Share

3. Keluarga Geraldy

Sejak kejadian itu sebagian siswa siswi yang tahu dia bukan pencurinya, mulai menaruh simpatik padanya. 700 juta bukan uang yang sedikit walau itu untuk golongan menengah ke atas seperti mereka. Satu persatu yang tadinya mulai menjauh kini berusaha mendekatinya kembali. Selama di Sekolah itu Keysa tak punya teman dekat makanya dia tak perduli sedikit pun terhadap mereka. Toh sebentar lagi pengumuman kelulusan dan dia akan keluar dari sekolah itu.

"Kau akan melanjutkan kemana setelah ini Key ?" Tanya seorang siswi yang bernama Mutia.

"Lom tau, kamu sendiri kemana ? Luar negeri ?"

"Sepertinya dalam negeri saja, toh kualitas sekolah disini tak kalah dengan luar negeri."

Keysa manggut-manggut, setelah berbasa basi dia segera meninggalkan sekolah itu dengan tak lupa menyapa tukang pembersih taman dan satpam. Dengan lambaian tangan mereka Keysa meninggalkan sekolah dengan menggunakan ojek pangkalan. Keysa menuju tempat yang sering didatanginya akhir-akhir ini. Tak ada yang tau, orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan, bahkan ibunya yang hanya pemilik butik pakaian-pakaian import saja seakan tak punya waktu untuk sekedar tahu apa yang dilakukan anak keduanya itu.

Sore hari barulah Keysa tiba di rumah. Seorang maid sedang menyiram bunga di halaman depan rumahnya.

"Bi, ayah dan ibu sudah pulang ?" tanyanya dengan gayanya yang berlari-lari kecil, melompat-lompat bagaikan anak kecil, tapi emang dia masih kecil.

"Nyonya baru saja tiba non, tapi tuan belum pulang," jawab maid dengan sopan. Walau Keysa sangat dekat dengan mereka tetapi maid tetap memposisikan diri sebagai pembantu. Walau terkadang jika Keysa sedang bahagia tak segan-segan memeluk mereka dan tertawa bersama.

"Makasih ya bi," Keysa segera masuk dan berlari menuju kamarnya di lantai dua. Ditengoknya kamar kakaknya. "Hmmm rupanya dia juga belum kembali," gumamnya.

Pembantu di rumahnya berjumlah sepuluh orang, bisa dibayangkan seberapa besar rumah mereka dari jumlah maid sebanyak itu. Mereka sangat sedih mendengar Keysa akan dimasukkan ke Pesantren, mereka tahu jika Keysa masuk sekolah itu, maka mereka akan jarang bertemu. Tak akan ada lagi yang memperlakukan mereka layaknya keluarga. Perbedaan kasta akan lebih dominan, mana pembantu mana majikan.

Keysa sampai hari ini belum tau dia akan sekolah dimana, percuma rasanya mendaftar sendiri. Orang tetap akan melihat ayahnya dan bukan dirinya. Hufftt !

Saat malam tiba, semua keluarga berkumpul di ruang makan.

"Panggil Keysa bi," titah Syakila.

Bibi yang bernama Harti tergopoh-gopoh naik ke lantai dua, usianya baru menginjak empat puluhan makanya masih lumayan kuat untuk naik tangga yang jika dihitung sebanyak duapuluh anak tangga. Desain tangga rumah mewah ini, pagar tangga dibalut material kayu berwarna hitam. Gemerlap datang dari material anak tangganya yang berupa tegel marbel berwarna hitam keunguan. Kerlip hiasan yang menggantung dari langit-langit pun membuat tangga rumah mewah ini seperti sedang turun dari atas langit. Bibi Harti menarik nafas pelan dan segera mengetuk kamar Keysa. Tok...tok... "Non Keysa, ditunggu diruang makan !"

Karena tak ingin bibi Harti bolak balik naik tangga untuk memanggilnya, akhirnya dia segera keluar dengan pakaian tidur. Gaya Keysa tidak seperti kakaknya yang harus menjaga penampilan yang menunjukkan jika dia anak orang kaya. Perbedaan menyolok diantara mereka ketika berada di dalam rumah, Keysa dengan gayanya yang sangat sederhana, terkesan badung namun ramah, berbanding terbalik dengan Adinda penurut namun sombong.

Keysa segera bergabung bersama kedua orang tuanya dan duduk disamping Adinda. Tak sedikitpun dia melirik Adinda, kedua bersaudara itu bahkan jarang bertegur sapa sekalipun berpapasan. Sebenarnya Keysa menghargai kakaknya, namun melihat perlakuan buruk kakaknya kepada para pembantu membuatnya muak.

Keempat keluarga itu makan tanpa berbicara sepatah katapun. Diliriknya Bibi Herti bersama bibi Hanah diujung dapur sedang berdiri menunggu mereka selesai makan, diangkatnya kedua keningnya kepada mereka yang kebetulan melihatnya. Kedua maid itu hanya menunduk dan menggelengkan kepalanya. Keysa tau kedua pembantu itu pasti belum makan, semua pembantu di rumah itu akan makan setelah majikannya selesai makan. Salah seorang diantara mereka belum makan, maka para maid itu harus menunggu sampai semuanya selesai makan.

Pernah sepuluh pembantu rumah tangga itu makan di jam dua belas malam karena Adinda belum turun makan, tanggung katanya, masih kenyang. Keysa yang mengetahu hal itu segera berteriak sekencang-kencangnya, sehigga kedua orang tuanya yang hendak bersiap-siap tidur terpaksa keluar dari kamar karena mendengar teriakannya.Adinda yang sedang belajar dikamarnya turut keluar ketika diteriaki Kesya.

"Kak Dinda, apa kau itu manusia ? Jika kau mau mati jangan menyeret orang lain turut mati bersamamu !" Teriak Keysa dari lantai bawah.

Para maid yang berkumpul didapur ketakutan sehingga mereka berjejer bersembuyi dipintu dapur.

Syakila turun dari lantai dua. "Sudah larut malam, kenapa teriak-teriak ?"

"Lihat anak kesayangan ibu tuh, kalo dia gak mau makan bilang kek, jangan biarkan orang lain menunggunya. Jika dia gak makan sampai pagi, apa maid-maid ini gak makan juga sampai pagi ?" Keysa mendengus kesal ketika ibunya menghampirinya dan berusaha menenangkan anak badungnya ini.

"Lho, emang Dinda belum makan ?" Syakila melongokkan kepalanya ke lantai dua. Dan dengan ayunan tangannya menyuruh Dinda turun.

Sejak saat itu aturan makan di rumah itu dirubah, lewat dari jam sembilan malam, tak perduli majikan sudah makan atau belum, para maid diijinkan untuk makan.

Keysa berangan-angan jika dia kelak menjadi nyonya rumah maka tak akan ada perbedaan antara pembantu dan majikan. Pembantu boleh makan kapan saja, tapi tentunya dipisahkan saja makanan majikan. Tak boleh ada menu yang berbeda, majikan makan ayam maka pembantupun makan ayam. Begitu kira-kira angan-angan Keysa saat ini.

Ketika mereka semua telah selesai menyantap makanan di atas meja, Geraldy meminta tak ada satupun yang bergerak dari tempat duduk.

"Bersihkan meja makan, dan jangan ada yang meninggalkan tempat ini, ayah mau membicarakan sesuatu yang penting."

Tak ada yang bergerak, Bibi harti dan Bibi Hanah segera membersihkan meja makan. Setelah yakin semuanya bersih mereka menuju ke dapur dan memanggil para maid yang lain untuk makan malam.

"Ayah telah mendaftarkan Keysa ke Pondok Pesantren Modern AlKahfi, tak ada penolakan. Semua sudah dipersiapkan, Setelah pengumuman kelulusan Keysa segera masuk pondok."

Dinda terlihat senyum-senyum simpul, setidaknya tak ada lagi teriakan adik badungnya itu di dalam rumah. Keysa apalagi, dia tersenyum simpul walau dia tau bagaimana ketatnya peraturan pondok itu, orang tua boleh berkunjung sebulan sekali, kepulangan santri setahun sekali.Aktivitas selama setahun dilingkungan pondok saja, jika keluar didampingi ustad dan ustajah itupun jika ada acara yang mengatasnamakan sekolah. Santri yang ketahuan keluar tanpa izin akan mendapat sanksi, namun Keysa belum mendapat informasi kira-kira sanksi apa yang selalu diberikan kepada para santri yang melanggar peraturan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status