“Papa yakin rela menyerahkan putri kita untuk menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak mencintainya? Erlin itu putri kita satu-satunya lho, Pa. Mama takut dia tidak bahagia bersama Adian,” bisik Gayatri sebelum acara dimulai. Ada kecemasan tersendiri bagi Gayatri karena mengetahui pernikahan putrinya hanya didasari oleh rasa terpaksa. Entah dari pihak Adian maupun dari pihak keluarganya sendiri. Seandainya masih ada pilihan lain, mungkin mereka juga tidak akan setuju menikahkan Erlin dengan Adian. Pernikahan yang sama sekali tidak pernah dibayangkan sebelumnya.Beberapa hari yang lalu, Adian datang ke rumah keluarga Darman. Dia menyatakan persetujuannya untuk menikahi Erlin. Meski bukan berarti Adian setuju sepenuhnya karena dia juga masih mengajukan beberapa perjanjian tertulis.Setelah kesepakatan dibuat, hari dan tanggal pernikahan langsung ditentukan dengan cepat. Mereka tidak bisa menunda waktu lama karena khawatir orang lain akan tahu tentang kehamilan Erlin. Terlebih p
“Siapa yang punya kelainan?” ujar Adian membuat Erlin dan Antonio langsung menghentikan obrolan. Apalagi Adian juga sedang menatap mereka dengan penuh curiga.“Enggak kok enggak ada yang punya kelainan,” sahut Erlin mengelak dengan cepat.“Ya udah kalau gitu ayo pulang sekarang,” ajak Adian tak ramah.Laki-laki itu kemudian berjalan lebih dulu ke mobil. Sementara Erlin berusaha menyusul dengan langkah kecil dan sedikit kesulitan karena gaun yang dipakai. Erlin sempat mengajak Antonio pulang bersama mereka karena searah. Namun tentu saja Antonio menolak dengan alasan tidak mau mengganggu kebersamaan sepasang pengantin baru.Erlin terbirit-birit masuk ke dalam mobil. Dia duduk di kursi depan bersebelahan dengan Adian yang kini telah resmi menjadi suaminya. Sekilas Erlin memperhatikan wajah Adian. Terlihat kaku, tanpa ekspresi dan pandangan fokus untuk mengemudi.Sepanjang perjalanan hanya ada sunyi. Sama sekali tak ada pembicaraan walau sekedar basa basi. Suasana yang sangat membosankan
Erlin benar-benar tersinggung dengan perkataan Adian. Laki-laki itu berbicara seenaknya tanpa melibatkan perasaan. Terlebih lagi yang menjadi lawan bicaranya adalah seorang perempuan yang sedang hamil muda. Emosi Erlin cenderung lebih labil dari biasanya.Erlin yang kesal langsung bangkit dari duduk dan mengangkat gaun panjang yang tiba-tiba terasa lebih menyesakkan dari pada sebelumnya. Dia berjalan ke kamar mandi dengan hentakan kasar. Tapi Adian sama sekali tidak peduli dan membiarkan Erlin melakukan apa pun yang diinginkan.Erlin menghabiskan waktunya cukup lama di kamar mandi. Dia menangis sejadi-jadinya dengan tubuh dibiarkan terguyur air dari shower. Dia menumpahkan perasaannya yang terluka mengingat apa yang diucapkan Adian. Belum ada dua puluh empat jam, Erlin merasa sudah menyesal menerima pernikahan dengan laki-laki itu.“Apa aku sudah salah mengambil keputusan karena menikah dengan Pak Adian? Ini bukan jalan keluar dari permasalahan tapi justru seperti jebakan yang lebih b
Erlin menyesal telah menanggapi pesan dari Antonio yang justru membuat laki-laki itu salah paham. Erlin tak habis pikir bagaimana bisa Antonio mengatakan semuanya tanpa merasa malu. Gadis itu tak membalas pesan lagi dan meletakkan ponsel begitu saja di atas nakas. Sebagai gantinya, dia langsung menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya. Semua orang hanya membuatnya merasa kesal.Entah tengah malam jam berapa, Erlin menyibak kasar selimutnya karena merasa kepanasan. Tapi bukan seperti kepanasan karena cuaca, dia justru merasakan hal lain pada tubuhnya. Dia juga banyak berkeringat. Napasnya sedikit sesak karena flu yang menyerang.Gadis itu beranjak dari tempat tidur. Sejenak dia sempat melihat Adian yang masih pulas di sampingnya. Erlin berpikir dirinya terkena demam karena tadinya terlalu lama di kamar mandi. Tapi sekarang dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.Apartemen Adian adalah tempat baru baginya. Dia belum tahu seluk beluk tempat itu. Termasuk apakah Adian menyimpan perl
“Jangan gila deh! Saran macam apa yang dokter berikan padaku,” protes Erlin mendengar perkataan Antonio yang menurutnya aneh.“Lho, tidak ada salahnya melakukan cara itu. Kamu istrinya Adian. Jadi sah-sah saja kalau kamu menggodanya. Terkadang dalam beberapa kasus, perempuan memang harus bergerak lebih awal jika laki-lakinya tidak punya inisiatif,” jelas Antonio.“Tapi apa tidak ada cara lain yang lebih masuk akal dari pada itu?”“Erlin, setiap laki-laki itu punya hasrat. Termasuk Adian walau sedingin apa pun sikapnya. Kamu hanya harus berusaha mencairkan kebekuan hatinya dan membuat dia takluk kepadamu. Dengan cara itu maka pernikahan kalian akan terselamatkan.”“Apa itu tidak akan membuatku terlihat murahan? Lagi pula apa dengan menggodanya akan berhasil sedangkan dokter mengatakan kalau Pak Adian itu tidak normal?” lanjut Erlin.“Apa? Siapa yang mengatakan Adian tidak normal? Aku tidak pernah berkata seperti itu,” bantah Antonio tak mengakui bahkan tak menyadari.“Tapi waktu itu do
“Apa demam membuat pikirannya ikut terganggu sampai dia mengatakan hal seperti itu?” pikir Adian. Dia tampak salah tingkah karena ucapan Erlin. Namun secepat mungkin Adian segera menjauhkan dirinya dari tubuh gadis itu.“Kau harus istirahat agar cepat sembuh,” ucap Adian berusaha menetralkan sikapnya kembali.Tak berapa lama kemudian, suara bel berbunyi. Adian sigap pergi untuk membuka pintu apartemen. Setelahnya dia datang dengan membawa sebungkus makanan yang aromanya sudah menyeruak menggugah selera. Erlin yang memang tidak kehilangan selera makannya langsung bersorak dalam hati menebak rasa makanan itu pasti enak.Erlin memperhatikan Adian yang membawa bungkusan itu ke dapur. Laki-laki itu mempersiapkan semuanya untuk Erlin dan datang dengan membawa sepiring makanan. Sikap usil Erlin yang belum berhenti justru dengan sengaja meminta Adian menyuapinya.Lagi-lagi Adian hanya bisa menurut. Dia sabar menyuapi Erlin sampai makanannya habis. Bahkan dia juga memastikan Erlin meminum obat
“Jangan salah paham ya. Saya hanya memikirkan kandunganmu saja,” kata Adian mengelak.“Pak Adian duluan lho yang salah paham,” balas Erlin sembari mencebik.Saat itu juga Adian yang sudah mengambil sedikit jarak dari Erlin baru menyadari penampilan gadis di hadapannya. Lagi-lagi Adian dibuat tercengang. Erlin hanya mengenakan hot pants dan tank top tipis.“Hei, kenapa kamu hanya berpakaian seperti itu? Apa tidak punya baju lagi?” tegur Adian membuat Erlin menunduk dan melihat pakaiannya sendiri.Erlin juga baru sadar hanya mengenakan pakaian seperti itu di hadapan Adian. Sontak saja Erlin menyilangkan kedua tangannya untuk memeluk tubuhnya sendiri. Tubuh yang sudah seperti setengah telanjang.“Bukan seperti itu, Pak. Tadi saya kegerahan karena AC kamarnya tidak bapak nyalakan. Jadi saya hanya mengenakan pakaian seperti ini. Saya tidak tahu kalau Pak Adian akan datang tiba-tiba,” jelas Erlin.“Aneh-aneh saja kamu ini. Cepat ganti baju!” titah Adian.“Kenapa bapak jadi memerintah saya s
Tak sengaja mencuri dengar obrolan Antonio dan Erlin di telepon membuat Raisa begitu kesal. Bukan karena dia cemburu. Tapi dia merasa tidak adil membandingkan posisinya dengan Erlin. Hal itu memantik kebencian di hati Raisa.Raisa tidak suka jika hubungan Adian dan Erlin berjalan dengan baik. Dia tidak rela mereka bahagia. Sementara dirinya sekarang sudah tidak punya pekerjaan. Raisa juga tidak senang dengan sikap Antonio yang berusaha membantu pasangan itu.“Emang harus banget ya kamu ikut campur dalam hubungan rumah tangga mereka? Kenapa gak biarin aja sih terserah mereka gimana mau mengatur hidupnya,” protes Raisa ketus.“Ya aku enggak bermaksud ikut campur, Rai. Aku Cuma pengen bantuin mereka aja. Bagaimana pun juga Adian itu teman baikku,” jelas Antonio berusaha membuat Raisa mengerti.“Tapi tetap saja itu ranah pribadi, Anton. Kalau ada yang salah paham bisa saja justru kamu yang disangka jadi orang ketiga,” balas Raisa.“Kamu kenapa sinis banget sih? Atau kamu cemburu karena ak