CklekDyra membuka pintu mobilnya. Saat dia sampai di depan alamat yang dia tuju. Dyra langsung turun dari dalam mobil bersama mamanya.Dyra mengedarkan pandangannya. Rumah yang ada di depannya sangat besar dan terlihat mewah dari depan. Rasanya Dyra tidak percaya jika Arsenio pemilik rumah itu. Pasalnya Dyra sangat hapal jika Arsenio laki-laki miskin yang tidak mungkin bisa membeli rumah sebagus itu.“Ini benar rumahnya Arsenio Ma?”“Dari alamat yang dikirimkan orang suruhan Mama sih benar Dyra. Kalau ini rumahnya Arsenio.”“Tapi kok rumahnya Arsenio bisa sebagus dan semewah ini sih Ma? Mama tahu kan kalau Arsenio itu laki-laki miskin?”“Iya juga sih Dyra. Mama juga berpikiran seperti itu. Tapi orang suruhan Mama tidak mungkin membohongi Mama kan Dyra?”“Daripada kita terus-terusan menduga-duga. Lebih baik kita samperin rumah itu deh Ma.”“Iya Dyra.”Dyra dan juga mamanya langsung melangkahkan kakinya berjalan mendekati rumah itu. Dari luar. Dyra melihat rumah itu sangat sepi.“Coba
“Aku ada di mana?”“Kamu ada di rumah sakit.”Mendengar suara seseorang. Arsenio langsung mengalihkan pandangannya.DegArsenio terkejut. Pasalnya saat itu Arsenio melihat Dyra dan mamanya ada di sampingnya. Arsenio ingat malam itu dia ada di dalam tahanan. Tapi Dyra dan mamanya? Arsenio pun dibuat bingung bercampur terkejut.“Apa Dyra datang untuk menjengukku?” bisiknya. Arsenio mengukir senyuman. Yah, Arsenio sangat senang dengan kehadiran Dyra. Pasti Dyra menjenguknya karena dia masih mencintainya. Bagaikan angin segar. Arsenio kembali bersemangat.“Tidak kusangka. Setelah kamu tidak bersamaku lagi. Hidupmu semakin berantakan.” Ucap Dyra dengan tersenyum mengejek.“Maksud kamu apa Dyra? Bukannya kamu datang untuk menjengukku?” “Aku datang untuk menjengukmu? Mimpi kamu. Mana mungkin aku membuang-buang waktuku hanya untuk laki-laki miski sepertimu.”DegSenyuman Arsenio langsung lenyap. Dia salah. Arsenio pikir Dyra datang untuk menjenguknya. Tapi malah sebaliknya.“Ini.”Arsenio me
PyarrrrrrArsenio membanting gelas yang ada di dekat nakas. Arsenio marah. Jika dia tidak selemah ini. Pasti Dyra tidak akan pergi dengan tanda tangannya.“Kamu memang laki-laki tak berguna Arsenio.”Arsenio kesal. Arsenio marah pada dirinya dan juga takdir Tuhan yang tidak pernah berpihak kepadanya. Baru saja Arsenio kehilangan putranya, dan sekarang Arsenio harus menerima kenyataan pahit lainnya. Arsenio harus kehilangan wanita yang sangat ia cintai. Arsenio benar-benar tidak sanggup menjalani hidupnya yang penuh dengan luka ini.“Ambil saja nyawaku, Tuhan. Ambil saja. Aku sudah tidak sanggup dengan hidupku yang menyedihkan ini.”Tanpa diundang. Air mata Arsenio berjatuhan. Arsenio benar-benar berada di titik terendahnya. Tidak ada lagi gairah bagi Arsenio untuk hidup. Arsenio menyerah, dan memilih menyusul putranya.“Tidak ada alasan lagi untuk aku hidup. Semua orang yang aku cintai. Pergi meninggalkan aku sendirian.”Arsenio mengalihkan pandangannya. Arsenio melihat serpihan gelas
Deg“Lihat siapa yang datang Ma.”Jihan terkejut dan langsung menghentikan langkahnya. Saat itu Jihan melihat Dyra bersama Mama tirinya berjalan keluar dari dalam rumah sakit.“Kamu datang untuk menjenguk laki-laki miskin itu? Wah, sepertinya kalian berdua ada hubungan istimewa,” kata Dyra yang tersenyum mengejek, namun Jihan memilih diam.“Kalian berdua cocok kok. Yang satunya laki-laki miskin, dan satunya laki wanita gembel. Kenapa tidak dari dulu saja kalian bersama?” sambungnya, namun Jihan tetap memilih untuk diam. Menanggapi ucapan Dyra. Sama saja menginginkan masalah di hidupnya.“Kamu tuli ya!!!!!!” bentak Dyra yang mulai kesal.“Maaf, aku tidak ada urusan dengan kamu.”Jihan melangkahkan kakinya kembali, namun Dyra langsung menarik tangannya.“Kamu berani denganku?”“Aku tidak ingin mencari masalah. Lebih baik kamu biarkan aku pergi.”“Kau!!!!!!”Dyra tidak lagi bisa mengontrol emosinya. Dyra mengepalkan tangannya. Saat Dyra hendak melayangkan tangannya. Mamanya langsung meng
“Lepaskan aku!!!!!!”“Kami tidak akan membiarkan anda bunuh diri.”Arsenio memberontak, mencoba melepaskan dirinya dari kurungan mereka, namun usaha Arsenio berakhir sia-sia.“Aku bilang lepaskan aku!!!!! Biarkan aku mati!!!!!”“Ikat pasein di atas tempat tidurnya.”“Baik dok.”Mereka menarik Arsenio, dan membaringkannya dengan paksa di atas tempat tidur. Mereka bekerja sama untuk mengikat Arsenio.“Aku tidak mau diikat. Lepaskan aku!!!!!”Arsenio tidak berhenti berteriak dan juga memberontak, namun dokter dan juga perawat tadi terus menahannya.Dari balik pintu yang tertutup. Jihan berdiri di depan pintu ruangan Arsenio, dan melihat keadaan di dalamnya dari kaca. Jihan merasa kasian melihat Arsenio. Terlihat jelas dari sikap dan wajah Arsenio. Jika saat ini ia tengah depresi berat.“Sejak tadi pagi sampai sekarang. Dia terus mencoba melakukan percobaan bunuh diri,” kata polisi yang berdiri di samping Jihan. Jihan melihat polisi itu. Darinya Jihan mendapatkan laporan apapun tentang Ar
CklekLangkah Arsenio berjalan masuk ke dalam rumah. Rasanya dia sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan istri dan anak laki-lakinya yang baru lahir satu minggu yang lalu."Pasti Dyra senang aku bawakan makanan kesukaannya."Arsenio yang tidak sabar. Terus mempercepat langkahnya."Kamu harus menceraikan laki-laki miskin itu Dyra."DegLangkah Arsenio harus terhentikan saat mendengar suara dari dalam kamar. Arsenio diam di tempatnya, dan mendengarkan percakapan yang tengah berlangsung itu."Iya, Mama benar. Aku juga sudah capek punya suami miskin seperti Arsenio."Seperti tertampar keras hati Arsenio mendengar ucapan istri yang sangat ia cintai. Begitu teganya dia mengucapkan kalimat yang tidak pernah ingin ia dengar seumur hidupnya."Lalu kapan kamu akan menceraikannya?""Secepatnya Mama.""Bagus. Setelah kamu bercerai dengan Arsenio. Kamu menikah dengan David. Dia laki-laki kaya raya yang dulu pernah Mama kenalkan sama kamu.""David anaknya Om Bastian ya Ma?""Iya, benar. Mama
“Jihan.”“Maaf Kak, aku mengikuti Kakak.”Saat itu Arsenio baru sadar. Jika Jihan tengah menggendong putranya. Karena amarahnya. Arsenio hampir saja melupakan putranya."Biar aku yang menggendong Arlo.""Iya Kak."Arsenio mengambil Arlo yang digendong Jihan. Arsenio memandangi wajah putranya. Dia sangat mirip dengannya. Amarah yang tadinya menguasai Arsenio pun mulai menghilang."Papa akan membuat kamu bahagia sayang. Papa janji."Arsenio mengecup kening putranya penuh cinta. Dan setelahnya Arsenio melangkahkan kakinya kembali.Langkah Arsenio terus berderap menjauhi rumah Dyra. Namun tidak lama setelahnya Arsenio menghentikan langkahnya kembali. Arsenio membalikkan badannya."Kamu mengikutiku?""Aku tidak tahu mau tinggal di mana Kak."Arsenio melihat Jihan. Meski selama menikah dengan Dyra hubungannya dengan Jihan tak begitu dekat, namun Arsenio tahu jika Jihan wanita baik. Dan itu terbukti semenjak Arlo lahir. Dia lah yang merawatnya."Aku tidak punya rumah. Kamu tetap mau ikut den
Jihan membalikkan badannya dan melihat Arsenio yang melihat kearahnya.Pandangan Arsenio memperhatikan Jihan dari kaki hingga kepalanya. Jihan terlihat sangat menyedihkan. Wajahnya penuh dengan keringat. Tidak hanya itu saja. Penampilannya juga degil dengan mata panda. Komplit sudah penampilan Jihan yang sangat buruk di mata Arsenio."Pasti semalam dia tidak tidur, dan melaksanakan perintahku," bisiknya.Arsenio mengedarkan pandangannya. Rumahnya yang tadinya penuh dengan debu dan sarang laba-laba. Kini terlihat bersih dan indah. Arsenio kembali melihat Jihan yang diam di depannya."Biarkan saja. Ini tugasnya karena numpang di rumahku," bisiknya kembali."Ada apa Kak Arsenio memanggilku?""Buatkan aku sarapan. Saat aku ke dapur. Makanan itu sudah harus terhidang di atas meja makan.""Baik Kak."BrakkkkArsenio membanting pintu kamarnya. Meski saat itu Jihan masih berdiri di depan pintu.Perhatian Arsenio tertuju pada amplop putih itu. Arsenio membalik amplop tadi, dan saat itu Arsenio