"Aku pun membuat dosa, selama kau menghilang, Tian-Tian kurang perhatian dariku membuat adikmu selalu membenciku," ucap Han Xue Tian.Ran Xieya tersenyum lembut. Seseorang yang semula datar tanpa ekspresi seperti Han Xue Tian dapat berubah demi anaknya. Ran Xieya memaklumi kesulitan yang dialami oleh Han Xue Tian, jadi ia beranjak berdiri kemudian membelai permukaan wajah Pria Rupawan itu meski harus berjinjit. "Pasti sulit bersama Tian-Tian sejak bayi hingga besar," ucap Ran Xieya tersenyum kecil."Maafkan aku Xue Tian," "Tidak perlu, Xieya, aku juga bersalah,""Kalau begitu kita harus memperbaiki lagi semuanya," ucap Ran Xieya tapi kini tersenyum kecil. "Kurasa mumpung ada di dunia ini ... bagaimana jika kita menyapa keluarga-keluargaku yang menyebalkan itu?" ...Perjalanan yang tidak terlalu jauh ditempuh oleh mobil metalik hitam yang melaju membelah keheningan jalan raya. Ran Xieya duduk dibangku penumpang belakang sembari mengusap puncak kepala anak laki-lakinya yang berbarin
Agar menjadi pertemuan yang impas, usai berkunjung ke kediaman Ran. Kini Ran Xieya bersama keluarga kecilnya gantian mengunjungi kediaman keluarga Xuanze untuk mengenalkan keluarga kecil ini sekaligus mencari tahu masalah yang sedang mereka alami. Ran Xieya tidak menipu jika saat ini ia merasa gugup untuk bertemu seluruh keluarga Xuanze yang akan menolak kehadirannya, mengingat dulu saat bertemu di Rumah Sakit usai Ran Xieya kembali ke dunia ini, pertemuannya dengan Nyonya Besar Xuanze dan sepupu dari Han Xue Tian alias Xuanze Rhein Qita tidaklah baik. "Xieya, kamu yakin dengan semua ini?" tanya Han Xue Tian yang sedang menyetir masuk ke dalam jalanan kawasan hutan dari kediaman Xuanze.Ran Xieya menatap Putranya, ia terlanjur sudah mengandung dan melahirkan benih cintanya bersama Han Xue Tian meski pernikahan itu terjadi di dunia lain yang berbeda. "Kita bukannya harus tetap menghadapinya? apalagi hanya keluarga Xuanze yang tahu rahasia dari portal dan array dari dunia itu," jawab
"Mama?" tanya Tian-Tian menatap Ran Xieya dengan cemas.Wanita tua itu murka usai mendengar Bocah Kecil yang mirip dengan Han Xue Tian. "Jangan katakan jika dia anakmu?"cecar Wanita Tua itu sembari menunjuk jemarinya.Tian-Tian kini giliran menatap takut sembari bersembunyi dibalik tubuh Ran Xieya, anak kecil seperti Tian-Tian yang tidak mengerti apapun itu tak lepas dari tatapan tajamnya. Tian-Tian menggeleng kala Ran Xieya mengusap-usap kepalanya. "Benar, anak itu anakku dan Ran Xieya adalah istriku,""APA!" bentak Wanita Tua itu dengan mata melotot menatap Ran Xieya. Saat ini kemurkaannya tak membendung untuk menatap Ran Xieya yang kala itu masih bersikap tenang, ia hanya tak sudi jika cucu kesayangannya berakhir bersama wanita yang menurutnya tidak pantas. Rasa sayang yang melimpah pada cucunya membuat Sang Nenek gelap mata untuk mendatangi istri dari Sang Cucu dan nyaris melayangkan tamparan.Ran Xieya menatap Nenek Tua itu. "Ah, aku sungguh bernostalgia dengan konflik seperti i
"Orang yang punya ingatan dari Arai adalah kakek buyutku, ia mewariskan semua ini ke keturunan dan hingga terlahir seseorang yang jadi reinkarnasi dari leluhur kami, membuat pertemuanku denganmu bermula sebenarnya ... aku sendiri anak yang lahir sebagai rencana cadangan jika kembaran asliku tiada untuk melanjutkan rencana Keluarga ini." Han Xue Tian beranjak keluar dari mobil kemudian membukakan pintu untuk Ran Xieya."Aku tidak mengerti," sahut Ran Xieya masih duduk di dalam mobil. Ia bingung dan enggan memasuki kediaman yang asing baginya itu. "Apa lagi tempat itu?" celetuk Ran Xieya."Dilihat dari luar memang seperti kediaman tapi tempat usang namun inilah He Hua yang ada di masa ini," jawab Han Xue Tian. "Di dalam kediaman itu, jawaban ada di sana," ucap Han Xue Tian sembari menoleh kediaman itu.Ran Xieya memandangai suaminya. "Kau lebih tahu daripada aku jika, Tian-Tian berhak mendapatkan keinginannya lebih dulu," ucap Ran Xieya. "Aku tahu." Han Xue Tian menggengam tangan Ran X
Ran Xieya duduk dengan gusar, ia menanti kedatangan orang-orang terdekatnya untuk bertemu dengan Ran Xieya setelah sekian lama. Masalahnya Ran Xieya sudah lama tak bersua dengan keluarganya itu terutama Ran Hua Zhen, adik bungsunya dan satu-satunya keluarga kerajaan yang tersisa kemudian keponakan kecilnya. Feng Zhi. Ran Xieya berada di kamarnya di kediaman He Hua. Kediaman dari Klan Han, ia memang 'disembunyikan' dengan baik oleh Klan Ksatria dan Kultivator ini. Ran Xieya tengah menyisir rambut hitam panjang bergelombangnya, kedua mata magentanya yang cantik menerjab kala Han Fang Yi, adik bungsu Han yang sejak lama membencinya memunculkan dirinya di ambang pintu."Adik Fang Yi, apakah kau mau berbicara sesuatu?" tanya Ran Xieya sembari menoleh meski belum beranjak berdiri dari kursi kayu akasia berukir teratai itu.Wanita Muda itu hanya memandangi Ran Xieya kemudian menunduk. "Maafkan aku, Jie," ucap Fang Yi.Ran Xieya menoleh tak mengerti, ia heran akan sikap Fang Yi yang mendadak
"Salam, apa kabar adikku?" sapa Ran Xieya sambil merentangkan kedua tangannya.Ran Hua Zhen menghampiri Ran Xieya dengan cepat kemudian meleburkan pelukan hangatnya. Keluarga Ran hanya tersisa kedua Wanita Ran ini. Mereka yang tersisa untuk kembali memperebutkan kerajaan mereka. "Jie ... kita harus kembali merebut rumah kita, rakyat kita dan tanah kita," ucap Ran Hua Zhen.Ran Xieya mengangguk. "Kita akan merebutnya lagi," ucap Ran Xieya. Mereka saling berpelukan dalam kebahagiaan yang tak terucapkan. Meskipun banyak waktu telah terlewati dan banyak hal yang telah berubah, ikatan darah antara mereka tetap kuat. Meskipun mereka telah bertemu kembali, tantangan baru menunggu mereka. Kerajaan mereka hancur, dan rakyat mereka tersebar di berbagai tempat. Ran Xieya dan Ran Hua Zhen bersumpah untuk memulihkan kejayaan kerajaan mereka, demi menghormati warisan keluarga mereka dan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi semua yang mereka cintai."Kita harus menyingkirkan Baosheng, a
"Xia Tian! Kau kah itu?" Ran Xieya tiba-tiba saja muncul. Wanita Muda itu berlari-lari kecil, gaun biru tua dengan jubah senadanya menyapu permukaan lantai kayu yang basah sehabis hujan. Ia tak perduli namun terus berlari mendekati Pria itu."Xieya, oh astaga, cantikku!" Lian Xia Tian dengan konyolnya hendak memeluk Ran Xieya. Tentu saja tidak bisa karena kini ia hanyalah hantu."Kau benar-benar bodoh!" bentak Ran Xieya dengan kedua mata yang berkaca-kaca. "Kau mengorbankan dirimu lagi, untuk kami!" isak Ran Xieya."Xieya ... bukankah sejak dulu aku sudah katakan, meski pemenangnya adikku tapi aku tetap mencintaimu." Perkataan dari Lian Xia Tian menyadarkan Ran Hua Zhen, ia melihat gelagat dari Penguasa Iblis itu seolah menaruh hati pada kakaknya. "Kini kau bertemu dengan kakakku jadi apa yang mau kau katakan?" celetuknya menginterupsi keduanya. Ran Xieya mengangguk. "Xia Tian, apa yang sedang kau coba katakan?" tanyanya.Lian Xia Tian menyadari sikap ketus dari Ran Hua Zhen, ia jad
Ran Xieya berlari terhuyung-huyung dengan isak tangis yang semakin menggelegar. Ia sempat tak sengaja bertabrakan dengan para murid klan Han yang mulai berlarian ke aula utama. Ran Xieya mematung kala menyadari ucapan dari Lian Xia Tian memang benar. "Tidak, tidak, apa yang kalian lakukan?" Kedua mata magenta Ran Xieya membelalak. Para murid terdiri atas para pemuda yang mengemban ilmu bela diri, kultivator dan dididik jadi calon ksatria. Ran Xieya menatap anak-anak muda yang berlarian membara menuju aula karena lonceng utama sudah berbunyi, menandakan bahaya mengancam dan sebuah perang akan terjadi.Kini Ran Xieya menggeleng, ingatan masa lalunya muncul saat peperangan diperbatasan wilayah dunia bawah terjadi. Ran Xieya merasakan deru napasnya cepat, debaran dan sesak. Ran Xieya menepi ke salah satu dinding untuk berpengangan di sana sementara itu air matanya masih keluar dengan perlahan. "Mama, Mama!" teriak Tian-Tian yang berlari ke arah ibunya kemudian menggengam tangannya. Tia