannya pengintai yang kena, bawahan Adrian malah terkena tendangan pria tersebut dengan keras diperut membuatnya jatuh bersimpuh dihadapan pengintai sambil memegangi perutnya."Lemah sekali ka ...." Suara pria itu tercekat ketika moncong pistol tiba-tiba menempel di kepalanya."Heeeh, aku kira mereka hanya anjing jalanan," lanjutnya sambil menole
Zarko masih tertegun ditempatnya, sebelum akhirnya ia tersadar dan segera menghampiri Martin, bertekuk lutut dihadapannya."Seingat ku dulu kau sudah mengabaikan aku saat dikejar para pembunuh bayaran Zarko!" hardik Martin."Tuan, saya bisa menjelaskan semuanya," jawabnya sambil mendongak menatap Martin.BugZarko terjungkal kebelakang saat Martin menendangnya dengan keras, membuat pria itu sedikit terkejut. Namun, ia tidak melawan sama sekali."Jelaskan? Bukankah tidak perlu dijelaskan lagi, kamu orang pertama yang aku mintai bantuan dan terdekat dari wilayah itu, tapi mengabaikannya begitu saja?!" bentak Martin sambil menatap Sinis Zarko yang masih duduk ditanah."Tuan, semua itu karena tuan Danil memfitnah anda!" jawab Zarko tegas.Ivan dan Adrian yang mendengar hal tersebut terkejut, mereka saling menatap satu sama lain, ternyata memang Danil kemungkinan ada dibalik kejadian pada saat itu.Martin tersenyum saat mendengar pengakuan Zarko, setidaknya ia memiliki titik terang siapa or
Jelas saja semua bawahan Martin yang ada di sana terkejut dengan tindakan bosnya yang tiba-tiba itu. Mereka tidak pernah menyangka kalau tuannya akan menembak Lisa dan Arhas yang merupakan bawahan setianya.Martin mendekat ke arah Arhas, ia jongkok menodongkan pistol di kepala Arhas. "Tu-Tuan apa salah saya?" tanya Arhas memberanikan diri sambil menahan rasa sakit di pahanya."Apa aku perlu menjelaskan?" Martin balik bertanya dengan suara dingin.Arhas menelan ludah, wajahnya pucat pasi melihat Martin yang tanpa ekspresi menatap dirinya. Ia tahu kalau bosnya itu sedang marah.Arhas mencoba melirik Lisa. Namun, wanita itu tidak berani buka suara sama sekali, ia hanya menundukkan kepala sambil memegangi pahanya yang terkena tembakan."Ka ....""Sayang, suara apa tadi?!" tiba-tiba terdengar suara Jesica saat Martin akan berbicara pada Arhas, membuat pria itu seketika langsung menoleh.Ivan dan Adrian sontak saja ketakutan saat mendengar suara Jesica datang, mereka lupa kalau di Mansion
Jesica dan Martin langsung menoleh ke arah suara. Martin mengerutkan kening saat melihat seorang wanita cantik dengan tergesa-gesa menghampiri Jesica. Sementara Jesica tampak tersenyum ke arah wanita tersebut."Melani!" seru Jesica tampak bersemangat."Sudah lama aku tidak melihatmu ke kantor, mentang-mentang suami kamu sekarang sudah sukses," celetuk wanita itu sambil menggenggam kedua tangan Jesica."Kamu ini bicara apa sih, aku juga mau bekerja, tapi mau bagaimana lagi ...." Jesica menghela napas panjang.Melani tersenyum simpul. "Aneh kamu ini, wanita lain akan senang tidak perlu bekerja lagi, dimanjakan sang suami," ucapnya sambil melirik Martin.Mata Melani mengedip kearah Martin, tampaknya wanita itu memiliki niat lain mendekati Jesica.Martin mengernyitkan dahi melihat Melani yang tampak mencurigakan, pria itu sudah bertemu dengan puluhan bahkan mungkin ratusan wanita yang berbeda. Jadi ia tahu hanya dalam sekali lihat saja dari sikap dan perangai Melani."Sudahlah jangan baha
Melani merupakan sahabat Jesica sejak mereka SMA. Namun, yang tidak diketahui Jesica, keluarga Melani merupakan kelompok Mafia.Wanita itu bagian dari kelompok Mafia Wolf, tapi ia tidak begitu terlibat dengan pekerjaan keluarganya, membuat Melani tidak terdeteksi saat pembantaian masal kelompok Mafia Wolf oleh keluarga Luther.Melani berencana membalaskan dendam keluarga dan rekan-rekannya, sebab itulah ia berusaha mendekati Martin setelah tahu sosok tersebut masih hidup.Sebenarnya Melani tidak memiliki niat jahat dengan Martin, ia hanya ingin bekerjasama untuk membunuh Danil yang merupakan dalang pembantaian keluarga Wolf.Wanita itu sudah tahu semuanya, jika sebenarnya Danil yang memburu Martin menggunakan nama Mafia Wolf. Namun, demi menutupi semua itu, Danil membuat seolah Mafia Wolf yang bersalah dan membantai habis mereka semua.Melani mengumpulkan orang-orang tersisa kelompok Mafia Wolf demi membalaskan dendamnya. Akan tetapi cara pendekatan dia kepada Martin tampaknya salah, s